Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Herbal: Kecubung Beracun dan Bukan Obat Tradisional

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi kecubung.
|
Editor: Yefta Christopherus Asia Sanjaya

KOMPAS.com - Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI) mengategorikan kecubung sebagai bahan alami yang beracun.

Kecubung yang mempunyai sifat psikoaktif atau dapat mengubah perilaku, sehingga sudah tidak termasuk obat tradisional.

Hal tersebut dikatakan Ketua PDPOTJI Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si menanggapi puluhan orang yang keracunan kecubung di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) beberapa hari lalu.

“Sekarang ini, kecubung tidak dianjurkan lagi sebagai obat tradisional dan digolongkan sebagai tanaman beracun,” ujar Inggrid, dikutip dari Antara, Senin (15/7/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 47 Orang Dibawa ke RSJ Usai Mabuk Kecubung di Banjarmasin, Seberapa Parah Efeknya?

Penggunaan kecubung sesuai medis

Meski kecubung disebut sebagai bahan beracun dan bukan obat tradisional, bukan berarti kecubung tidak mempunyai manfaat.

Inggrid mengatakan, tanaman dengan bentuk mirip terompet tersebut dapat digunakan sebagai obat untuk meningkatkan stamina.

Manfaat lain dari kecubung adalah untuk meredakan nyeri pada bagian tubuh tertentu.

Kendati kecubung punya khasiat untuk kesehatan, Inggrid mewanti-wanti agar tumbuhan ini tidak sembarangan dikonsumsi atau digunakan.

Pasalnya, efek samping kecubung berpotensi menyebabkan gangguan denyut nadi, halusinasi, hingga kematian jika seseorang tidak kuat dengan efek samping tumbuhan ini.

“Efek dan durasinya itu bisa berbeda-beda pada setiap orang. Jadi, walaupun tidak diminum dan hanya ditempel, pada beberapa orang bisa menimbulkan psikoaktif. Ini yang berbahaya,” jelas dia.

Baca juga: Unggahan Viral Efek Makan Kecubung, Jangan Anggap Lucu, Ini Bahayanya!

Penyalahgunaan kecubung

Lebih lanjut, Inggrid menerangkan, beberapa orang nekat mengonsumsi kecubung karena muncul perasaan ingin mencoba dan kecanduan.

Sebagai contoh, kecubung kerap dikonsumsi saat kondisi emosi seseorang tidak stabil. Kecubung kemudian dijadikan pelarian dari rasa stres atau depresi.

Menurut Inggrid, rasa ingin tahu yang muncul saat mengonsumsi kecubung sama dengan perasaan ketika seseorang merasakan narkoba, rokok, atau obat keras.

“Alasan orang mencoba kecubung biasanya orang dengan kondisi emosi atau mental yang labil, misalnya anak muda dan remaja,” kata Inggrid.

Baca juga: Benarkah Konsumsi Buah Kecubung Bisa Menimbulkan Efek Halusinasi?

Kandungan berbahaya kecubung

Terpisah, Direktur Reserse Narkoba kepolisian Daerah (Polda) Kalsel Komisaris Besar (Kombes) Polisi Kelana Jaya menyampaikan, kecubung positif mengandung atropin dan skopolamin.

Temuan tersebut didapat setelah Laboratorium Forensik (Labfor) Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Cabang Surabaya, Jawa Timur melakukan pengujian.

“Untuk narkotika, psikotropika dan obat berbahaya lainnya negatif, yang pasti penggunaan kecubung tidak baik berdasarkan kandungannya, apalagi sampai dicampur dengan obat-obatan terlarang dan alkohol,” jelas Kelana dikutip dari Antara, Senin.

Sementara itu, Kabid Dokkes Polda Kalsel Kombes Pol Muhammad El Yandiko menjelaskan, kandungan tertinggi atropin dan skopolamin pada kecubung terletak pada buah dan akarnya.

Kandungan atropin dan skopolamin pada buah dan akar kecubung sebanyak 0,4-0,9 persen.

Selain itu, daun kecubung juga mengandung atropin dan skopolamin sebanyak 0,2-0,3 persen.

Kecubung juga mengandung alkaloid yang dalam bahasa medis disebut golongan obat antikolinergik.

Kandungan tersebut bekerja pada sistem saraf pusat sehingga dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, efek anestesi dan halusinasi yang bisa bertahan selama dua hari.

“Pengguna akan kesulitan membedakan antara realita dan delusi yang dialami, kemudian efek ketergantungan menyusul dan akhirnya menyebabkan keracunan jika dikonsumsi berulang,” pungkas Yandiko.

Baca juga: Kecubung Bisa Picu Halusinasi, Adakah Manfaatnya untuk Kesehatan?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi