KOMPAS.com - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas New Mexico, Amerika Serikat mengungkapkan bahwa saat ini mikroplastik terdeteksi di testis manusia.
Dikutip dari TheGuardian, Senin (20/5/2024), studi mengamati jaringan testis yang diambil dari anjing dan manusia, dan menemukan mikroplastik di setiap sampelnya.
Namun, jumlah mikroplastik yang ditemukan pada manusia hampir tiga kali lipat daripada yang ada di anjing.
Tim penelitian itu menemukan, rata-rata ada sekitar 123 mikrogram mikroplastik per gram jaringan pada testis anjing dan 330 mikrogram per gram pada jaringan testis manusia.
Temuan ini menambah daftar panjang penemuan mikroplastik di tempat-tempat yang seharusnya tidak ada materi tersebut, seperti pada plasenta manusia, bebatuan purba, dan dasar lautan.
“Awalnya saya ragu apakah mikroplastik dapat menembus sistem reproduksi,” ujar ilmuwan kesehatan lingkungan Xiaozhong Yu dari University of New Mexico.
“Ketika pertama kali menerima hasil penelitian pada anjing, saya terkejut. Saya bahkan lebih terkejut lagi ketika menerima hasil untuk manusia,” lanjutnya.
Penelitian ini juga telah dipublikasikan di Jurnal Toxicology Sciences yang terbit pada Rabu (15/5/2024).
Baca juga: Studi: Duduk Terlalu Lama Memicu Risiko Kematian Dini
Dampak pada reproduksi
Dilansir dari ScienceAlert, Senin (20/5/2024), para peneliti menemukan setidaknya 12 jenis mikroplastik yang diidentifikasi. Jenis yang paling banyak ditemukan pada anjing dan manusia adalah polietilen (PE).
Biasanya, mikroplastik jenis ini digunakan dalam pembuatan kantong plastik dan botol plastik, serta menjadi penyumbang utama polusi plastik.
Meskipun jaringan manusia tidak dapat diuji jumlah spermanya, para peneliti melakukan hal ini pada sampel anjing dengan hubungannya terhadap mikroplastik lain, polivinil klorida (PVC).
Mereka menemukan bahwa semakin tinggi konsentrasi PVC, semakin rendah jumlah spermanya.
Seperti diketahui, mikroplastik PVC tersebut digunakan dalam berbagai macam produk, mulai kartu bank, kemasan, botol, hingga lantai.
“Plastik membuat perbedaan di sini, beberapa jenis plastik mungkin berkorelasi dengan penurunan fungsi (tubuh),” ucap Yu.
“PVC dapat melepaskan banyak bahan kimia yang mengganggu spermatogenesis (produksi sperma) dan mengandung bahan kimia yang menyebabkan gangguan (hormon) endokrin,” sambungnya.
Baca juga: 3 Bahaya Konsumsi Garam Berlebihan, Bisa Memicu Kematian Dini
Lihat Foto
Ilustrasi mikroplastik. Mikroplastik ditemukan di testis manusia.
Berpotensi berdampak lebih besar pada generasi muda
Tim peneliti membandingkan testis anjing dan manusia, karena keduanya hidup berdampingan dan berbagi lingkungan yang sama.
“Secara fisik, spermatogenesis mereka lebih mirip dengan manusia dan konsentrasinya lebih mirip dengan manusia,” tutur Yu.
Yu menerangkan, usia rata-rata pria yang menjadi sampel pada studi ini yaitu sekitar 35 tahun. Itu menandakan bahwa paparan mikroplastik terhadap mereka dimulai beberapa tahun sebelumnya, atau ketika mereka masih muda.
Dengan begitu, ia menilai bahwa dampaknya mungkin lebih besar pada generasi muda, ditandai dengan semakin banyaknya plastik yang mencemari lingkungan.
Meski begitu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah mikroplastik memiliki dampak yang sama pada sperma manusia seperti pada anjing dan perannya dalam penurunan kesuburan secara global.
Meski begitu, Yu menekankan bahwa penelitian yang dilakukan oleh timnya bukan untuk menakut-nakuti masyarakat dunia.
“Kami ingin memberikan data secara ilmiah dan menyadarkan masyarakat bahwa ada banyak mikroplastik di sekitar kita,” terang Yu.
“Kita dapat membuat pilihan sendiri untuk menghindari paparan dengan lebih baik, mengubah gaya hidup, dan mengubah perilaku kita,” imbuhnya.
Baca juga: Masalah Sampah Kian Parah, Ilmuwan Temukan Semut Terjerat Plastik untuk Pertama Kalinya
Bahaya mikroplastik
Jumlah sperma pada pria telah menurun selama beberapa dekade, dengan polusi kimiawi seperti pestisida yang terlibat dalam banyak penelitian.
Dampaknya terhadap kesehatan secara langsung masih belum diketahui, tetapi mikroplastik telah terbukti menyebabkan kerusakan pada sel manusia berdasar uji laboratorium.
Banyak sekali sampah plastik yang dibuang ke lingkungan dan mikroplastik telah mencemari seluruh planet ini, mulai dari puncak Gunung Everest hingga ke lautan terdalam.
Manusia diketahui mengonsumsi partikel-partikel kecil tersebut melalui makanan dan air serta menghirupnya.
Partikel-partikel tersebut dapat bersarang di jaringan dan menyebabkan peradangan, seperti halnya partikel polusi udara, atau bahan kimia dalam plastik yang dapat membahayakan.
Pada Maret lalu, para dokter memperingatkan adanya efek yang berpotensi mengancam nyawa setelah ditemukan pasien yang pembuluh darahnya terkontaminasi plastik mikroskopis ini.
Peneliti menemukan adanya peningkatan risiko stroke, serangan jantung, dan kematian dini pada orang-orang tersebut.
Baca juga: Jarang Diketahui, Ini 6 Bahaya Menahan Bersin
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.