Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO via BBC Indonesia
Banjir lahar dingin menerjang kawasan pemukiman di Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Agam, Sumatera Barat, Jumat (5/4/2024).
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Banjir bandang lahar dingin melanda sejumlah wilayah di Sumatera Barat sejak Sabtu (11/5/2024) malam.

Banjir lahar dingin menyebabkan empat kabupaten terdampak parah, yakni Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, dan Padang Pariaman.

Hingga Senin (13/5/2024), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terdapat 41 korban meninggal dunia dan 17 orang lainnya masih hilang.

Lantas, apa penyebab terjadi banjir bandang di wilayah Sumatera Barat?

Baca juga: Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Penyebab banjir lahar dingin Sumbar

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, banjir bandang itu terjadi dari aliran sungai-sungai yang berhulu dari lereng atas Gunung Marapi.

"Lahar hujan terjadi karena endapan material hasil erupsi gunung Marapi yang terendapkan di lereng-lereng, kemudian tersapu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat," tuturnya dalam konferensi pers daring BMKG, Minggu (12/5/2024).

Menurutnya, banjir bandang terjadi ketika air hujan tertahan endapan vulkanik di hulu sungai, sehingga tidak mengalir ke hilir.

Baca juga: Arab Saudi Dilanda Hujan Lebat, Banjir Menerjang Madinah

Akumulasi air hujan yang terlalu banyak menjebol endapan tersebut, kemudian membawa material vulkanik berupa campuran pasir, batu, dan kerikil.

Selain banjir lahar hujan, dia menyebutkan bahwa sejumlah daerah di Sumatera Barat juga mengalami longsor. Bencana ini timbul akibat runtuhan batuan vulkanik.

"Fenomena ini semuanya dipicu hujan dengan intensitas lebat," tegas Dwikorita.

Hujan intensitas sedang hingga lebat, lanjutnya, melanda provinsi tersebut akibat adanya sirkulasi siklonik atau pusaran angin yang membawa uap air pembentuk awan hujan secara intensif pada 8 Mei 2024. 

Baca juga: Brasil Dilanda Banjir Terparah dalam Sejarah, 75 Warga Dilaporkan Meninggal

Temuan itu membuat BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca berupa hujan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang melanda pada 11 Mei 2024.

Dwikorita melanjutkan, fenomena ini juga dipengaruhi getaran gempa-gempa kecil yang meretakkan dan meruntuhkan bantuan di berbagai tempat Sumatera Barat. Kondisi ini menimbulkan endapan material di daerah hulu.

BMKG memperkirakan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berlangsung di Sumatera Barat hingga 22 Mei 2024.

"Untuk itu, kami mengimbau masyarakat memantau peringatan dini yang dikeluarkan BMKG setiap hari," imbuhnya.

Baca juga: Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Hal yang perlu diwaspadai publik

Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menuturkan, banjir material vulkanik Gunung Marapi tersebar ke berbagai arah.

Namun, banjir lahar dingin di Sumatera Barat paling banyak terdampak pada wilayah barat, yakni Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, dan Padang Pariaman. 

Wilayah utara dan selatan Sumatera Barat juga mungkin dilanda bencana serupa. Sementara wilayah timur tidak ada laporan terkena banjir bandang lahar dingin.

"Perlu ada penutupan jalan di jalur-jalur dengan curah hujan tinggi dan jalur lahar," ujarnya dalam konferensi pers BMKG, Minggu.

Dia menambahkan, antisipasi dapat dilakukan dengan menyesuaikan wilayah yang turun hujan di Sumatera Barat menurut prakiraan cuaca BMKG.

Pasalnya, wilayah tersebut kemungkinan besar juga akan mengalami banjir bandang lahar dingin.

Atas kejadian ini, BMKG dan PVMBG mengimbau masyarakat dan badan terkait untuk terus mengikuti informasi peringatan dini cuaca. Jika ada potensi bencana, perlu dilakukan upaya untuk melakukan mitigasi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi