KOMPAS.com - Pernahkah Anda melihat daging berdenyut atau bergerak-gerak sendiri pada hewan kurban yang baru dipotong?
Fenomena yang biasanya dibincangkan pada Idul Adha tersebut dapat terjadi pada daging sapi maupun daging kambing.
Lantas, kenapa daging kurban bisa bergerak sendiri setelah hewan sembelih? Apakah daging kurban seperti ini berbahaya jika dikonsumsi? Simak penjelasan pakar berikut ini.
Baca juga: Tak Disarankan Minum Kopi Setelah Makan Daging, Mengapa?
Kenapa daging kurban bergerak sendiri setelah dipotong?
Wakil Ketua Halal Center Universitas Gadjah Mada (UGM) Nanung Danar Dono menjelaskan, daging kurban bergerak sendiri atau berdenyut-denyut disebabkan oleh proses rigor mortis.
Untuk diketahui, rigor mortis adalah sebuah proses yang terjadi sesaat setelah kematian akibat otot-otot dalam tubuh yang menegang dan kaku.
Lebih lanjut Nanung menyampaikan, rigor mortis pada daging kurban terjadi akibat tingginya cadangan gula dalam otot (glikogen) yang tertahan pada hewan.
“Tingginya kandungan glikogen pada otot hewan menyebabkan rigor mortis berlangsung lebih lama," kata dia, saat dihubungi, Kompas.com, Kamis (20/6/2024).
Menurut Nanung, rigor mortis pada hewan kurban tidak ada kaitannya dengan cara penyembelihan. Tapi, terkait perlakuan yang kurang tepat sebelum pemotongan hewan kurban.
“Mestinya dipuasakan dulu hewannya 12 jam supaya tidak stres. Tapi, biasanya tidak dilakukan,” kata dia.
Baca juga: Kenapa Sapi Kurban Mengamuk sebelum Disembelih? Ini Penjelasan Pakar
Apakah daging yang bergerak sendiri setelah dipotong aman dikonsumsi?
Nanung menjelaskan, daging yang bergerak sendiri setelah dipotong tetap aman dikonsumsi alias tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
"Sama sekali tidak berbahaya, hanya saja daging biasanya menjadi lebih alot," jelas dia.
Ia menyampaikan, dalam kondisi stres, energi hewan kurban akan terkuras. Kondisi ini membuat tubuh hewan berusaha menyediakan energi lebih banyak di otot dalam bentuk gula otot (glikogen).
"Semakin sedikit glikogen, rigor mortis berjalan lebih cepat, sehingga tidak menimbulkan gerakan pada daging. Daging pun akan menjadi lebih empuk ketika dimasak," ungkapnya.
Nanung mengungkapkan proses rigor mortis lebih sering terjadi pada daging kurban, dibandingkan daging yang dijual di kios, pasar, atau supermarket.
“Kalau sehari-hari dari rumah potong hewan agak jarang ditemukan. Karena petugas biasanya sudah paham pentingnya pemuasaan ternak sebelum disembelih,” ucapnya.
Baca juga: Tanda-tanda Daging Kurban Tak Layak Konsumsi, Apa Saja?
Cara mengolah daging kurban agar tidak alot
Jika Anda mendapatkan daging kurban yang mengalami proses rigor mortis, daging berpotensi menjadi alot saat dimasak.
Dikutip dari Kompas.com, berikut beberapa cara mengempukkan daging yang alot:
1. Potong daging berlawanan arah seratUntuk menghindari daging kurban yang semakin alot, sebaiknya saat memotong pastikan arah pisau melawan serat. Semakin pendek serat, semakin cepat daging dimasak dan empuk.
2. Membuang selaput putihSelaput putih pada daging disebut dengan connective tissue dan biasanya banyak di temukan pada daging kambing. Supaya empuk, selaput putih harus dibuang sampai didapatkan daging tanpa urat dan otot.
3. Membungkus daging dengan daun pepayaDaun pepaya mengandung asam yang berfungsi untuk mengempukkan daging. Daging bisa dibungkus selama satu jam dengan daun pepaya, lalu dimasak.
4. Menggunakan buah nanasNanas merupakan buah yang populer dikenal bisa mengempukkan daging karena mengandung kadar asam tinggi. Sebelum dimasak, daging yang telah dipotong terlebih dahulu direndam dengan nanas selama 30 menit.
Setelah menyimak penjelasan pakar mengenai fenomena daging kurban bergerak sendiri setelah dipotong di atas, jangan khawatir lagi untuk mengonsumsi sumber protein ini. Coba cara di atas untuk mengempukkan daging agar tidak alot.
(Sumber: Krisda Tiofani | Editor: Ni Nyoman Wira Widyanti)
Baca juga: Bisakah Daging Kurban Dimasak Medium Rare seperti Steak? Ini Kata Chef
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.