KOMPAS.com - Puluhan warga Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel), yang sempat diduga keracunan kecubung ternyata mengonsumsi pil putih tanpa merek.
Berdasarkan laporan Kompas.id, Minggu (14/7/2024), sebanyak 47 warga sudah dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum, Banjar, setelah diduga keracunan kecubung.
Menurut psikiater konsultan adiksi RSJ Sambang Lihum, dr. Firdaus Yamani, Sp.KJ(K), temuan konsumsi pil putih tanpa merek pada korban keracunan diketahui setelah pihaknya mewawancarai pasien yang sudah pulih.
“Mereka (pasien) menjawab mengonsumsi pil putih tanpa merek,” kata Firdaus, dikutip dari Antara, Jumat (19/7/2024).
Baca juga: Pakar Herbal: Kecubung Beracun dan Bukan Obat Tradisional
Apa itu pil putih tanpa merek?
Firdaus menjelaskan, pil putih tanpa merek yang menjadi penyebab keracunan termasuk ke dalam jenis pil carnophen.
Pil tersebut mengandung paracetamol, carisoprodol, dan kafein yang mampu menimbulkan halusinasi yang serupa efek samping kecubung.
Menurut Firdaus, carnophen termasuk narkotika golongan I dan bersifat ilegal sebagaimana diatur oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Terkait kasus keracunan yang terjadi di Banjar, Firdaus meminta agar masyarakat tidak mencoba kecubung apalagi menggabungkannya dengan obat-obatan terlarang.
Larangan tersebut disampaikan Firdaus karena gabungan obat-obatan terlarang dan kecubung dapat menimbulkan efek samping yang membahayakan jiwa.
Kecubung dapat menyebabkan halusinasi, gagal napas, dan kenaikan tekanan darah yang tiba-tiba sampai kematian.
“Ini harus jadi keprihatinan kita bersama meski baru diduga ada indikasi kecubung (dalam kasus ini), namun, (buah) ini berbahaya karena menyebabkan halusinasi sehingga perlu kolaborasi berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat agar menjauhi konsumsi tanaman ini,” jelasnya.
Dilansir dari Kompas.com, Jumat, carnophen sebenarnya adalah obat untuk meredakan nyeri tulang. Sayangnya, beberapa orang menyalahgunakan pil tersebut sebagai stimulan
"Kemudian dari penjual yang sama dari pil Zenith ini mereka mendapatkan tawaran pil baru. Ada (pasien) yang mengatakan ini pil Zenith varian baru dan ada yang mengatakan ini pil koplo," kata Firdaus.
"Karena mereka tertarik, mereka mencobanya. Ada yang meminum dua, tiga, bahkan ada juga yang lima pil," terangnya.
Meski begitu, pasien yang mengonsumsi pil putih tidak bermerek tersebut merasakan efek samping yang berbeda dengan carnophen.
Efek samping obat tersebut mirip dengan dampak setelah makan kecubung sehingga masyarakat menganggap korban keracunan kecubung.
Firdaus mengatakan, polisi dan Badan Narkotika Nasional turun tangan meneliti kandungan pil putih tidak bermerek yang diduga mengandung ekstrak kecubung karena efek samping yang ditimbulkan.
"Namun, kepastiannya menunggu hasil penelitian BNN dan kepolisian," pungkasnya.
Baca juga: Kecubung Picu Halusinasi dan Bisa Sebabkan Kematian, Guru Besar UGM: Tak Ada Dosis Aman
Kecubung bukan obat tradisional
Sebelumnya, Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI) juga sudah menyatakan bahwa kecubung bukan obat tradisional karena buah ini memiliki efek samping yang berbahaya.
Ketua PDPOTJI Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si mengatakan, korban keracunan kecubung bisa merasakan peningkatan gairah seksual secara tiba-tiba, gangguan denyut jantung, hingga mengalami kematian.
“Efek dan durasinya itu bisa berbeda-beda pada setiap orang, jadi walaupun tidak diminum dan hanya ditempel, pada beberapa orang bisa menimbulkan psikoaktif. Ini yang berbahaya,” jelas Inggrid dikutip dari Antara, Senin (15/7/2024).
Inggrid menambahkan, kecubung sebenarnya memiliki beberapa manfaat, tetapi tidak semua orang bisa menahan efek samping buah ini.
Buah tersebut berguna untuk menambah stamina dan meredakan nyeri pada bagian tubuh tertentu.
Kecubung yang sudah diremas juga bisa ditempelkan ke dahi untuk meredakan sakit kepala. Tapi, buah ini sebaiknya tidak dikonsumsi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.