Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ACHMAD NASRUDIN YAHYA
Ketua Suku Adat Kanum Papua Nugini, Silasianay (baju kuning bertopi) saat duduk santai bersama seorang Ibu bernama sekelompok anak-anak di belakang PLBN Sota, Merauke, Papua Selatan, Senin (13/11/2023).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Penelitian yang diterbitkan jurnal Nature Communications pada 30 April 2024 menemukan, penduduk Papua Nugini mewarisi DNA langka dari Denisovan, spesies manusia purba yang telah punah.

Gen Denisovan itu menjadi istimewa karena membuat penduduk Papua Nugini disebut-sebut memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik sehingga mampu melawan infeksi penyakit.

Studi tersebut dilakukan para ilmuwan dengan menganalisis genom 54 penduduk dataran tinggi di Gunung Wilhelm, Papua Nugini.

Puluhan penduduk itu tinggal di ketinggian 2.300-2.700 meter di atas permukaan laut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para ilmuwan juga menganalisis genom 74 penduduk di Pulau Daru di sebelah barat Papua Nugini. Mereka menetap di dataran rendah kurang dari 100 meter di atas permukaan laut.

Hasilnya, penduduk yang tinggal di dataran rendah Papua Nugini memiliki sel kekebalan dalam jumlah banyak di darah mereka.

Sementara, penduduk dataran tinggi mengalami mutasi yang meningkatkan jumlah sel darah merah mereka sehingga membantu mengurangi hipoksia di ketinggian.

Hipoksia adalah kondisi di mana tingkat oksigen di dalam jaringan tubuh rendah.

Baca juga: Tolak Naik Pesawat dari Papua Nugini ke Jerman, Ahli Iklim Ini Dipecat

Ditemukan di penduduk yang terisolasi 50.000 tahun

Salah satu penulis studi senior yang sekaligus menjadi antropolog biologi di French Natio, Francois-Xavier Ricaut mengatakan, gen Denisovan ditemukan pada penduduk Papua Nugini yang telah terisolasi secara genetis selama 50.000 tahun.

"Orang Papua Nugini unik karena mereka telah terisolasi sejak mereka menetap di Papua Nugini lebih dari 50.000 tahun yang lalu," kata dia, dilansir dari Live Science.

Sebagian besar penduduk Papua Nugini juga tinggal di wilayah pegunungan dengan risiko penyakit menular lebih dari 40 persen.

Oleh karena itu, penduduk setempat harus menemukan strategi biologis untuk tetap bertahan hidup.

Untungnya, varian gen Denisovan dapat memengaruhi fungsi protein yang disebut GBP2.

Gen ini membantu tubuh melawan patogen yang hanya ditemukan di ketinggian yang lebih rendah, seperti parasit penyebab malaria.

Gen-gen ini mungkin telah dipilih selama evolusi untuk membantu orang melawan infeksi di ketinggian yang lebih rendah di mana patogen marak berkembang.

Baca juga: Segumpal Daging Busuk Mirip Putri Duyung Terdampar di Papua Nugini, Makhluk Apa Itu?

Jejak Denisovan di Papua Nugini

Manusia modern pertama kali tiba di Papua Nugini pada 50.000 tahun yang lalu. Mereka datang dari Afrika.

Di sana, mereka menikah dengan orang Denisova yang telah lama tinggal di Asia, yakni sekitar puluhan ribu tahun.

Sebagai hasil dari pernikahan tersebut, keturunan orang Papua Nugini membawa hingga 5 persen DNA Denisovan dalam genom mereka.

Diberitakan Kompas.com (29/7/2023), Denisovan adalah sepupu dari Homo sapiens yang sudah punah.

Denisovan diperkirakan adalah keturunan dari satu nenek moyang yaitu Homo heidelbergensis yang hidup sekitar 600.000 hingga 750.000 tahun yang lalu.

Selama periode Paleolitik Bawah dan Paleolitik Tengah, Denisovan dan Homo sapien hidup secara berdampingan. Spesies Denisovan diperkirakan punah sekitar 20.000 tahun yang lalu.

Namun, perkawinan silang antara Denisovan dan Homo sapien membuat DNA Denisovan masih ditemukan di beberapa populasi di dunia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi