KOMPAS.com - Polres Metro Jakarta Utara menangkap 31 orang saat penggerebekan di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (13/7/2024) pagi.
Mereka juga menyita beragam barang bukti terkait peredaran narkoba dari lokasi penggerebekan.
"(Barang bukti yang disita) Paket besar sabu dengan berat bruto 103 gram, lalu 26 paket kecil sabu, 12 timbangan digital, dua televisi, empat unit decorder, satu unit laptop," ujar Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan, diberitakan Kompas.com, Sabtu.
"Lalu, satu unit alat hitung uang, 11 alat isap atau bong, satu senapan angin, empat air gun berikut gas CO2, 25 senjata tajam, satu unit drone, satu kotak petasan, dan tiga alat isap," lanjutnya.
Karena seringnya terjadi penangkapan kasus narkoba, Kampung Bahari kerap dijuluki sebagai "sarang narkoba".
Baca juga: Deret Artis yang Ditangkap karena Narkoba Sepanjang 2024, Terbaru Virgoun
Kampung Bahari dan narkoba
Dikutip dari Kompas.com (17/12/2022), pemberitaan mengenai kasus narkoba di Kampung Bahari mulai muncul pertama kali pada 2013.
Kala itu, polisi menangkap dua warga Kampung Bahari yang menjadi pengedar narkoba jenis ganja berinisial JN (48) dan HR (31).
Pengedar mengaku telah menjual narkoba ke anak buah kapal (ABK), nelayan, atau kuli angkut harian di kawasan Tanjung Priok. Transaksi itu dilakukan di Kampung Bahari.
Para pengedar mengaku mendapat pasokan narkoba dari sejumlah daerah, seperti Pulau Sumatera dan Cianjur, Jawa Barat.
Setelah dua warga Kampung Bahari ditangkap, polisi menyadari keberadaan sarang baru peredaran narkoba di Jakarta.
Baca juga: Jerat Judi Online dan Narkoba di Lingkungan Kepolisian, Kompolnas: Ironis…
Satu tahun kemudian, polisi kembali menggerebek Kampung Bahari dan menangkap 36 orang, serta beberapa barang bukti, termasuk 2 kg ganja.
Seorang pengurus RT mengatakan, orang yang hanya melintas Kampung Bahari bahkan kerap ditanya terkait pengambilan narkoba.
Menurutnya, peredaran narkoba di kampung tersebut telanjur kuat dan mengakar. Warga bahkan hidup dan menjadikan narkoba sebagai mata pencarian.
Sayangnya, stigma "kampung narkoba" yang melekat pada Kampung Bahari berdamak negatif terhadap para warga setempat maupun sekitarnya.
Ada warga yang gagal menjalani rangkaian seleksi karyawan di perusahaan karena beralamat di Kampung Bahari. Selain itu, warga kesulitan memesan ojek online (ojol) saat malam hari.
Baca juga: Mengenal Kampung Bayam dan Konfliknya yang Tak Kunjung Usai
Warga gunakan drone untuk awasi polisi
Mereka menerbangkan drone untuk mengamati wilayah di Kampung Bahari, termasuk jika ada penggerebekan polisi, diberitakan Kompas.com, Sabtu.
Drone tersebut tersambung ke layar berupa televisi yang kini yang kini telah disita polisi.
Bukan hanya itu, pelaku juga memakai airsoft gun untuk melawan polisi di Kampung Bahari. Meski begitu, amunisi yang digunakan bisa melukai atau mematikan.
“Atau mungkin melakukan kejahatan lain di lingkungan itu menggunakan sebuah benda yang menyerupai senjata api. Yang pasti itu menimbulkan korban,” lanjut Gidion.
Baca juga: Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film
Polisi juga menemukan bedeng atau “apotek” yang berada di pinggir rel Kampung Bahari saat penggerebekan.
“Apotek” yang dimaksud dibangun menggunakan triplek beratap asbes dan dijadikan sebagai tempat mengonsumsi sekaligus bertransaksi narkoba.
Bedeng tersebut berukuran panjang tiga meter dan lebar empat meter, dengan karpet yang digunakan para pelaku untuk bersantai
Pada banner putih yang menjadi lapisan dalam bedeng, terdapat coretan “sewa alat Rp 5.000” dan “bayar dulu boskuh!”. Alat yang diduga disewakan adalah alat bong untuk mengonsumsi narkotika.
Baca juga: Mengenal Rusunawa Marunda yang Tanpa Penghuni dan Fasilitas Dijarah
Penyebab banyak narkoba di Kampung Bahari
Gidion menilai, ada alasan peredaran narkoba di Kampung Bahari terulang, meski lokasi tersebut digerebek berkali-kali.
"Saya bilang narkoba kan siklus ya, maka yang harus kita matikan sebenernya ekosistemnya. Jangan sampai berulang," tegasnya, dikutip dari Kompas.com, Sabtu.
Gidion berharap penggerebekan yang dilakukan kali ini menjadi pembelajaran bagi warga, sehingga kasus narkoba di Kampung Bahari tak terulang.
"Saya juga berharap ini terakhir kita melakukan penindakan, yang kemudian satu sisi ada yang sependapat karena membawa nama jelek lingkungan ya. Tapi, kita tidak akan pernah lelah untuk melakukan penangkapan, penindakan, kemudian memutus mata rantai peredaran narkotika," pungkasnya.
(Sumber: Kompas.com/Baharudin Al Farisi, | Editor: Abdul Haris Maulana, Ivany Atina Arbi, Jessi Carina)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.