Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Kabinet Perang Israel Benny Gantz Mundur, Konflik Berpotensi Semakin Memanas

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/TSAFRIR ABAYOV
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, tengah, menghadiri upacara yang menandai selesainya peningkatan penghalang keamanan di sepanjang perbatasan Israel-Gaza, Selasa, 7 Desember 2021.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Mantan panglima militer sekaligus anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz mengundurkan diri dari pemerintahan pada Minggu (9/6/2024).

Dikutip dari CNN, Gantz diperkirakan telah mengundurkan diri pada Sabtu (8/6/2024). Namun ia menunda pengumuman tersebut setelah pasukan Israel diklaim menyelamatkan empat sandera dari warga negaranya.

Keputusan Gantz untuk mengundurkan diri muncul usai Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan dari sekutu Israel di negara Barat untuk melakukan gencatan senjata.

Tak hanya Gantz, seorang Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Gadi Eisenkot juga mengundurkan diri.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Netanyahu Rayu Oposisi untuk Dukung Proposal Gaza Biden, Apa Isinya?


Ia juga memberikan pidatonya kepada publik dan memberikan alasan dirinya mengundurkan diri dari pemerintahan.

“Netanyahu menghalangi kita untuk mencapai kemenangan sejati. Untuk alasan ini kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini, dengan berat hati, namun dengan sepenuh hati.”

Gantz juga menilai bahwa keputusan strategis yang diambil Netanyahu penuh dengan keraguan dan mendesak Perdana Menteri untuk mengadakan pemilihan umum (Pemilu) pada Agustus 2024.

Dilansir dari The Guardian, sebelumnya kabinet perang Israel beranggotakan tiga orang menteri tanpa jabatan usai Hamas menyerang Israel pada Sabtu (7/10/2023) terjadi.

Baca juga: PBB Masukkan Israel ke “Blacklist” Negara yang Melakukan Pelanggaran Kekerasan terhadap Anak-anak

Kabinet perang tersebut beranggotakan Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dan Benny Gantz yang beroperasi independen dari pemerintahan Israel secara lebih luas.

Kini, kabinet tersebut hanya beranggotakan dua orang dan sedang dipertimbangkan untuk dibubarkan.

Rencananya, pembahasan isu perang akan kembali ke model lama, yaitu dibahas dalam forum terbatas sebelum dipresentasikan pada pertemuan kabinet reguler.

Ketidakhadiran Gantz dalam kabinet diprediksi akan membuat sekutu sayap kanan Netanyahu cenderung memiliki pengaruh lebih besar terhadap jalannya perang.

Kondisi ini juga memungkinkan meningkatnya ancaman konflik dengan Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon.

Baca juga: Israel Serang Sekolah Milik PBB di Gaza, Lebih dari 20 Orang Meninggal

Respons Netanyahu

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu meminta Gantz tetap berada dalam pemerintahannya meskipun dikenal sebagai “saingan” Netanyahu.

“Benny, ini bukan waktunya untuk meninggalkan 'kampanye'. Ini adalah waktunya untuk bergabung,” ungkap Netanyahu melalui media sosial X miliknya.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa dirinya akan melanjutkan perang hingga tujuan tercapai dan semua sandera dapat dibebaskan.

Netanyahu mengatakan, pintunya akan tetap terbuka bagi partai politik mana pun yang bersiap “berbagi beban” dalam melawan Hamas.

Kini, Netanyahu diprediksi akan semakin bergantung pada elemen sayap kanan dalam pemerintahan koalisinya.

Baca juga: Israel Serang Rafah, Erdogan Sumpahi Netanyahu Bernasib seperti Hitler

Gantz “lebih disukai” daripada Netanyahu

Pengunduran diri Gantz akan berdampak pada reputasi pemerintah Israel di mata dunia internasional.

Gantz yang berhaluan tengah sangat disukai oleh Amerika Serikat dan dipandang sebagai “penghambat” yang berguna untuk Netanyahu.

Amerika Serikat telah berulang kali meminta Netanyahu untuk menyajikan rencana nyata usai perang di Gaza.

Presiden AS Joe Biden telah mengajukan tiga proposal perjanjian perdamaian pada Israel pekan lalu.

Biden secara terang-terangan menyatakan bahwa Netanyahu kemungkinan mendapat manfaat dari konflik yang berkepanjangan.

Menurut jajak pendapat, Gantz sering kali melampaui popularitas dari Netanyahu untuk memimpin Israel.

Baca juga: Israel Sebut Perang Melawan Hamas Diperkirakan hingga Akhir Tahun 2024

Sebuah survei yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Maariv menunjukkan dukungan untuk Gantz sebesar 42 persen.

Sementara itu dalam jajak pendapat tersebut, Netanyahu hanya memperoleh 34 persen suara dari responden.

Mantan diplomat Israel, Alon Pinkas mengatakan, Gantz bergabung dengan kabinet perang dengan tujuan untuk menyeimbangkan hubungan dengan kelompok sayap kanan.

Gantz juga ditempatkan di dalam kabinet untuk mencegah pengambilan keputusan yang sembrono dari Netanyahu.

“Dalam pikirannya, dia adalah orang dewasa yang bertanggung jawab dalam pemerintahan yang penuh dengan ketidaksesuaian dan ketidaksesuaian dengan misionaris,” ungkap Pinkas.

Baca juga: 5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi