KOMPAS.com - Inggris bakal memiliki Perdana Menteri (PM) baru setelah pemilihan umum (pemilu) parlemen yang digelar, Kamis (4/7/2024). Pemilihan ini dimenangkan Partai Buruh pimpinan Keir Starmer.
Kemenangan tersebut terasa spesial bagi Partai Buruh karena mereka mampu menumbangkan Partai Konservatif yang sudah berkuasa selama 14 tahun.
Starmer bakal menggeser posisi Sunak dari kursi PM Inggris. Sunak sudah menjabat sebagai PM Inggris sejak Selasa (25/10/2022) menggantikan Liz Truss yang mundur setelah menjabat selama 45 hari.
“Kami berhasil. Perubahan dimulai sekarang. Kami akan mengakhiri kekacauan dan kami akan melakukannya. Kami akan membuka lembaran baru dan kami bisa melakukannya,” ujar Starmer, dalam pidato kemenangannya dikutip dari Reuters, Jumat (5/7/2024).
Baca juga: Putri Anne dari Inggris Gegar Otak akibat Kecelakaan Saat Berkuda, Begini Kondisinya
Partai Buruh raih 326 kursi
Partai Buruh dinyatakan sebagai pemenang setelah exit poll yang diterbitkan pada Kamis malam menempatkan partai ini di posisi teratas.
Dilansir dari NBC News, partai tersebut mendapat 326 kursi, sementara partai Konservatif hanya mampu memperoleh 131 kursi.
Perolehan kursi tersebut menjadi yang terburuk bagi Partai Konservatif selama 200 tahun terakhir.
Kemenangan Partai Buruh mulai terlihat pada Jumat sekitar pukul 05.00 waktu setempat ketika perolehan kursinya tak mungkin dikejar Konservatif. Jumlah ini cukup bagi Partai Buruh untuk menjadi penguasa di parlemen.
Setelah hasil exit poll menunjukkan kemenangan bagi partai Buruh, Starmer bergegas menuju Istana Buckingham, kediaman Raja Inggris Charles III.
Baca juga: Skandal Transfusi Darah di Inggris, Picu Puluhan Ribu Orang Tertular HIV dan Hepatitis
Pertemuan Raja dan PM Inggris yang baru selalu dilakukan setiap pergantian kepala pemerintahan terjadi.
Sementara itu, Sunak yang sudah mengetahui kekalahan telak Konservatif terhadap Partai Buruh segera meninggalkan Downing Street 10, kediaman sekaligus kantor PM Inggris.
Ia juga meninggalkan catatan tulisan tangan yang mendoakan keberuntungan bagi penggantinya di Downing Street 10.
Kekuasaan Partai Konservatif tumbang usai inggris dilanda sekelumit masalah, mulai dari ekonomi yang stagnan dan buruknya pelayanan publik.
Tak hanya itu, Inggris juga mengalami peningkatan kemiskinan dan tunawisma serta beberapa perguruan tinggi diperkirakan bangkrut.
Baca juga: Pria Inggris Beratnya 300 Kg, Meninggal Obesitas dan Kerusakan Organ
Rakyat Inggris butuh perubahan
Meski berhasil menumbangkan Konservatif, kemenangan Partai Buruh tidak menandakan bahwa rakyat Inggris sepenuhnya mendukung mereka.
Berdasarkan jajak pendapat dan wawancara, rakyat Inggris memilih Partai Buruh karena mereka ingin menghukum Konservatif atas semrawutnya kondisi Inggris selama beberapa tahun terakhir.
Kemenangan tersebut juga terbilang langka terutama dalam politik Inggris yang sudah didominasi Konservatif sejak Perang Dunia II.
Partai Buruh baru berkuasa selama 30 tahun lebih dan hanya tiga pemimpinnya yang dapat mengalahkan Konservatif.
Pemimpin Partai Buruh terakhir yang mampu menumbangkan Konservatif adalah Tony Blair pada 2005 yang kini menjabat sebagai Dewan Penasehat Ibu Kota Nusantara (IKN).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.