Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legalisasi Dibahas, Apa Manfaat dan Efek Samping Kratom?

Baca di App
Lihat Foto
WIKIMEDIA COMMONS/ThorPorre
Manfaat daun kratom dan efek sampingnya. Daun kratom (Mitragyna speciosa Korth). Tanaman asli Asia Tenggara yang banyak tumbuh di Thailand, Papua, Malaysia dan Indonesia, terutama di Kalimantan Barat. Bersifat opioid, produk kratom sering disalahgunakan dan tercatat banyak kasus overdosis daun kratom terjadi di Amerika Serikat.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat terbatas bersama sejumlah menteri untuk membahas legalisasi tanaman kratom.

Kratom adalah tanaman herbal dengan berbagai manfaat, tetapi memiliki efek menyerupai narkotika jika dikonsumsi dalam dosis tinggi.

Rapat di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Kamis (20/6/2024) itu antara lain membahas tata kelola dan teknis penggolongan kratom.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, tata kelola perlu dirumuskan karena selama ini belum ada standardisasi, sehingga masyarakat kesulitan mengekspor kratom.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Karena ini ditunggu oleh masyarakat, saya mendapatkan keluhan dari masyarakat Kalimantan Barat termasuk juga dari bupati dan gubernur ini masyarakat harus mendapatkan kepastian," ujar Moeldoko, di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis.

Lantas, apa manfaat dan efek samping kratom?

Baca juga: Kecubung Bisa Picu Halusinasi, Adakah Manfaatnya untuk Kesehatan?


Manfaat tanaman kratom

Kratom adalah tanaman herbal yang tumbuh subur di wilayah Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Kamboja, Vietnam, dan Indonesia.

Tanaman dengan nama ilmiah Mitragyna speciosa Korth ini kerap menjadi polemik karena isu kesehatan, sosial, ekonomi, dan ekologi.

Polemik dipicu munculnya kekhawatiran efek samping penggunaan kratom untuk kesehatan, seiring peningkatan jumlah pengguna dan nilai perdagangan dunia akibat tanaman ini.

Dilansir dari katalog Kratom: Prospek Kesehatan dan Sosial Ekonomi (2019), daun kratom secara tradisional digunakan di Malaysia dan Thailand untuk mengurangi rasa nyeri serta relaksasi.

Manfaat kratom di dua negara tersebut juga termasuk mengatasi diare, menurunkan panas, dan mengurangi kadar gula darah.

Baca juga: Thailand Larang Penggunaan Ganja untuk Rekreasi mulai Akhir 2024, Ada Sanksi dan Denda

Di Thailand, selain memberikan efek stimulan atau meningkatkan kewaspadaan, mengonsumsi kratom dinilai memicu perasaan yang menyenangkan.

Sementara itu, di Indonesia, kratom secara tradisional digunakan untuk menambah stamina, mengatasi nyeri, rematik, asam urat, hipertensi, gejala stroke, dan diabetes.

Tanaman ini juga dimanfaatkan untuk mengatasi masalah susah tidur, luka, diare, batuk, kolesterol, tipus, hingga membantu menambah nafsu makan.

Penelitian menunjukkan, senyawa mitraginin dan 7-hidroksimitraginin merupakan kandungan kimia utama dalam kratom.

Senyawa lain yang sudah teridentifikasi dalam tanaman ini, termasuk flavonoid, polifenol, triterpenoid, triterpenoid saponin, monoterpen, glukopiranosid, sitosterol, stigmasterol, dan daukosterol.

Baca juga: 10 Tanaman yang Dapat Memengaruhi Pikiran Selain Ganja

Secara empiris, beberapa manfaat daun kratom yang telah diuji, antara lain memberikan efek analgesik atau pereda rasa nyeri yang kuat.

Daun tanaman ini juga memiliki efek sedatif atau menenangkan, efek stimulan, dan antidepresan.

Konsumsi tanaman kratom pun dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh bagi penggunanya.

Adapun biasanya, daun kratom langsung dikonsumsi dengan cara dikunyah, diseduh seperti teh, atau dihisap sebagai rokok.

Tidak hanya itu, tanaman asli Asia Tenggara ini juga sering diolah menjadi kapsul atau tablet terkompresi agar lebih mudah dicerna.

