Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Turbulensi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Pesawat

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/MURATART
Ilustrasi pesawat. Turbulensi pesawat, dampak turbulensi, penyebab turbulensi.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Turbulensi adalah perubahan kecepatan aliran udara yang menyebabkan guncangan pada tubuh pesawat.

Turbulensi pesawat merupakan insiden yang umum terjadi saat penerbangan. Kendati demikian, guncangan yang parah bisa memicu penumpang terluka hingga korban jiwa.

Insiden ini juga bisa menyebabkan berbagai kerugian, termasuk kerusakan pesawat sampai kecelakaan fatal pada kapal terbang.

Baca juga: Ada 2 WNI, Ini Daftar Penumpang Singapore Airlines yang Alami Turbulensi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Arti turbulensi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan turbulensi sebagai ketidakstabilan di atmosfer atau keadaan terganggu karena perubahan yang tidak dapat diprediksi dan dikontrol.

Dilansir dari laman Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan (STTD), turbulensi adalah keadaan saat terjadi perubahan tekanan dan kecepatan aliran udara secara drastis, sehingga menyebabkan guncangan.

Turbulensi umumnya dirasakan saat cuaca buruk atau karena pesawat melintasi awan yang cukup tebal.

Namun, kondisi ini juga bisa terjadi saat cuaca cerah yang disebut dengan istilah clear air turbulence atau CAT.

Merujuk tulisan analis cuaca dan iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terdapat empat kategori turbulensi akibat cuaca yang diukur berdasarkan intensitas kekuatannya, meliputi:

Baca juga: Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Dampak turbulensi pesawat

Dampak turbulensi ringan dan sedang umumnya tidak berbahaya dan masih bisa dikendalikan oleh penerbang.

Kendati demikian, turbulensi hebat atau severe turbulence bisa mengakibatkan penerbang kehilangan kendali pesawat sesaat.

Tingkat turbulensi hebat juga kerap mengakibatkan barang-barang dalam kabin berjatuhan, serta perubahan ketinggian pesawat secara tiba-tiba.

Serupa, tingkat turbulensi sangat hebat atau ekstrem pun menyebabkan pesawat tidak bisa dikendalikan.

Tidak hanya itu, insiden turbulensi ekstrem juga bisa mengakibatkan kerusakan fatal pada struktur pesawat terbang.

Itulah mengapa pesawat yang baru saja mengalami turbulensi hebat harus diperiksa kondisinya saat mendarat.

Secara singkat, berikut empat kategori turbulensi dan dampaknya pada pesawat, seperti dilansir dari laman Weather:

Baca juga: Video Viral Detik-detik Turbulensi di Pesawat, Pramugari sampai Terlempar ke Atap

Penyebab turbulensi pesawat

Turbulensi pesawat yang sering melanda saat cuaca buruk merupakan jenis turbulensi konvektif.

Penyebab turbulensi jenis ini umumnya adalah awan tebal kumulonimbus alias cumulonimbus (Cb) yang berada dalam fase matang.

Fase matang awan kumulonimbus ditandai dengan adanya sambaran petir, angin kencang, atau hujan lebat.

Fase awan ini memiliki arus udara naik (updraft) dan arus udara turun (downdraft) bersamaan yang kuat, sehingga berbahaya bagi penerbangan.

Pesawat yang telah dilengkapi radar seharusnya bisa menghindari area awan kumulonimbus untuk meminimalkan dampak.

Namun, upaya menghindari tersebut tidak menjamin area di luar awan cukup aman untuk dilewati pesawat.

Turbulensi konvektif juga dapat terjadi saat pesawat melintasi lapisan atas awan kumulonimbus, atau malah saat melewati bagian puncak kumulonimbus.

Baca juga: Video Viral Detik-detik Pesawat Garuda Alami Turbulensi

Penyebab turbulensi saat cuaca cerah

Berbeda dengan turbulensi konvektif, penampakan turbulensi cuaca cerah atau CAT cukup sulit terdeteksi, baik secara visual maupun dengan sistem radar di kokpit.

Umumnya, CAT terjadi pada wilayah-wilayah dengan kondisi sebagai berikut:

  • Dekat lereng gunung pada ketinggian atmosfer kurang dari 2 kilometer di atas permukaan laut
  • Di atas awan kumulonimbus yang sangat tinggi hingga lapisan stratosfer bawah
  • Di sekitar area jet stream (aliran angin pada ketinggian 8-15 kilometer dari permukaan) dengan angin berkecepatan tinggi pada lapisan atas.

CAT dapat terjadi karena terbentuknya Kelvin-Helmholtz Instability (KHI), yakni ketidakstabilan fluida atau benda seperti air dan gas yang berubah bentuk karena pengaruh gaya geser.

KHI sendiri terjadi ketika ada dua lapisan fluida yang memiliki kecepatan angin dan densitas yang berbeda.

Selain itu, turbulensi cuaca cerah yang terjadi di sekitar area pegunungan bisa disebabkan karena gelombang gunung pada area tersebut.

Pada kondisi ini, terkadang penerbang bisa mengidentifikasinya dengan melihat pola awan lentikularis (awan mirip topi) yang terbentuk di sekitar area pegunungan.

Guna menghindari kecelakaan akibat turbulensi yang sulit terdeteksi, penting untuk meningkatkan kesiagaan dengan menggunakan sabuk pengaman selama penerbangan.

Hal tersebut bisa mengurangi risiko terlempar dan cedera pada penumpang saat terjadi guncangan.

Laporan mengenai lokasi terjadinya turbulensi oleh pilot juga bisa diteruskan kepada pihak yang berwenang sebagai bahan evaluasi dan analisis data.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi