Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Spesies Ikan Baru di Pegunungan Meratus, Punya Penis di Bawah Kepala

Baca di App
Lihat Foto
Raffles Bulletin of Zoology
Tangkapan layar foto Phenacostethus sikat dalam jurnal Raffles Bulletin of Zoology
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Ilmuwan asal Indonesia yang bekerja di Division of Fishes, Smithsonian National Museum of Natural History, Washington DC, Amerika Serikat, Daniel Lumbantobing menemukan ikan spesies baru di daerah sungai sekitar Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan.

Ikan tersebut diidentifikasi sebagai Phenacostethus sikat yang memiliki penis persis di bawah kepala. Spesies baru ini diidentifikasi berdasarkan ciri diagnostik yang ditemukan oleh peneliti.

Ukuran ikan ini cukup kecil, yaitu hanya sekitar 2-3 sentimeter saja untuk ukuran dewasa dan hidup di habitat air tawar.

Daniel mengungkapkan, Phe. sikat memiliki tubuh yang cenderung transparan dan jarang teridentifikasi oleh masyarakat setempat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Karena punya tubuh kecil dan transparan, ikan jenis ini tidak memiliki nama lokal khusus dan tidak pernah dimakan,” ujar Daniel saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/5/2024).

Terkait dengan populasi, Daniel mengungkapkan bahwa ikan ini ditemukan dalam jumlah cukup banyak.

Umumnya, Phe. sikat akan hidup dengan bergerombol atau schooling dengan satu kelompok berjumlah puluhan ekor.

Walaupun sudah berhasil diidentifikasi, Daniel menjelaskan bahwa terdapat spesies dari genus yang sama dengan Phe. sikat yang belum diketahui.

Ikan yang serupa dengan Phe. sikat tersebut hidup di daerah yang lebih bawah dari aliran sungai, sehingga spesies tersebut hidup di air yang lebih payau dan terpengaruh pasang surut air laut.

Baca juga: Ikan Pari Disebut Bisa Tertawa jika Digelitik, Ini Faktanya


Cerita penemuan ikan spesies baru

Penemuan tersebut dimuat dalam jurnal yang diterbitkan oleh Raffles Bulletin of Zoology pada Rabu (20/9/2023) dengan judul Description of a new species of Phenacostethus (Atheriniformes: Phallostethidae) endemic to Kalimantan Selatan, Indonesian Borneo,
reveals deep mtCOI divergence among miniature species.

Sspesies tersebut diambil antara tahun 2007 dan 2009 saat acara field trip di sekitar Pegunungan Meratus dan Kabupaten Barbito, Kalimantan Selatan.

Ia mengikuti acara tersebut bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Di bagian hilir dari sungai-sungai pendek yang mengalir ke pesisir timurnya Meratus, kita menemukan ikan spesies baru,” ujar Daniel.

Lalu ikan jenis ini mulai diidentifikasi pada 2019 di Smithsonian National Museum of Natural History.

Daniel berhasil mengidentifikasi Phe. sikat pada 2020 dan penelitian dari ikan tersebut berhasil dipublikasikan pada 2023.

Ia menuturkan bahwa spesies ini merupakan bagian dari proyek post-doctoral Daniel di The George Washington University, Amerika Serikat.

Baca juga: Viral, Video Seekor Ikan Makan Kelabang, Kalajengking, dan Ular, Jenis Apa Itu?

Keunikan Phenacostethus sikat

Phe. sikat termasuk dalam kelompok ikan yang unik karena memiliki struktur genitalia yang kompleks, baik jantan maupun betina.

Apabila jantan, mereka memiliki penis di bawah kepala, yaitu di bagian dagu, dan betinanya juga memiliki alat kelamin di dagu.

Dari identifikasi alat kelamin tersebut, ikan ini mempunyai cara kawin dan berkembang biak di dalam tubuh, bukan seperti ikan lainnya yang berkembang biak di luar tubuh.

“Fertilisasinya mirip sama mamalia, jadi fertilisasinya berada di dalam tubuh betina,” jelas Daniel.

Alat kelamin dari ikan tersebut diduga terbentuk dari sirip pelvic yang berkembang saat berusia dewasa.

Selain itu, karena punya tubuh yang kecil dan regenerasi yang sangat cepat, Phe. sikat  berevolusi secara lebih cepat.

Hal ini disebabkan oleh bias nukleotida yang tinggi yang bisa memengaruhi DNA. Secara biologis, ikan ini “mengacaukan” pohon kekerabatannya sendiri.

Akibatnya, meskipun secara marga mirip, namun karena bias nukleotida yang tinggi, akhirnya dua spesies diidentifikasi dengan famili yang berbeda.

“Meskipun tidak memiliki nilai ekonomi, namun karena secara biologis dan genetika yang kompleks, ikan ini bernilai tinggi dalam ilmu biologi,” ungkap Daniel.

 Baca juga: Asal-usul Ikan Mujair, Benarkah Ditemukan Sosok Mbah Moedjair?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi