Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Ketakutan Para Arkeolog untuk Membongkar Makam Kaisar Pertama China...

Baca di App
Lihat Foto
Twitter @archeohistories
Ribuan tentara terakota yang menjaga makam Kaisar China Qin Shi Huang
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Para arkeolog disebut takut membuka makam kaisar pertama China, Qin Shi Huang yang sudah berusia 2.200 tahun.

Dikutip dari Business Insider, kaisar pertama yang memerintah China setelah bersatu (221-210 SM) ini dikenal sebagai sosok tangguh dan ambisius.

Makamnya berada di Distrik Lintong, Xi’an, Shaanxi, China dan "dijaga" oleh patung Tentara Terakota yang ikonik. 

Patung Tentara Terakota yang jumlahnya ada ribuan tersebut ditujukan untuk melindungi Qin Shi Huang di akhirat.

Kompleks pemakaman itu ditemukan oleh sejumlah petani pada 1974.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meskipun sebagian besar kompleks pemakaman telah dieksplorasi, tetapi makam Qin Shi Huang sendiri belum pernah dibuka.

Lantas, mengapa arkeolog tak berani membuka makam Kaisar Qin Shi Huang?

Baca juga: Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Diklaim menyimpan banyak jebakan

Salah satu alasan di balik ketakutan para arkeolog untuk menggali makam Qin Shi Huang adalah berbagai jebakan maut yang melindunginya.

Hal itu diketahui dari sebuah catatan yang ditulis oleh sejarawan China kuno, Sima Qian sekitar 100 tahun setelah kematian Qin Shi Huang.

Sima Qian menjelaskan, makam tersebut dipasangi jebakan yang dirancang untuk membunuh penyusup.

"Istana dan menara yang indah untuk seratus pejabat dibangun, dan makam itu dipenuhi dengan artefak langka, serta harta karun yang indah. Para perajin diperintahkan untuk membuat busur panah dan anak panah yang siap menembak siapa pun yang memasuki makam,” tulisnya.

Baca juga: Arkeolog Temukan Situs Misterius Usia 4.000 Tahun di Yunani, Apa Itu?

“Air raksa (merkuri) digunakan untuk mensimulasikan seratus sungai, Sungai Yangtze dan Sungai Kuning, serta lautan besar, dan diatur untuk mengalir secara mekanis," sambungnya.

Bahkan, jika senjata busur berusia 2.000 tahun sudah tidak mempan lagi, disebutkan akan ada banjir merkuri cair yang beracun.

Sebuah penelitian ilmiah pada 2020 menemukan, terdapat konsentrasi atau kandungan merkuri sekitar makam yang jauh lebih tinggi dari perkiraan.

“Merkuri yang sangat mudah menguap mungkin keluar melalui retakan, yang berkembang di dalam struktur seiring berjalannya waktu," tulis studi itu, dikutip dari IFL Science.

"Penyelidikan kami mendukung catatan kronik kuno di makam tersebut, yang diyakini tidak pernah dibuka atau dijarah,” sambungnya.

Baca juga: Kerangka Panda Raksasa Utuh Ditemukan di Makam Kaisar China yang Berusia 2.000 Tahun

Lihat Foto
Wikimedia Commons
Lukisan Kaisar Qin Shi Huang.
Ada kekhawatiran jika merusak makam

Meski demikian, alasan utama di balik ketakutan itu adalah adanya kekhawatiran mengenai dampak penggalian terhadap makam tersebut.

Hal itu bisa menyebabkan informasi sejarah yang penting akan menghilang ketika digali.

Pasalnya, hanya teknik arkeologi invasif yang dapat digunakan untuk memasuki atau menggali makam kuno, sehingga berisiko tinggi menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

Salah satu contohnya adalah penggalian Kota Troya (wilayah saat ini masuk ke Turkiye) pada tahun 1870-an.

Karena tergesa-gesa dan kenaifan arkeolog bernama Heinrich Schliemann, hampir seluruh jejak kota tersebut menghilang.

Baca juga: Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Hal tersebut membuat para arkeolog yang meneliti makam Qin Shi Huang tidak ingin mengulangi kesalahan serupa.

Sejumlah peneliti telah menyampaikan ide agar menggunakan teknik non-invasif tertentu untuk melihat ke dalam makam.

Salah satunya adalah memanfaatkan muon, produk subatomik dari sinar kosmik yang bertabrakan dengan atom-atom di atmosfer Bumi.

Hal tersebut memungkinan arkeolog dapat menilik ke dalam makam melalui struktur, seperti sinar X. Namun, tampaknya sebagian besar proposal ini terlalu lambat untuk direalisasikan.

Baca juga: Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi