Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergoki Anak Nonton Konten Dewasa, Apa yang Perlu Dilakukan?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi pornografi, film porno
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Di era digital, kemudahan akses terhadap beragam konten memberikan tantangan sendiri bagi perkembangan anak.

Penting bagi orang tua untuk memiliki strategi yang tepat guna mengarahkan anak agar tidak terjebak dalam konten dewasa atau tidak sesuai usianya.

Dengan pendekatan yang bijak dan pemantauan yang konstan, orangtua dapat mencegah dan melindungi anak dari dampak buruk yang mungkin ditimbulkan oleh konten dewasa.

Lantas, apa yang perlu dilakukan jika mengetahui anak nonton konten dewasa?

Baca juga: Apa Dampak dari Sering Nonton Film Porno pada Kesehatan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Jika pergoki anak nonton konten dewasa 

Psikolog dari Ibunda.id, Danti Wulan Manunggal menuturkan, anak dapat suka menonton video atau konten dewasa jika tidak mendapat pengawasan.

"Adanya faktor lingkungan yang mana anak-anak tidak didampingi dalam mengakses semua tayangan dewasa sehingga anak jadi tidak terkontrol dan kecanduan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/7/2024).

Faktor-faktor penyebab kecanduan konten dewasa lainnya, seperti pengaruh teman sebaya, kondisi lingkungan, peran media sosial, perkembangan teknologi, serta kurang perhatian, pengawasan, dan pendidikan agama oleh keluarga.

Selain itu, tekanan psikologis yang dialami anak dan remaja akibat ketidakharmonisan keluarga juga memengaruhi kebiasaan menonton konten dewasa.

Baca juga: Benarkah Panda Diberi Tontonan Film Porno agar Bisa Kawin?

Menurutnya, orangtua atau orang dewasa yang melihat anak menonton konten dewasa perlu menghindari sikap reaktif atau langsung memarahi anak.

"Ajak komunikasi (anak), tanya apa yang dilihat dan apa yang dirasakan. Kasih info yang jelas dan utuh tentang seks dan alat kelamin," sarannya.

Danti menekankan, orangtua atau orang dewasa lain di sekitar anak sangat perlu dan penting memberikan pengawasan dan pendampingan terhadap apa yang dilakukan anak-anak.

Jika orangtua kesulitan atau anak yang masih berusia di bawah 17 tahun diduga kecanduan pornografi, dia sangat menyarankan agar membawanya ke psikolog.

Baca juga: Nonton Film Porno Bisa Bikin Volume Otak Menyusut? Ini Kata Dokter

Perhatikan fase perkembangan anak

Di sisi lain, Danti menambahkan, orangtua juga perlu memerhatikan tahapan tumbuh kembang anak saat akan berbicara dan menasehatinya.

"Patokan dari psikologi, perkembangan anak," tegasnya.

Dia menuturkan, perkembangan anak terbagi menjadi lima fase terkait kondisi tubuh yang mengarah kepada seksualitas. Fase tersebut sebagai berikut.

1. Fase Oral (0–1,5 tahun)

Fase Oral adalah fase awal anak, ketika letak kepuasan dan aktivitas yang dilakukan anak berada dan berfokus pada mulut.

Saat anak berusia 0-1,5 tahun, dia akan mendapat kontak pertama dengan lingkungan melalui mulut. Pada fase ini, anak belum memahami seksualitas.

Baca juga: Pria India Pukuli Anak karena Mengira Logo X Twitter di Ponselnya Situs Porno

2. Fase Anal (1,5–3 tahun)

Fase kedua yaitu anal terjadi pada usia 1,5 sampai 3 tahun. Saat itu, kepuasan anak terletak pada daerah anus.

Anak sudah tahu dan mengerti kapan dia akan membuang kotoran. Namun, kepuasan seksualitas belum terlalu dimengerti.

3. Fase Phallic (3–5 tahun)

Fase ketiga yaitu phallic, terjadi saat anak menaruh perhatian kepada alat kelaminnya. Anak mulai merasakan rangsangan seksual pada usia 3-5 tahun.

Anak-anak mulai mengerti perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Mereka juga merasakan kenikmatan saat menyentuh atau disentuh bagian alat kelaminnya.

Pada fase ini, pendidikan seks dini wajib mulai dilakukan. Orangtua atau orang dewasa di sekitar anak wajib memberikan pengertian atau mengajak diskusi terkait seksualitas supaya anak mengerti apa yang dirasakan.

Baca juga: Billie Eilish Mengaku Kecanduan Film Porno, Merusak Otak, dan Kerap Alami Mimpi Buruk

4. Fase Laten (5–10 tahun)

Fase keempat yaitu laten, terjadi saat anak mulai fokus bersosialisasi dan banyak menghabiskan waktu untuk belajar.

Pendidikan seks yang diberikan ke anak dapat mulai ditambah dan lebih serius menyesuaikan kondisi anak tersebut.

5. Fase Genital (10 tahun–remaja)

Fase terakhir yaitu genital menunjukkan anak mulai beranjak remaja. Anak akan mengalami pubertas yang ditandai dengan ketertarikan dengan lawan jenis.

Pada fase ini, pendidikan seks menjadi lebih penting. Anak perlu diberi pemahaman yang serius terkait hubungan seksual dan kontak dengan lawan jenis.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi