Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koreksi Sudarshan terhadap Einstein

Baca di App
Lihat Foto
Repro bidik layar via CNN
Albert Einstein
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

AKIBAT propaganda gencar Amerika Serikat tentang “brain-drain” yang dialami Jerman pada masa Nazi Hitler, maka Albert Einstein terberhalakan sebagai manusia tercerdas planet bumi bukan terbatas abad XX, bahkan sepanjang sejarah peradaban umat manusia.

Dalam perjalanan mengarungi semesta fisika terkait ruang dan waktu, sang mahafisikawan legendaris kelahiran Ulm, Jerman, memang sempat mengoreksi pemikiran para mahafisikawan pendahulunya, termasuk Isaac Newton sambil memaklumatkan pemikiran dirinya sendiri yang meyakini bahwa mustahil manusia mampu melampaui kecepatan cahaya sebab mutlak membutuhkan energi infinitas alias tak terhingga demi mewujudkannya.

Keimanan saintifik Albert Einstein dipercaya sepenuhnya oleh masyarakat pemerhati fisika sampai pada suatu saat seorang mahafisikawan kelahiran India bernama Ennackal Chandy George Sudarshan nekad menyatakan bahwa keyakinan dogmatis yang meyakini kecepatan cahaya mustahil dilampaui oleh manusia maupun bukan manusia pada hakikatnya keliru.

Fisikawan teoritikal kelahiran Pallam, Kottayam India tahun 1931 yang wafat di Texas pada usia 86 tahun telah menciptakan teori koherense optikal, representasi Sudarshan-Glauber, efek nihil kuantum, V-A yang telah memperoleh anugerah Medali ICTP Dirac, Padma Bhushan, Padma Vibhusan, Majorana, CV Raman dan sembilan kali dinominasikan ke Panitia Nobel, meski juga sembilan kali gagal.

Akibat Einstein sudah terlanjur masuk ke dalam kawasan suaka aman koreksi oleh siapapun apalagi oleh “hanya” seorang warga non Eropa dan non Amerika Serikat di semesta ilmu pengetahuan pascaabad XX.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut keyakinan ECG Sudarshan, partikel elementar yang disebut sebagai tachyon sebenarnya benar-benar mampu bergerak lebih cepat ketimbang cahaya atas dukungan pembenturan partikel tanpa membutuhkan proses akselerasi atau enerji infinitas apapun.

Saya kagum terhadap keteguhan keimanan saintifik para pemercaya Einstein sama halnya saya kagum terhadap keteguhan keimanan saintifik para pemercaya Sudarshan.

Mereka yang sepaham dengan Sudharsan maupun Einstein maupun Newton maupun Feynman maupun Hawking maupun siapapun merasa yakin bahwa pemikiran mereka masing-masing adalah benar sampai pada suatu saat ada yang menyatakannya sebagai tidak benar sambil menawarkan pemikiran yang dianggap lebih benar.

Kebetulan teori fisika terkait partikel memang pada lazimnya merupakan anggapan yang spekulatif seperti mencari seekor kucing hitam di dalam ruang berdinding hitam pada saat gelap-gulita akibat listrik padam, padahal sang kucing hitam belum tentu ada dan jika ada pun belum tentu berada di dalam ruang berdinding hitam gelap-gulita itu.

Sebagai insan sangat awam fisika partikel saya hanya mampu berperan terbatas sebagai penonton belaka akibat saya sama sekali tidak mampu membuktikan pihak mana yang benar dan pihak mana yang tidak benar.

Apalagi pada kenyataan polemik saintifik kerap kali menegaskan yang ini sebagai yang benar, namun kemudian ada yang menegaskan yang ini sebagai yang tidak benar seperti yang sejak lama terjadi terhadap apa yang disebut sebagai kuantum sempat membingungkan tak kurang dari para beliau yang bernama Einstein, Bohr, Schroedinger, Pauli, Dirac, Heisenberg serta entah siapa lagi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi