Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekuasaan Sejarah

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK W1SNU.COM
Jamu asli Indonesia terbuat dari berbagai empon-empon dan rempah.
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

MAHAGURU ilmu sejarah, Prof Peter Carrey sempat menyadarkan saya tentang betapa sakti mandraguna kekuasaan sejarah sebagai sarana diplomasi untuk menanggulangi masalah konflik antarnegara di marcapada ini.

Dalam menyadarkan saya tentang diplomasi dengan kekuasaan sejarah, Prof Peter Carrey berkisah tentang pidato legendaris Sutan Syahrir pada sidang Dewan Keamanan PBB yang diselenggarakan di Lake Success pada tahun 1947.

Adalah Sutan Syahrir bersama Agus Salim yang berhasil meyakinkan PBB untuk mendesak pemerintah kerajaan Belanda sehingga akhirnya sudi mengakui kemerdekaan Republik Indonesia.

Kekuasaan sejarah juga digunakan oleh tim sukses Jamu Goes To Unesco untuk meyakinkan dewan pertimbangan lembaga pendidikan, sains dan kebudayaan PPB, UNESCO berkenan resmi mengakui jamu sebagai warisan budaya dunia.

Syukur alhamdullilah akhirnya pada 6 Desember 2023, di Botswana, tercatat dengan tinta emas pada lembaran sejarah peradaban dunia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta sejarah pelayanan kesehatan Nusantara secara kronologis tak terbantahkan membuktikan bahwa sebelum ilmu kedokteran dan obat farmasi sebagai obat tradisional Barat dibawa masuk ke kawasan Nusantara oleh kaum kolonialis dari Eropa, masyarakat Nusantara sejak dahulu kala menggunakan metode pengobatan Nusantara dan jamu untuk merawat kesehatan diri masyarakat Nusantara sendiri.

Selama belum ada mesin waktu untuk mengubah sejarah dengan memutar balik waktu, maka mustahil masyarakat Nusantara menggunakan ilmu kedokteran dan obat farmasi sebab de facto peradaban kesehatan Barat masuk bersama kolonialisme ke wilayah Nusantara baru tahun 1511.

Sebelum kaum kolonialis dari Eropa merangsek masuk ke wilayah Nusantara, fakta sejatah membuktikan secara tak terbantahkan bahwa masyarakat Nusantara sudah sedemikian sehat walafiat dan segar bugar sehingga mampu membangun kerajaan mulai dari Kutai, Tarumanegara, Medang, Sriwijaya, Singhasari, Majapahit sampai Mataram.

Kakek-nenek moyang bangsa Indonesia terbukti sehat walafiat dan segar bugar bukan berkat jasa para dokter dan obat farmasi, tetapi berkat jasa para dukun dan jamu.

Bahwa kini setelah 1945 bangsa Indonesia sudah merdeka mazhab kedokteran dan obat farmasi de facto maupun de jure dinobatkan sebagai jalur tunggal utama Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia merupakan fakta kesuksesan kaum kolonialis memaksakan warisan peradaban kesehatan Barat kepada bangsa Indonesia sebagai bekas bangsa terjajah kaum kolonialis.

Bangsa Indonesia di masa kini memang sudah merdeka secara politik dan militer, tetapi sayang belum merdeka secara peradaban termasuk dalam bidang pendidikan dan pelayananan kesehatan.

Bahkan WHO sudah memaklumatkan paradigma pelayanan kesehatan planet bumi abad XXI adalah preventif dan promotif sebagai dua potensi utama jamu, namun pilar-pilar kedaulatan jamu masih belum ditegakkan justru di negeri sendiri yang secara sosio-politik sudah terlanjur dikuasai ilmu kedokteran dan ilmu farmasi.

Naskah ini pun harus siap dicemooh, bahkan dihujat oleh para pemberhala peradaban kesehatan Barat.

Insya Allah setelah UNESCO resmi mengakui jamu sebagai warisan budaya dunia, maka layak diharapkan bahwa bangsa Indonesia akhirnya tersadar atas semangat Kebanggaaan Nasional maka bangkit untuk menghargai dan menghormati jamu dan pengobat Nusantara setara berdiri sama tinggi duduk sama rendah dengan obat farmasi sebagai obat tradisional Barat serta para dokter sebagai para pengobat tradisional Barat di dalam sistem kesehatan nasional Indonesia.

Sungguh disayangkan bahwa tampaknya potensi kekuasaan sejarah masih sulit didayagunakan sebagai alat diplomasi demi mendamaikan bangsa Israel dengan bangsa Palestina akibat masing-masing bangsa justru bersikeras untuk berkiblat pada sejarah versi masing-masing pihak yang sedang berseteru.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi