Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal "Husband Stitch" Usai Melahirkan, Bagaimana Risikonya?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Natalia Deriabina
Ilustrasi ibu melahirkan.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Media sosial diramaikan dengan pembahasan soal prosedur husband stitch yang dijalani perempuan setelah melahirkan.

Pembahasan tersebut berawal dari unggahan salah satu akun X (Twitter) @ribonk yang menyebutkan bahwa vagina perempuan bisa sobek pada proses persalinan.

"Pada proses persalinan, vagina bisa sobek sampe nyambung ke anus," tulisnya, Selasa (14/5/2024).

Menanggapi unggahan tersebut, sejumlah wargaet menyatakan adanya prosedur husband stitch yang dijalani setelah perempuan melahirkan.

Lantas, apa itu husband stitch dan bagaimana risikonya bagi perempuan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Vagina Disebut Akan Longgar Saat Sering Berhubungan Seksual dan Melahirkan Normal, Ini Kata Dokter


Mengenal husband stitch

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi di RSIA Anugerah Semarang, Indra Adi Susanto menuturkan, prosedur husband stitch atau vaginoplasty bertujuan untuk mengembalikan kondisi vagina agar kembali kencang.

Menurutnya, operasi ini dilakukan untuk mengencangkan otot dasar panggul perempuan yang mengelilingi vagina.

Kondisi otot yang kendor biasanya dialami para perempuan setelah melahirkan dengan cara normal melalui vagina.

Dia menuturkan, operasi husband stitch dilakukan dengan cara menghilangkan kelebihan jaringan atau struktur abnormal pada vagina atau menjahit vagina untuk mengencangkan jaringan yang longgar.

Operasi ini juga dilakukan dengan menjahit pembukaan vagina agar ukurannya lebih kecil, meningkatkan fungsi vagina yang cacat sejak lahir, serta mencegah keluar darah berlebih saat menstruasi.

"Prosedur ini bertujuan untuk memperbaiki tampilan sekaligus mengencangkan vagina," kata Indra saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/5/2024).

Baca juga: Bagaimana Ciri Vagina Sehat? Ini Penjelasan Dokter Boyke

Alasan dilakukan husband stitch

Indra melanjutkan, operasi vaginoplasty atau husband stich dilakukan karena alasan fungsional dan kosmetik.

"Alasan fungsional adalah hal-hal seperti hubungan seksual atau inkontinensia urin," tuturnya.

Menurutnya, sebagian orang menjalani operasi jahit pada vaginanya karena merasa vagina yang kencang berdampak pada gairah seksual.

Meski begitu, ia menyebutkan bahwa vaginoplasty belum tentu bisa meningkatkan hasrat seksual seseorang.

Sebaliknya, operasi husband stitch juga dapat dilakukan dengan alasan kosmetik atau kecantikan karena memengaruhi perasaan seseorang.

Berikut beberapa alasanh prosedur vaginoplasty atau husband stich adalah:

  • Persalinan pervaginam atau melahirkan lewat vagina yang dapat meregangkan dan mengendurkan otot-otot vagina
  • Penuaan yang menyebabkan muka vagina longgar sehingga menimbulkan gejala tidak nyaman dan memengaruhi fungsi seksual
  • Kondisi medis sehingga memerlukan rekonstruksi vagina, contohnya setelah menjalani radiasi pengobatan kanker
  • Kelainan bawaan pada vagina yang muncul saat lahir sehingga memengaruhi penampilan dan fungsi organ tersebut.

Baca juga: Cara Membersihkan Vagina agar Tetap Sehat dan Tidak Berbau

Risiko operasi husband stitch

Indra menambahkan, prosedur operasi vaginoplasty atau husband stitch dapat dilakukan kepada perempuan. Namun, tetap ada risiko berbahaya yang mungkin dialami.

"Risiko langsungnya meliputi pendarahan, infeksi, nekrosis kulit atau klitoris, dehiscence garis jahitan, retensi urin, atau prolaps vagina, fistula dari rektum, uretra atau kandung kemih," tuturnya.

Berikut rincian risiko operasi husband stitch:

  • Pendarahan pada vagina
  • Infeksi
  • Nekrosis atau kematian jaringan pada kulit dan klitoris
  • Dehiscence atau garis jahitan yang tidak bisa menutup lagi
  • Retensi urin atau kandung kemih tidak dapat kosong walaupun setelah buang air kecil
  • Prolaps atau kondisi organ panggul pada perempuan turun melalui liang vagina akibat otot lambung melewah
  • Fistula atau saluran penghubung yang tidak normal dari rektum, uretra, atau kandung kemih

Karena risikonya berbahaya, Indra menekankan bahwa prosedur ini harus dikerjakan oleh dokter obgyn yang kompeten.

Dia juga melarang operasi pada vagina dilakukan dalam periode waktu yang singkat usai perempuan melahirkan.

"Sebaiknya ditunggu fase nifas selesai atau 40 hari karena organ genitalia sudah kembali dari pembengkakan akibat proses melahirkan," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi