Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentuk Bumi Disebut Bukan Bulat Sempurna tapi Berbenjol, Ini Penjelasan BRIN

Baca di App
Lihat Foto
TikTok/@choco__chipss
Tangkapan layar unggahan video TikTok yang menyebut bentuk Bumi tidak bulat sempurna, tetapi benjol di beberapa bagian.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Selama ini, ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa bentuk Bumi adalah bulat tidak sempurna dengan sedikit lonjong pada bagian kutubnya.

Namun, video di media sosial TikTok menyebutkan bahwa bentuk asli Bumi bukan bulat, melainkan berbenjol dengan permukaan yang tidak rata.

"Bukan bulat apalagi datar! ternyata inilah bentuk asli dari permukaan bumi hasil dari penelitian," tulis unggahan akun @choco__chipss, Rabu (29/5/2024).

Menanggapi, beberapa warganet berkomentar, permukaan benjol adalah bentuk Bumi jika hanya berupa daratan tanpa air.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlebih, tidak hanya permukaan, Bumi juga diselimuti lapisan udara atau atmosfer yang menjadi rumah bagi awan dan senjata untuk mencegah benda luar angkasa masuk.

Lantas, benarkah bentuk Bumi bukan bulat tetapi dipenuhi benjolan?

Baca juga: Ilmuwan Deteksi Planet Layak Huni Seukuran Bumi


Visualisasi medan gravitasi Bumi

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin mengatakan, bentuk Bumi sebenarnya adalah bulat tidak sempurna.

Dia menjelaskan, unggahan video TikTok tersebut adalah visual medan gravitasi Bumi hasil pengamatan satelit Gravity Recovery And Climate Experiment (GRACE).

Satelit GRACE sendiri merupakan misi Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) bersama Badan Antariksa Jerman (DLR).

"Gambaran Bumi yang benjol-benjol itu hanya visualisasi daerah yang lebih padat materialnya, sehingga gravitasinya lebih besar," ujar Thomas, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (2/6/2024).

Baca juga: BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Profesor BRIN ini juga membantah bahwa penampakan dalam unggahan merupakan permukaan Bumi tanpa air laut.

"Itu bukan Bumi tanpa air laut. Hanya gambaran variasi kerapatan massa di kulit Bumi. Pengamatan gravitasi sudah termasuk massa air laut," paparnya.

Thomas menjelaskan, wilayah Indonesia dan Himalaya adalah contoh wilayah dengan gravitasi yang besar karena dipenuhi gunung-gunung.

Keberadaan gunung-gunung itu memberikan material lebih padat atau massa yang besar pada wilayah Bumi tersebut.

Jika digambarkan dalam model Bumi dengan kerapatan atau massa jenis seragam, wilayah yang lebih padat akan lebih menggembung atau benjol seperti pada unggahan.

Baca juga: Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Menurut Thomas, semakin padat dan tinggi suatu daerah, maka visualisasinya pun akan semakin tampak benjol.

"Ya, visualisasi daerah yang materialnya padat dengan gravitasi yang tinggi divisualisasikan makin menggembung," kata dia.

Namun, faktanya, kerapatan material di permukaan Bumi bervariasi karena banyak faktor, termasuk penyusupan lempeng benua.

Oleh karena itu, bentuk Bumi secara umum tetaplah bulat, tetapi dengan massa jenis bervariasi di setiap permukaannya.

"Bumi yang sesungguhnya tetap bulat, dengan variasi kerapatan material di kulit Buminya," tutur Thomas.

Baca juga: Samudra Selatan Memiliki Udara Terbersih di Bumi, Ini Penyebabnya

Penyebab bentuk Bumi tidak bulat sempurna

Sementara itu, dilansir dari Kompas.com (9/4/2022), bukan bola yang bulat sempurna, bentuk Bumi adalah oblate yang mirip bola agak pipih dan lonjong seperti telur.

Akan tetapi, bentuk lonjong itu hanya sedikit, sehingga Bumi masih tampak bulat sempurna meski tidak disadari banyak orang.

Penyebab Bumi, planet lain, serta Bulan tidak bulat sempurna adalah gaya sentrifugal atau gaya luar yang dialami oleh sebuah benda berputar.

Merujuk Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha, selain ketinggian dan kerapatan material suatu daerah, gaya sentrifugal memengaruhi percepatan gravitasi di permukaan Bumi.

Semakin ke kutub, percepatan gravitasi relatif semakin naik. Sebaliknya, semakin mengarah ke ekuator atau khatulistiwa, percepatan gravitasi relatif semakin turun.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Eksoplanet Cotton Candy, Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Lantaran planet terus berputar, gaya sentrifugal menyebabkan obyek tersebut menonjol pada bagian tengah atau ekuatornya.

Di sisi lain, semakin cepat suatu benda berputar, akan semakin besar pula gaya sentrifugal yang bekerja.

Contoh ekstrem gaya sentrifugal yang bekerja pada sebuah benda adalah planet kerdil bernama Haumea.

Planet kerdil tersebut berada di Sabuk Kuiper yang merupakan wilayah obyek es di luar orbit Neptunus.

Haumea seukuran Pluto, tetapi berputar sangat cepat, sekitar satu putaran penuh setiap empat jam.

Perputarannya yang berlangsung sangat cepat menyebabkan wujud Haumea hampir berbentuk seperti telur.

Baca juga: Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi