Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Suhu Dingin di Indonesia Akibat Fenomena Aphelion? Ini Penjelasan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock.com
Ilustrasi suhu dingin pada pagi dan malam hari selama Juli 2024. Apa penyebab suhu dingin dan sampai kapan?
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Suhu dingin yang dikaitkan dengan fenomena aphelion, ramai dibicarakan warganet di media sosial baru-baru ini.

Akun TikTok @salwXXX, misalnya, menyebutkan bahwa aphelion adalah fenomena jauhnya jarak Bumi dari Matahari. Hal ini kemudian diklaim menimbulkan dampak suhu dingin pada Bumi.

"Cuaca panas tapi terasa dingin banget ternyata ini penyebabnya. Mulai pagi jam 05.27 kita akan mengalami fenomena aphelion," tulis akun itu, Senin (15/7/2024).

"Di mana, letak Bumi akan sangat jauh dari Matahari. Kita tidak bisa melihat fenomena tersebut, tapi kita bisa merasakan dampaknya. Ini akan berlangsung sampai bulan Agustus," tambahnya.

Lantas, benarkah suhu dingin di Indonesia belakangan akibat dari fenomena aphelion?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Suhu Dingin Akhir-akhir Ini, Penyebab, dan Kapan Akan Berakhir?


Penjelasan BMKG

Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ida pramuwardhani membantah kabar bahwa suhu dingin di Indonesia belakangan akibat dari fenomena aphelion.

Menurutnya, aphelion adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.

"Sementara itu, kondisi cuaca dingin yang terjadi di wilayah Indonesia pada periode Juli 2024 tidak terkait dengan fenomena aphelion," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (16/7/2024).

Meskipun posisi Matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari Bumi ketika terjadi fenomena aphelion, hal itu tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan Bumi.

Ida menjelaskan, suhu udara dingin di Indonesia sebenarnya merupakan fenomena alami yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli hingga September.

Sementara itu, jarak pasti aphelion Bumi sedikit berubah dari tahun ke tahun lantaran pengaruh gravitasi planet-planet lain dan gravitasi Bulan.

Namun pada aphelion 5 Juli 2024, pusat Bumi berada pada jarak 152.099.969 kilometer atau 94.510.539 mil dari pusat Matahari.

Baca juga: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang di Awal Kemarau 2024, Mana Saja?

Penyebab suhu dingin di Indonesia

Ida mengungkapkan, saat ini wilayah pulau Jawa hingga NTT berada pada musim kemarau.

Periode ini ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia. Pada Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia juga menyebabkan pergerakan massa udara menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsun Dingin Australia.

Monsun ini kemudian bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga menyebabkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa.

Selain dampak angin dari Australia, minimnya awan dan hujan di pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh pada suhu dingin di malam hari.

Sebab, tidak adanya uap air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh Bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

"Langit yang cenderung bersih awannya, akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar, sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari." kata Ida.

"Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari," imbuhnya.

Baca juga: BMKG: Hujan di Musim Kemarau Bukan Anomali

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi