Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal-usul Kehidupan di Bumi

Baca di App
Lihat Foto
Britannica
Morning Glory Pool hot spring, Upper Geyser Basin, Yellowstone National Park, northwestern Wyoming, U.S.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Para ilmuwan menemukan virus raksasa yang umurnya diperkirakan mencapai 1,5 miliar tahun di sumber air panas Bumi, Yellowstone, Amerika Serikat (AS).

Mikroba purba tersebut diyakini memegang kunci untuk memahami asal-usul kehidupan yang ada di Bumi.

Dikutip dari Science, istilah “raksasa” mengacu pada genom virus yang sangat besar, dibandingkan virus pada umumnya.

Kendati demikian, virus tersebut tidak menimbulkan risiko apa pun bagi manusia.

Sebaliknya, virus raksasa ini memberikan wawasan berharga tentang periode ketika organisme bersel tunggal mulai muncul di Bumi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan mempelajari virus purba, para peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sejarah evolusi dan faktor lingkungan yang membentuk asal-usul kehidupan di planet ini.

Baca juga: Infeksi Virus B Mematikan Ditemukan di Hong Kong, Mungkinkah Menyerang Indonesia?


Ditemukan di air panas Yellowstone

Mata air panas di Yellowstone disebut seperti fosil hidup. Sebab, di dalamnya berisi sisa-sisa masa ketika Bumi masih dalam kondisi yang lebih keras.

Kondisi ekstrem di lingkungan tersebut, dengan suhu sangat panas, tekanan tinggi, dan unsur beracun, seperti arsenik telah memungkinkan virus purba ini bertahan selama ribuan tahun, dilansir dari Earth.

Awalnya, para peneliti percaya bahwa virus tersebut tidak setua itu. Sebab, mata air panas merupakan fitur geologis yang relatif fana, muncul dan hilang seiring berjalannya waktu.

Teori yang berlaku adalah virus harus berevolusi kembali di setiap sumber air panas baru yang terbentuk. Namun, temuan baru ini telah membalikkan anggapan tersebut.

“Hubungan antara virus dan sumber air panas sudah ada sejak dahulu kala,” jelas peneliti di Universitas Rutgers, Dr Sumit Bhattacharya.

Baca juga: Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni Atlantis yang Hilang di Lepas Pantai Australia

Hal tersebut menunjukkan bahwa virus raksasa itu telah berkembang biak pada sumber air panas Yellowstone setidaknya selama organisme seluler masih ada.

Selain itu, para peneliti mengungkapkan, ada beberapa macam virus yang ditemukan di Yellowstone.

Beberapa di antaranya terdiri dari bakteri, sementara yang lain termasuk dalam archaea, organisme bersel tunggal yang tumbuh subur di lingkungan ekstrem.

Menurut Bhattacharya, keberagaman temuan di Yellowstone tersebut merupakan bukti keterkaitan kehidupan.

“Penelitian ini mendukung konsep bahwa virus ada di mana pun kehidupan seluler berada, bahwa virus telah ada setidaknya selama kehidupan seluler,” terangnya.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Cara virus bertahan dalam kondisi ekstrem

Untuk bertahan hidup dalam kondisi ekstrem selama miliaran tahun, bakteri dan archaea di sumber air panas itu telah meminjam gen satu sama lain untuk berkembang.

Pertukaran gen itu memungkinkan virus berevolusi dan melakukan diversifikasi, sehingga memainkan peran penting dalam stabilitas jangka panjang ekosistem sumber air panas.

Selanjutnya, para peneliti menganalisis sampel DNA dari Lemonade Creek, sumber air panas di Yellowstone yang mencapai suhu sekitar 43,8 derajat celsius.

Dalam penelitiannya, mereka berhasil menemukan rangkaian archaea, alga, dan bakteri yang menampung 3.700 virus potensial, dengan dua pertiganya merupakan virus raksasa.

Dengan menggunakan analisis komputer, tim mempersempit jumlah virus yang diidentifikasi secara resmi menjadi 25 jenis virus berbeda.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Eksoplanet Cotton Candy, Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Peneliti meyakini, virus tersebut menggunakan ganggang merah yang tumbuh subur di sumber air panas, untuk berkembang biak.

Hubungan tersebut kemungkinan besar dimulai 1,5 miliar tahun yang lalu, ketika virus pertama kali berevolusi dengan meminjam gen satu sama lain untuk beradaptasi dengan panas dan racun.

Meski virus-virus raksasa tersebut sudah ada sejak dahulu, temuan itu memiliki implikasi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang asal-usul kehidupan.

Dengan mempelajari mikroba ini, para ilmuwan dapat mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana kehidupan berevolusi dan beradaptasi dengan lingkungan ekstrem.

“Di mana pun ada kehidupan, kita mengharapkan adanya virus. Mereka bukan sekedar penumpang. Mereka adalah sumber utama bahan biologis di planet ini. Mereka mempunyai peran besar dalam menggerakkan gen,” jelas ahli virologi lingkungan emeritus di Montana State University, Mark Young.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi