Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gletser di Alaska Mencair Semakin Cepat, Terparah sejak Abad Ke-20

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Chella Defa Anjelina
Gilkey Glacier di 2022
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com - Para ilmuwan di Newcastle University melaporkan jika gletser di Ladang Es Juneau, Alaska mencair lebih cepat perkiraan.

Diberitakan New York Times, Selasa (2/7/2024), peristiwa tersebut mengkhawatirkan, karena laju pencairan es dua kali lebih cepat dibandingkan tahun 2010, atau sekitar 50.000 galon per detik.

Bahkan, laju percepatan ini paling drastis sejak abad ke-20. Volume es juga telah berkurang seperempat bagian, sejak akhir abad ke-18.

Ahli glasikologi sekaligus pemimpin penelitian Bethan Davies menyebut, percepatan tersebut terjadi akibat bertambahnya kadar karbon dioksida yang memicu pemanasan global ke atmosfer.

"Jika kita mengurangi karbon, maka kita memiliki harapan lebih besar untuk mempertahankan massa es yang menakjubkan ini,” kata Davies.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026


Picu kenaikan permukaan laut secara global

Peristiwa pencairan gletser di Alaska bisa berdampak signifikan pada dunia. Sebab, mencairnya es di Alaska diperkirakan dapat memicu kenaikan permukaan laut secara global.

"Faktanya, penyusutan gletser di Alaska dari tahun 2000 hingga 2020, kita kehilangan lebih banyak es di Alaska daripada di tempat lain," kata Davies.

Ladang Es Juneau memiliki luas 1.500 mil persegi dan merupakan ladang es terbesar kelima di Amerika Utara.

Ladang es yang membentang dari Taku Inlet hingga Skagway itu juga merupakan rumah dari 1.050 gletser pada tahun 2019.

Sayangnya, wilayah tersebut kini menjadi lebih hangat dan lebih banyak hujan selama setengah abad terakhir.

Davies dan rekan-rekannya menemukan perubahan besar yang terjadi dalam dua setengah abad sebelumnya.

Ia dan rekan penelitiannya mengukur gletser selama beberapa dekade dengan mengumpulkan informasi dari citra satelit, foto udara, peta, dan survei.

Mereka juga mempelajari studi tentang lingkar pohon dan gambut untuk memahami kondisi lingkungan di masa lalu.

Setelah memeriksa ulang data yang didapat dengan kondisi di lapangan, Davies menemukan jika setiap gletser di ladang es telah mencair secara signifikan antara tahun 1770 dan 2019.

Lebih dari 100 gletser lenyap, selain itu hampir 50 danau baru terbentuk akibat gletser yang mencair.

Laju hilangnya volume es juga terdeteksi semakin melambat pada pertengahan abad ke-20, tetapi kembali meningkat setelah tahun 1979 dan semakin meningkat lebih jauh lagi sejak 2005.

Baca juga: Ini yang Bakal Terjadi jika Gletser Kiamat di Antartika Runtuh

Penyebab cairnya gletser di Alaska

Menurunya Davies peningkatan laju percepatan pencairan gletser berhubungan dengan albedo.

Dilansir dari Cooperative Institute for Research in Environmental Sciences, albedo adalah rasio radiasi matahari yang dipantulkan oleh permukaan terhadap total radiasi matahari yang masuk.

Lebih lanjut Davies menjelaskan, saat hujan salju berkurang, semakin banyak bebatuan yang terlihat.

Bebatuan memiliki permukaan yang gelap, sehingga menyerap lebih banyak radiasi matahari. Akibatnya, es di sekitarnya pun semakin cepat menipis.

Tak hanya itu, seiring menipisnya lapisan es, maka semakin banyak wilayahnya yang berada pada ketinggian rendah. Hal itu membuat permukaan terkena udara yang lebih hangat.

Aktivitas pariwisata dan kebakaran hutan yang menyebabkan penumpukan endapan jelaga serta debu juga mempercepat pencairan gletser.

Davies mengatakan jika gletser akan terus meleleh, bahkan jika negara di seluruh dunia sudah memenuhi Perjanjian Paris, yakni menjaga kenaikan temperatur suhu minimum 1,5 derajat Celsius.

Ia memproyeksikan Ladang Es Juneau akan tetap konsisten mencair hingga tahun 2040 dan meningkat lagi setelah tahun 2070.

Sementara secara umum, setengah dari gletser dunia atau sekitar 104.000 di antaranya akan hilang pada tahun 2100.

Baca juga: Gletser Tertua Berumur 2,9 Miliar Tahun Ditemukan Tersembunyi di Bawah Ladang Emas Afrika Selatan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi