KOMPAS.com - Pernahkan bertanya atau terpikirkan, sebenarnya kita sekolah untuk apa?
Datang ke sekolah untuk belajar, mencari ilmu, atau sekedar untuk mengikuti yang diperintahkan orangtua agar mendapat ijazah dan bisa bekerja?
Lalu bagaimana asal-usul sekolah, sejak kapan manusia mengenal sekolah?
Asal-usul sekolah
Dikutip dari buku "Sekolah itu Candu" karya Roem Topatimasang, disebutkan kata sekolah berakar dari bahasa latin, yaitu skhole, scola, scolae, atau schola.
Apabila diartikan secara harfiah, kata scola atau scolae itu berarti waktu luang.
Hal itu karena orang-orang di zaman Yunani Kuno kerap menghabiskan waktu luangnya untuk berkunjung ke suatu tempat atau ke seorang pandai seperti filsuf untuk memelajari hal tertentu.
Akhirnya istilah skhole itu pun kemudian berarti “waktu luang yang digunakan khusus untuk belajar.”
Kata “skhole” lalu diserap ke dalam bahasa lainnya, seperti “escuela” dalam bahasa Spanyol, “ecole” dalam bahasa Perancis, dan “skhola” dalam bahasa Jerman.
Sementara dalam bahasa Inggris Kuno, namanya menjadi “scol” yang kemudian berubah menjadi “scole” dalam bahasa Inggris Pertengahan. Lalu, diubah lagi dalam bahasa Inggris Modern menjadi “school” sejak ribuan tahun yang lalu.
Baca juga: Kontroversi AI Generatif dan Dampaknya terhadap Pendidikan
Perkembangan sekolah, jadi penitipan anak
Aktivitas skhole yang awalnya hanya untuk mengisi waktu luang di sela-sela pekerjaan manusia zaman dahulu, lama-lama jadi aktivitas yang kerap dilakukan.
Akhirnya masyarakat membuat ber-skhole jadi sebuah kebiasaan.
Awalnya, cuma lelaki dewasa saja yang melakukannya aktivitas skhole. Tapi kemudian, anak-anak yang lebih banyak punya waktu luang dari pada orang dewasa diajak untuk rutin belajar.
Anak-anak diserahan ke orang-orang pandai di suatu tempat.
Ya, selain untuk belajar, ber-skhole adalah cara orang dewasa menitipkan anaknya agar mereka bisa bekerja.
Dari sekedar scola, kegiatan di waktu luang para anak itu kemudian menciptakan schola matterna (pengasuhan ibu hingga usia tertentu).
Lalu berkembang lagi menjadi scola in loco parentis atau lembaga pengasuhan anak pada waktu senggang di luar rumah, sebagai pengganti orangtua.
Sekolah dan almamater
Oleh karena itulah kemudian muncul yang namanya almamater atau sekolah tempat kita bernaung.
Dalam bahasa latin, alma itu berarti pengasuhan, dan mater itu adalah ibu. Sekolah adalah perpanjangan dari ibu (orangtua), yang memberikan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya dalam perkembangannya, makin banyak orangtua yang ingin menitipkan anaknya di skhole.
Para pengasuh pun perlu membuat sistem, perlu mengajak orang-orang yang bersedia menjadi pengasuh fulltime dengan sejumlah upah tertentu. Lalu pengasuhan dan pembelajaran para anak itu kian terlembagakan.
Anak-anak yang dititipkan dikelompokkan secara berjenjang dan kemudian muncullah yang namanya kelas.
Kemudian, kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama di skhole pun dirancang serta diurutkan, yang melahirkan mata pelajaran. Urutan mata pelajaran ini yang mesti dilalui anak-anak itu untuk naik tingkat.
Nah itulah asal-usul sekolah, yang awalnya hanya kegiatan pengisi waktu luang, sekolah lalu jadi sistem kelembagaan pendidikan yang sering dianggap sebagai perwujudan dari pendidikan itu sendiri.
Sekolah pertama: Academia Plato
Pada tahun 387 sebelum Masehi, murid Socrates, Plato, membangun sebuah akademi atau perguruan tinggi filsafatnya di pinggiran Athena, Yunani.
Akademia berdiri saat Plato berusia 41 tahun setelah kembali dari Italia selatan. Taman dan rumah di dalamnya dibeli olehnya.
Fasilitasnya tidak hanya sekolah dan pusat kegiatan pribadinya termasuk rumah, tetapi juga tempat pesta minum dan dialog filosofis dilakukan.
Akademia Plato ini mengajarkan berbagai ilmu yang mencakup matematika, dialektika, pengetahuan alam, dan kenegarawanan.
Baca juga: Mengenal Bamboo School Thailand, Sekolah yang Dikelola Sendiri oleh Siswanya
Perguruan tinggi tertua
Dikutip dari Kompas.com, University of Al-Qarawiyyin atau Universitas Al Karaouine di Maroko dinobatkan sebagai universitas tertua di dunia Oldest.org.
Perguruan tinggi ini berdiri pada 859 Masehi di Kota Fez.
Awal berdiri, universitas ini diperuntukkan untuk ilmu alam. Pada 1957 Al-Qarawiyyin resmi menjadi universitas dan menambah jurusan-jurusan lain seperti matematika dan bahasa asing.
Universitas ini juga diberikan penghargaan oleh Guinness Book of World Records sebagai universitas tertua di dunia yang masih beroperasi hingga saat ini.
Baca juga: Sejarah Pramuka di Indonesia, Kini Tak Lagi Jadi Ekskul Wajib Sekolah
Bapak Pendidikan Modern Horace Mann (1796-1859)
Horace Mann, Sekretaris Dewan Pendidikan Negara Bagian Massachusetts Amerika Serikat dianggap sebagai Bapak Pendidikan Modern.
Dia meyakini pendidikan publik universal sangat penting membentuk warga negara, khususnya Amerika saat itu.
Di masa jabatannya, Mann membuat sejumlah sekolah umum di Massachusetts. Ia mereformasi sekolah-sekolah umum yang kemudian diadopsi negara-negara lain.
Setelah diangkat menjadi Sekretaris Dewan Sekolah, Horace Mann mengunjungi setiap sekolah di Massachusetts untuk melihat operasional sekolah.
Mann memulai jurnal bernama Common School Journal pada 1831 sebagai panduan bagi guru agar sama dalam mengajar.
Mann juga pergi ke Eropa untuk memeriksa sekolah dan mengamati apa yang penting bagi orang Eropa dalam mengajar anak-anak.
Prinsip-prinsip pendidikan modern Horace Mann mengemukakan enam prinsip tentang pendidikan publik.
Meski pada saat itu dinilai cukup kontroversial tetapi prinsip-prinsip tersebut diadopsi dan diberlakukan.
Berikut ini enam prinsip pendidikan modern Horace Mann:
- Warga negara tidak bisa bebas dan tidak peduli.
- Masyarakat perlu membayar, mempertahankan dan mengendalikan pendidikan.
- Anak-anak dari semua kelas harus memiliki sekolah yang sama.
- Pendidikan harus nonsekuler (artinya bukan agama).
- Pendidikan perlu menggunakan prinsip-prinsip masyarakat bebas.
- Para pendidik dan guru perlu dilatih secara profesional.
Seiring dengan prinsip-prinsip ini, Mann juga memisahkan nilai berdasarkan usia daripada mengelompokkan semua siswa bersama.
Dia juga mengemukakan teori terbaik bahwa kuliah lebih cocok untuk pembelajaran.
Seiring waktu, banyak negara bagian mulai mengadopsi prinsip-prinsip Mann yang mengarah pada sistem pendidikan yang dikenal sekarang.
Pendidikan standar
Secara historis, telah ada tes standar bagi lulusan sekolah. Contohnya sejak Dinasti Han di China pada awal Masehi, warga negara yang ingin bekerja pada pemerintah harus lulus tes negara.
Tes terstandarisasi adalah tes yang menanyakan kepada siswa pertanyaan yang sama untuk mengukur pengajaran di sekolah dan hal ini menjadi sangat kontroversial.
Sama dengan penggagas sekolah, tidak bisa dipastikan siapa penggagas pendidikan standar.
Pada 1905 Alfred Binet mulai mengembangkan tes kecerdasan tetapi lebih dikenal sebagai tes IQ.
Tes bakat mulai muncul pada awal 1900-an tetapi bukan tes standar jaman sekarang.
Pada awal 1900-an juga dikembangkan SAT dan ACT oleh Dewan Perguruan Tinggi untuk menguji siapa yang dapat diterima di perguruan tinggi.
Tetapi itu adalah gagasan sekelompok orang. Bagaimanapun, secara keseluruhan, pendidikan adalah bagian yang sangat penting bagi masyarakat di seluruh dunia.
Seperti yang diyakini Mann, masyarakat bebas hanya bisa berfungsi dengan orang-orang terpelajar yang menjalankannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.