Baca juga: Kecubung Picu Halusinasi, Kenapa Tidak Masuk Golongan Narkotika?

Kratom digunakan sebagai pengganti opium

Beberapa laporan menyebutkan, tanaman kratom dapat digunakan sebagai pengobatan pada kasus kecanduan opioid, obat golongan narkotika yang memicu ketergantungan.

Dikutip dari laman Badan Narkotika Nasional (BNN), pada 1863, kratom pertama kali dimanfaatkan sebagai pengganti opium oleh seorang Melayu (Malaysia).

Sejak itu, kratom dijadikan obat pengganti kecanduan opium yang menjadi masalah di Asia. Manfaat kratom ini berkat kandungan senyawa aktif mitraginin di dalamnya.

Penggunaan kratom secara sistematis dengan dosis tertentu memang dapat meningkatkan toleransi terhadap pengaruh opioid.

Kratom dosis rendah juga memberikan efek stimulan, sedangkan dalam dosis tinggi memberikan efek sedatif.

Efek tersebut disebabkan oleh senyawa mitraginin dan 7-hidroksimitraginin yang bertanggung jawab sebagai analgesik, antiinflamasi, antidepresan, psikoaktif, dan opioid.

Khasiat psikoaktif ini menyebabkan kratom potensial dan rawan disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Baca juga: Jenis Narkotika Harus Diketahui, Bahaya Kecanduan hingga Kematian

Efek samping kratom

Meski kaya akan manfaat, penggunaan kratom terus-menerus dan dalam dosis tinggi juga dapat memicu kecanduan.

Masih dari laman BNN, beberapa pengguna kratom dilaporkan mengalami efek seperti menggunakan candu atau opium.

Efek yang dirasakan, antara lain perasaan rileks dan nyaman, serta euforia jika mengonsumsi dalam dosis tinggi.

Seperti beberapa jenis narkotika, kratom juga dapat menimbulkan efek samping berupa pusing, mengantuk, halusinasi dan delusi, depresi, sesak napas, kejang, dan koma.

Efek samping kratom lainnya dapat berupa mulut menjadi kering, badan menggigil, mual dan muntah, berat badan turun, gangguan buang air kecil dan buang air besar, kerusakan hati, serta nyeri otot.

Baca juga: Beragam Respons soal Wacana Ganja untuk Kepentingan Medis

Di sisi lain, orang yang menggunakan kratom dalam jangka panjang dapat menunjukkan gejala ketergantungan saat konsumsi dihentikan.

Misalnya, mengalami iritabilitas, mual, diare, hipertensi, insomnia, kejang otot dan nyeri, mata berair, demam, serta nafsu makan menurun.

Gejala saat berhenti menggunakan juga kemungkinan menyerang psikologis, seperti perasaan gelisah, tegang, marah, sedih, hingga gugup.

Tidak hanya itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) turut mencatat, overdosis teh kratom telah menyebabkan 91 kematian di negaranya dari Juli 2016 hingga Desember 2017.

Namun, dilansir dari Kompas.com, Rabu (25/10/2023), sejumlah efek samping daun kratom yang mungkin dirasakan tersebut relatif bervariasi tergantung dosis yang dikonsumsi.

Pengguna yang belum terbiasa dengan kratom hanya memerlukan beberapa helai daun setiap hari untuk merasakan dampaknya.

Baca juga: Cari Korban Longsor Lumajang, Relawan Malah Temukan 3 Polybag Tanaman Diduga Ganja

Sementara itu, pengguna berat mungkin harus mengonsumsi 3–10 kali sehari, bahkan dalam kasus tertentu bisa mencapai 30 daun atau lebih per hari.

Lantaran potensi efek membahayakannya, daun kratom masuk dalam daftar NPS (New Psychoactive Substances), zat yang disalahgunakan baik dalam bentuk murni atau sediaan tidak dikontrol.

BNN juga merekomendasikan tanaman ini agar dimasukkan ke jenis narkotika golongan 1 dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun diminta melanjutkan riset tentang aspek keamanan kratom.

Sejauh ini, uji keamanan terhadap tanaman kratom yang banyak tumbuh di Indonesia baru sampai in vivo (penelitian di dalam organisme hidup) pada hewan coba.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi