KOMPAS.com - Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggal setelah helikopter yang ditumpanginya jatuh akibat cuaca buruk di pegunungan dekat perbatasan Azerbaijan, Sabtu (19/5/2024).
Dalam kecelakaan ini, Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian dan empat penumpang lain ditemukan meninggal pada Senin pagi di antara puing-puing helikopter yang jatuh dan hangus.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, Wakil Presiden Iran Mohammad Mokhber akan mengambil alih jabatan presiden sementara.
Iran dikenal memiliki hubungan baik dengan negara tetangga seperti Lebanon, Irak, dan Rusia. Sebaliknya, hubungan negara ini dengan Israel kurang baik.
Lalu, apakah kematian Ebrahim Raisi akan menimbulkan dampak terhadap kondisi geopolitik Iran terhadap negara-negara tetangganya?
Baca juga: Profil Presiden Iran Ebrahim Raisi, Meninggal Kecelakaan Helikopter
Dampak terhadap pemerintah Iran
Pengamat Timur Tengah dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Andriko Sandira mengatakan kondisi Iran kemungkinan tidak terlalu bergolak meski Ebrahim Raisi meninggal.
Hal itu karena sitem pemerintahan Iran menempatkan Supreme Leader Ayatullah Sayyid Ali Khamenei sebagai pemimpin tertinggi.
Kondisi itu membuat Iran masih dalam kondisi stabil walaupun ditinggal oleh presidennya.
Andriko mengungkapkan, Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei telah menyatakan kebijakan pemerintah Iran tidak akan terganggu dengan kecelakaan tersebut.
Dia menjelaskan, konstitusi Iran menempatkan Pemimpin Tertinggi sebagai kepala negara tertinggi yang bertugas mengontrol semua unsur pemerintahan, mulai eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sementara presiden Iran adalah kepala pemerintaha dari unsur eksekutif.
Meninggalnya Raisi, kemungkinan besar tidak akan ada banyak menimbulkan perubahan pada pemerintahan Iran.
Sebab negara itu masih dipimpin Ali Khamenei dan pemerintahan peninggalan Raisi tidak bertentangan dengan Pemimpin Tertinggi Iran saat ini.
Andriko menambahkan, situasi Iran dan negara Timur Tengah baru akan berubah setelah Ali Khamenei mengeluarkan pernyataan terkait pengangkatan presiden pengganti Raisi.
"Dan biasanya pemilihan presiden Iran akan dimenangkan oleh calon yang disetujui oleh supreme leader untuk maju ke pemilu," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/5/2024).
Baca juga: Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?
Pengaruhi hubungan geopolitik Iran
Berbeda dengan kondisi di internal, kematian Ebrahim Raisi kemungkinan akan menimbulkan perubahan situasi geopolitik Iran terhadap negara tetangga atau di eksternal.
Andriko melihat kemungkinan meninggalnya Presiden Iran menjadi kesempatan baru untuk menyatukan rakyat Iran dan mengumpulkan dukungan untuk memastikan sikap atau kebijakan terhadap Israel.
Selain Israel, Andriko menyebut hubungan Iran dengan negara-negara besar seperti Rusia dan Amerika Serikat juga terdampak akibat situasi tersebut.
Dia menerangkan, Iran memiliki hubungan diplomatik erat dengan Rusia.
Hal ini dibuktikan dengan respons cepat Rusia berupa pengiriman personel pembantu evakuasi saat Raisi kecelakaan. Respons tersebut menunjukkan Rusia bersimpati dan dekat dengan Iran.
Sebaliknya, Andriko mengungkapkan, Amerika Serikat justru bersikap lebih hati-hati dalam kecelakaan ini. Tindakan tersebut karena AS merupakan negara yang kerap berkonflik melawan Iran.
"Perbedaan respons ini menunjukkan pemetaan geopolik di Timur Tengah yang di dalamnya terlibat Rusia dan AS," tegas dia.
Andriko menambahkan, AS perlu merespons berita kematian Raisi dengan baik terutama karena ada potensi Iran terlibat dalam konflik Palestina-Israel.
Dia melanjutkan, selama helikopter yang ditumpangi Raisi kecelakaan akibat kondisi alam dan bukan diserangan musuh, situasi hubungan Israel dan Iran belum berubah.
"Kemungkinan terburuk itu kalau ada kecurigaan yang mengarah pada Israel dituduh sebagai dalang dibalik kejadian kecelakaan ini. Situasi konflik Iran Israel akan berujung ke perang baru," tuturnya.
Baca juga: Fakta Jatuhnya Helikopter yang Menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi
Pengaruh bagi Indonesia
Sementara itu, Andriko menyebut kematian presiden Iran tidak akan banyak memengaruhi hubungan Iran dengan Indonesia.
Hal itu mengingat pemerintah Indonesia masih menjaga hubungan baik dengan Iran dan bersikap netral dalam banyak situasi politik di Timur Tengah.
Namun menurutnya, warga Indonesia mungkin memiliki persepsi beragam terhadap Iran sebagai negara Islam beraliran Syiah. Persepsi negatif mungkin menyebabkan warga tidak mendukung pemerintah Iran.
Ada pula kemungkinan warga Indonesia bersimpati dan memberi dukungan terhadap pemerintah Iran semenjak negara itu ikut menyerang Israel.
"Akan ada publik Indonesia yg merasakan bahwa Iran berada di pihak yang sama untuk mendukung Palestina," ungkap Andriko.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.