Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Baca di App
Lihat Foto
Google Maps
Ilustrasi Drake Passage, jalur laut paling berbahaya di dunia.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Banyak orang mengira, perairan Segitiga Bermuda menjadi jalur laut paling mematikan di dunia.

Bukan Segitiga Bermuda, jalur laut paling ganas di dunia adalah Drake Passage, yaitu jalur perairan dalam dengan lebar 600 mil atau 1.000 kilometer yang mengubungkan Samudra Atlantik dan Pasifik antara Cape Horn dan Kepulauan Shetland Selatan.

Drake Passage hanya berjarak 100 mil atau 160 kilometer di utara Semenanjung Antartika, dikutip dari Britannica.

Selain itu, jalur ini memiliki kedalaman rata-rata 3.400 meter, dengan perairan terdalamnya mencapai 4.800 meter.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur ini didefinisikan sebagai zona transisi iklim yang memisahkan kondisi subkutub Tierra del Fuego yang sejuk, lembab, dan wilayah kutub Antartika yang sangat dingin.

Baca juga: Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?


Nama Drake sendiri diambil dari nama seorang penjelajah sekaligus pelaut asal Inggris yang terkenal, Sir Francis Drake.

Meskipun menggunakan nama Sir Francis Drake, jalur ini pertama kali dilalui pada 1616 oleh Willem Schouten dalam ekspedisi Flemish.

Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, Drake Passage mempunyai peran penting dalam perdagangan, sebelum Terusan Panama dibuka pada 1914.

Badai lautan dan kondisi es yang membentang membuat perjalanan melintasi Tanjung Horn melalui Drake Passage menjadi ujian berat bagi kapal dan awak kapal, terutama untuk kapal layar pada masa itu.

Baca juga: Ikan Purba Sepanjang 25 Meter yang Ditemukan di Inggris, Jadi Reptil Laut Terbesar di Dunia

Alasan Drake Passage jadi jalur laut paling berbahaya

Drake Passage berada di Samudra Selatan dan mengelilingi benua beku Antartika yang tidak terputus oleh daratan.

Karena hal tersebut, Drake Passage memiliki angin sangat kencang yang dapat bertiup ke seluruh dunia tanpa ada hambatan berupa daratan, dilansir dari National Geographic.

Ahli kelautan fisik dari University of East Anglia, Karen Heywood mengatakan, jalur ini merupakan melting pot atau tempat arus laut ekstrem membawa karbon.

Karbon tersebut diserap dari atmosfer dan sebagian disimpan oleh plankton di kedalaman tertentu selama berabad-abad.

Air di jalur ini sebagian besar mengalir dari barat ke timur dan bagian dari Arus Sirkumpolar Antartika yang merupakan arus paling besar di dunia.

Baca juga: 5 Fakta tentang Segitiga Bermuda, yang Dikenal sebagai Perairan Misterius

Kepala kelautan terbuka di British Antarctic Survey, Alexander Brearley mengungkapkan, di tengah Drake Passage, angin kemungkinan bertiup sejauh ribuan kilometer ke tempat manusia berada.

“Energi kinetik diubah dari angin menjadi gelombang, dan membentuk gelombang badai,” kata Brearley, dikutip dari CNN.

Tinggi gelombang yang ada pada jalur ini bahkan dapat mencapai 15 meter dan sekitar dua kali lipat dari gelombang di Samudra Atlantik.

Tak hanya itu, Drake Passage merupakan bagian dari arus laut paling besar di dunia dengan aliran hingga 5.300 juta kubik per detik.

Meskipun demikian, arus yang ada di jalur ini tidak terlihat di permukaan, namun dapat membuat kapal sedikit lebih lambat.

Baca juga: Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tugas berat bagi kapten kapal

Salah satu dari tiga kapten kapal kutub perusahaan pelayaran Ponant, Stanislas Devorsine benuturkan, melewati jalur tersebut merupakan tugas yang sangat kompleks dan harus melawan rasa takut.

Saat berada di Drake Passage, Devorsine menyarankan agar kapten kapal dalam kondisi sehat agar tetap fokus, waspada, serta peka terhadap kapal dan cuaca.

Ia sendiri pertama kali melewati jalur ganas tersebut lebih dari 20 tahun lalu ketika berlayar dengan kapal pemecah es yang membawa ilmuwan ke Antartika untuk tugas penelitian.

Kala itu, kapal yang dikendalikannya menghadapi kondisi laut yang sangat ganas dengan gelombang besar lebih dari 20 meter.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Gunung Bawah Laut, Tingginya Tiga Kali Burj Khalifa

Meskipun kini sudah lebih dari 20 tahun berpengalaman mengarungi Drake Passage, sang kapten mengakui bahwa melewati jalur itu bisa menjadi sangat sulit dan bahaya.

“Kita harus memilih waktu terbaik untuk menyeberangi Drake. Kami harus menyesuaikan jalur kami," jelasnya.

"Terkadang kami tidak menuju ke arah yang sesuai, kami terkadang mengubah jalur untuk mendapatkan sudut yang lebih baik terhadap ombak,” sambungnya.

Kapten kapal juga terkadang harus tahu kapan waktu melambat untuk meninggalkan jalur bertekanan rendah atau mempercepat untuk melewati jalur tersebut.

Baca juga: Lebih dari 50 Spesies Laut Tak Dikenal Ditemukan di Dekat Pulau Paskah

Perairan ganas yang menjaga Antartika

Walaupun sering terjadi badai, keganasan yang dimiliki Drake Passage memiliki peran penting untuk menjaga Antartika tetap dingin.

Ahli kelautan fisik di Universitas Southampton, Alberto Naveira Garabato menuturkan, Drake Passage membuat udara hangat akan lebih sulit mencapat Antartika.

Pasalnya, ketika Drake Passage dibuka puluhan juta tahun yang lalu, hal itu berkontribusi besar terhadap pendinginan Antartika.

Pengunjung bisa merasakan efek dingin dari Drake Passage saat melintasinya dengan kapal.

“Tiba-tiba Anda berada di dunia yang sedingin es ini. Hal ini terjadi begitu saja dan akan melihat transisi terjadi hanya dalam hitungan jam,” ucap Garabato.

Apabila Antartika menjadi tempat yang lebih hangat, es seluas 11,5 juta mil persegi yang mengelilingi benua itu dapat mencair.

Akibatnya, permukaan air laut secara global di seluruh dunia diprediksi akan naik lebih dari 60 meter.

Baca juga: Drone Bawah Laut Ini Diduga Temukan Pesawat yang Hilang 87 Tahun Lalu

Drake Passage juga merupakan salah satu dari segelintir titik penyerapan karbon di Samudra Selatan.

Secara kolektif, jalur ini dapat menghilangkan 600 juta ton karbon dari atmosfer setiap tahunnya.

Jumlah tersebut setara dengan seperenam dari seluruh karbon yang dihasilkan oleh aktivitas manusia setiap tahunnya.

Tak hanya itu, arus deras yang ada pada jalur ganas ini mengangkut nutrisi dan “makanan” di laut sehingga mendukung kehidupan.

Drake Passage merupakan habitat bagi plankton, khususnya krustasea mirip udang yang disebut krill.

Organisme tersebut merupakan sumber makanan bagi paus biru dan sirip, cumi-cumi, penguin kaisar, dan anjing laut pemakan kepiting.

Baca juga: 10 Tahun MH370 Menghilang, Ilmuwan Kembangkan Cara Baru Lacak Pesawat Menggunakan Hewan Laut

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi