Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

18 Tahun Silam Yogyakarta Diguncang Gempa M 5,9, Ribuan Orang Meninggal Dunia

Baca di App
Lihat Foto
WAWAN H PRABOWO
Isak tangis warga korban gempa tak tertahankan saat mengikuti Detik-detik Peringatan Setahun Pascagempa di Lapangan Trirenggo, Bantul, Minggu (27/5/2007). Hingga kini masyarakat korban gempa di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah masih menyimpan trauma akibat bencana gempa 27 Mei 2006, yang merenggut ribuan jiwa dan mengorbankan harta benda.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sabtu (27/5/2006) menjadi hari yang kelam bagi warga Yogyakarta usai wilayah mereka diguncang gempa dahsyat berkekuatan M 5,9.

Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa tersebut menyebabkan 66.359 rumah mengalami kerusakan parah.

Catatan Universitas Islam Indonesia (UII) menunjukkan, gempa Yogyakarta 2006 juga merenggut nyawa 5.782 orang dan menyebabkan 26.299 mengalami luka berat dan ringan.

Menurut Dwi Daryanto yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, secara umum korban meninggal karena tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Berkaca dari fenomena gempa Jogja 2006, para ahli mengingatkan bukan gempa yang membunuh manusia. Namun, bangunannya," kata Dwi.

“Sementara itu, korban luka-luka banyak terjadi karena kepanikan yang luar biasa,” tambahnya.

Baca juga: Tertidur Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Penyebab gempa Yogyakarta 2006

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (27/5/2022), gempa Yogyakarta 2006 terjadi pukul 05.53 WIB di lepas pantai Samudra Hindia.

Lokasi persis gempa berada di koordinat 8,26 lintang selatan dan 110,33 bujur timur atau pada jarak 28 kilometer selatan Yogyakarta dengan kedalaman 33 kilometer.

Penyebab gempa Yogyakarta pada waktu itu adalah lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia yang saling bertumbukan.

Lokasi dua lempeng bertumbukan berada pada jarak 150-180 kilometer ke selatan dari garis pantai Pulau Jawa.

Tony Agus Wijaya yang pada saat itu menjabat sebagai pengamat geofisika pada Stasiun Geofisika Yogyakarta mengatakan, gempa susulan dengan kekuatan kecil terjadi setelah gempa utama M 5,9.

Beruntung, gempa Yogyakarta yang juga dirasakan di sebagian wilayah di Jawa Tengah itu tidak menyebabkan tsunami.

Baca juga: Muncul Kilatan Petir di Puncak Gunung Ruang Saat Meletus, Ini Kata PVMBG

Dampak gempa Yogyakarta

Gempa Yogyakarta 2006 tidak sekadar meninggalkan pilu bagi warga yang kehilangan anggota keluarganya.

Gempa tersebut juga memicu efek berantai berupa kondisi ekonomi yang mengalami kelumpuhan total.

Hal tersebut disebabkan oleh listrik yang padam dan ditutupnya Bandara Adisutjipto.

Tak berhenti sampai di situ, sebanyak 40 base transceiver stasiun Telkomsel menjadi macet, stasiun kereta api rusak, dan pasar rakyat ikut ambruk.

Kerusakan akibat gempa Yogyakarta dapat dilihat pada Pasar Piyungan yang hampir rata dengan tanah.

Malioboro yang menjadi tujuan wisatawan di Yogyakarta juga harus ditutup akibat gempa.

Baca juga: Warganet Sebut Gunung Marapi Tiba-tiba Meletus Minggu Sore, Ini Penjelasan PVMBG

Pengakuan korban gempa Yogyakarta 2006

Salah satu warga yang merasakan duka mendalam akibat gempa Yogyakarta 2006 adalah Sumarno.

Ia harus kehilangan istri dan kedua anaknya selang sepuluh menit setelah tiba di Pasar Gempol, Kecamatan Wedi.

Pada saat itu, mereka tengah membongkar dagangan makanan ringan untuk ditata di lapak, namun guncangan gempa yang begitu dahsyat membuat Sumarno tidak bisa berbuat apa-apa.

“Saya di dekat gerobak mengeluarkan makanan lalu saya oper ke istri saya untuk ditata,” ungkap Sumarno

“Saat itu saya berpikir mungkin akan mati.Sayup-sayup sempat terdengar istri saya memanggil, “Pak, Pak.” Tetapi, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Mau lari jatuh, mau lari jatuh," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi