KOMPAS.com - Korea Utara dan Korea Selatan telah terpecah selama lebih dari 70 tahun, sejak Semenanjung Korea dibagi oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS) di masa perang dingin.
Wilayah Korea awalnya adalah sebuah semenanjung yang terletak di Asia Timur, tepatnya di antara China dan Jepang.
Dilansir dari laman Britannica, sumber arkeologi, linguistik, dan legenda mendukung pandangan bahwa Semenanjung Korea dihuni oleh masyarakat berbahasa Tungus yang bermigrasi secara bergelombang dari Manchuria dan Siberia.
Mereka menetap di sepanjang pantai dan pindah ke lembah sungai, kemudian membentuk fondasi etnis yang dominan dalam masyarakat Korea dan mengembangkan bahasa Korea.
Baca juga: Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...
Selama berabad-abad sebelum perpecahan, semenanjung ini merupakan satu kesatuan Korea, yang diperintah oleh beberapa generasi kerajaan dinasti.
Korea diduduki oleh Jepang setelah Perang Rusia-Jepang pada 1905 dan secara resmi dianeksasi lima tahun kemudian.
Ketika kekaisaran Jepang dibubarkan pada akhir Perang Dunia II, Korea Korea berhasil bebas dari pemerintahan kolonial Jepang yang berlangsung selama 35 tahun.
Namun, mereka justru menjadi korban Perang Dingin yang berakibat pada terbaginya wilayah Korea menjadi Republik Korea (Korea Selatan) dan Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara).
Baca juga: 17 Aturan Aneh yang Ada di Korea Utara, Melanggar Bisa Dihukum Mati
Alasan Korea terbagi jadi dua negara
Mengutip laman History, Pada Agustus 1945, AS dan Uni Soviet membagi kendali atas Semenanjung Korea menjadi dua wilayah, belum sebagai dua negara.
Namun, keputusan pembagian wilayah pendudukan tersebut sebenarnya terjadi tanpa keterlibatan Korea.
Selama tiga tahun berikutnya (1945-48), Tentara Soviet dan proksinya mendirikan rezim komunis di wilayah utara (garis lintang 38 derajat LU, atau paralel ke-38).
Baca juga: Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan antara Holland dan Belanda
Sementara di selatan garis itu, dibentuklah pemerintahan militer yang didukung langsung oleh Amerika Serikat.
Meskipun kebijakan Soviet sangat populer di kalangan buruh dan tani di Korea Utara, sebagian besar masyarakat kelas menengah Korea melarikan diri ke wilayah selatan.
Sebaliknya, rezim di Selatan yang didukung AS cenderung menyukai elemen sayap kanan yang anti-komunis.
Dalam segala upaya untuk menciptakan jalan tengah atau menyatukan kembali semenanjung Korea gagal karena Uni Soviet dan AS yang tidak mau menyerah satu sama lain.
Baca juga: Sering Dikira Sama, Ternyata Bahasa China dan Mandarin Berbeda
Pada 1948, Amerika Serikat menyerukan pemungutan suara yang disponsori PBB bagi seluruh warga Korea untuk menentukan masa depan semenanjung tersebut.
Setelah Korea Utara menolak berpartisipasi, Korea Selatan membentuk pemerintahannya sendiri di Seoul, dipimpin oleh Syngman Rhee yang sangat anti-komunis.
Korea Utara memberikan tanggapan serupa dengan mengangkat mantan gerilyawan komunis Kim Il Sung sebagai perdana menteri pertama Korea Utara di ibu kota Pyongyang.
Baca juga: Mengenal Paman Sam, Sosok yang Menjadi Simbol Negara Amerika Serikat
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.