KOMPAS.com - Satu Suro merupakan hari pertama pada Bulan Suro dalam penanggalan Jawa sekaligus bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.
Pada tahun ini, 1 Muharram diperingati pada hari Minggu (7/7/2024).
Satu suro kerap dianggap sebagai hari yang sakral. Karenanya, masyarakat Jawa menyambutnya dengan melakukan berbagai tradisi.
Berikut sejumlah tradisi menyambut satu Suro di berbagai daerah Indonesia.
Baca juga: Membongkar Mitos di Balik Larangan Keluar Rumah pada Malam 1 Suro
1. Jamasan pusaka
Jamasan pusaka atau siraman pusaka adalah tradisi yang diselenggarakan oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat setiap Selasa kliwon pada bulan Suro.
Dilansir dari laman resmi Kraton Yogyakarata, kata “jamasan” berasal dari bahasa Jawa, yang artinya memandikan atau membersihkan.
Dengan demikian, jamasan pusaka merupakan upacara membersihkan benda-benda pusaka milik Keraton Yogyakarta.
Tradisi jamasan pusaka bertujuan untuk merawat benda-benda warisan sejarah dan budaya, serta sebagai bentuk rasa syukur dan antusias masyarakat Jawa menyambut tahun baru.
Jamasan Pusaka dimulai dengan sugengan ageng, yaitu meminta doa agar upacara berjalan dengan baik dan lancar. Tahapan ini dilakukan satu hari sebelum jamasan pusaka.
Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan pengambilan pusaka dari tempat penyimpanannya, semedi, arak-arakan, dan terakhir pemandian.
Baca juga: 11 Weton Tulang Wangi yang Dikaitkan Malam 1 Suro, Apa Itu?
2. Kirab kebo bule
Kirab kebo bule adalah tradisi turun temurun yang dilakukan oleh Keraton Surakarta. Tradisi ini dilakukan dengan mengarak pusaka milik keraton sambil diiringi oleh kebo bule.
Menurut laman Pemerintah Kota Surakarta, kebo bule adalah tokoh utama dalam ritual ini, karena selalu mengiringi kirab sejak masa Raja Pakubuwono X. Kebo bule juga dianggap sakral, karena namanya mengemban pusaka yang mulia, yaitu Kyai Slamet.
Oleh karena itu, kebo bule dipercaya dapat membawa anugerah dan keselamatan dari Tuhan. Bahkan saat prosesi kirab, sebagian warga berusaha menyentuh, mengambil air jamasan, dan mengambil kotoran kebo bule yang jatuh.
Kirab biasanya dimulai pada pukul 23.00 WIB malam satu Suro, dengan rute dari Supit Urang, Jalan Pakubuwana, Gapura Gladah, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi dan kembali ke Keraton Solo.
Untuk melakukan kirab, semua peserta diwajibkan mengenakan pakaian hitam. Peserta pria dengan busana Jawi jangkep dan peserta wanita mengenakan kebaya berwarna hitam.
Barisan kebo bule dan pawangnya berada di paling depan, diikuti oleh barisan abdi dalem, putra-putri raja, dan kerabat Keraton Solo yang bertugas membawa pusaka keraton.
Baca juga: Kapan Malam 1 Suro 2024? Ini Arti dan Sejumlah Tradisinya
3. Petik laut
Petik laut adalah tradisi pelarungan hasil bumi dan laut, serta sesajen kepala sapi ke laut menggunakan perahu kecil.
Dikutip dari Kompas.com (10/8/2021), ritual ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Pantai Lampon, Desa Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur.
Ritual ini merupakan bentuk rasa syukur para nelayan atas limpahan hasil laut selama satu tahun dan harapan keselamatan dan rezeki pada tahun ini.
4. Sedekah laut
Tak hanya Banyuwangi, masyarakat pesisir di Jawa Tengah juga memikiki tradisi serupa bernama Sedekah Laut.
Dilansir dari laman Visit Jawa Tengah, ritual ini biasa dilakukan para nelayan pesisir utara sebagai bentuk rasa syukur, berkah, dan rezeki atas hasil laut yang didapatkan.
Perayaan ini dilaksanakan selama dua hari pada bulan Suro, dengan kepala kerbau dan kambing diinapkan terlebih dahulu selama satu malam.
Setelah itu, prosesi pelarungan sesajen dilakukan esok harinya, diikuti dengan pelarungan hasil laut.
Selain sebagai peringatan satu Suro, sedekah laut juga menjadi tempat bagi para nelayan bersilaturahmi dan berkumpul bersama.
Baca juga: Ramai soal Weton Tulang Wangi Dikaitkan dengan Satu Suro, Apa Itu?
5. Barikan
Barikan adalah kebiasaan turun temurun masyarkat Jawa untuk menyambut peringatan seperti satu Suro dan hari kemerdekaan Indonesia.
Barikan adalah tradisi makan bersama para warga yang dilakukan di tempat terbuka pada malam hari.
Dengan duduk beralaskan tikar, masyarakat saling bertukar makanan untuk kemudian disantap bersama. Jenis makanan yang dibawa bergam, mulai dari nasi, sayuran, kue, hingga buah-buahan.
Selain mempererat tali silaturahmi, barikan digelar sebagai bentuk permohjonan kepada Tuhan agar diberikan keselamatan, kesehaan, dan keberkahan menyambut serta menjal;ani tahun baru Islam.
(Sumber: Kompas.com/Imam Rosidin | Editor: Pythag Kurniati)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.