Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Temukan Lapisan Berlian Setebal 16 Kilometer di Merkurius

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/themotioncloud
Ilustrasi Planet Merkurius.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan lapisan berlian setebal 10 mil atau sekitar 16 kilometer di planet Merkurius.

Hal tersebut ditemukan oleh ilmuwan menggunakan data dari pesawat antariksa bernama MESENGGER NASA.

Para ilmuwan menemukan lapisan berlian tebal di bawah kerak Merkurius, tepatnya berada di antara inti dan mantel planet.

Dikutip dari NewYorkPost, temuan lapisan berlian di Merkurius itu dipublikasikan di jurnal Nature Communications yang terbit pada 14 Juni 2024.

Adapun MESENGGER (Mercury Surface, Space Environment, Geochemistry, and Ranging) diluncurkan pada Agustus 2004.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MESENGGER ini menjadi pesawat ruang angkasa pertama yang mengorbit Merkurius. Sementara misi pemetaan dan pengumpulan data Merkurius ini berakhir pada 2015 lalu.

Baca juga: NASA Temukan Kristal Berwarna Kuning di Mars, Apa Itu?

Ditandai dengan bercak-bercak di permukaan

Permukaan Merkurius, khususnya bercak-bercak grafit berwarna gelap yang adalah sejenis karbon, telah membuat para ilmuwan bingung selama beberapa dekade terakhir.

Bercak-bercak itu menunjukkan bahwa planet dalam atau terestrial ini mungkin pernah memiliki lautan magma yang kaya akan karbon.

Karbon ini yang kemudian akan membentuk bercak-bercak tersebut ketika magma merembes ke permukaan.

Proses geologi yang sama kemungkinan besar juga menciptakan mantel yang kaya akan karbon.

Namun demikian, data baru dan evaluasi ulang massa di permukaan planet menunjukkan bahwa mantel tersebut tidak terbuat dari grafit, melainkan berlian yang sangat berharga.

“Kami menghitung bahwa dengan perkiraan baru tekanan pada batas mantel-inti, dan mengetahui bahwa Merkurius adalah planet yang kaya akan karbon, mineral pembawa karbon yang akan terbentuk pada antarmuka antara mantel dan inti adalah berlian dan bukan grafit,” kata anggota tim peneliti, Olivier Namur.

Baca juga: Bumi Disebut sebagai Salah Satu Planet Terestrial, Apa Itu?

Asal-usul lapisan berlian di Merkurius

Dilansir dari Space, tim peneliti menggunakan mesin pres bervolume besar untuk meniru kondisi di bawah kerak Merkurius dengan suhu mencapai 3.950 derajat Fahrenheit atau sekitar 2.176,6 derajat Celsius.

Hal tersebut memungkinkan para peneliti untuk melihat bagaimana mineral yang ditemukan di Merkurius akan bereaksi pada awal sejarah pembentukannya.

Para peneliti juga menggunakan pemodelan komputer untuk menilai data tentang bagian dalam Merkurius, sehingga memberi mereka petunjuk bagaimana mantel berlian Merkurius tercipta.

“Kami percaya bahwa berlian dapat terbentuk melalui dua proses,” ungkap Namur.

Proses pertama, adalah kristalisasi lautan magma di dalam Merkurius. Kemudian proses kedua, yakni kristalisasi inti logam Merkurius.

Namur menambahkan, ketika Merkurius terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, inti planetnya sepenuhnya cair dan semakin mengkristal seiring waktu.

Namun, sifat sebenarnya dari fase padat yang terbentuk di inti bagian dalam Merkurius saat ini belum diketahui secara pasti.

Tapi tim peneliti percaya bahwa fase-fase ini pasti memiliki kandungan karbon yang rendah atau “miskin karbon”.

“Inti cair sebelum kristalisasi mengandung sejumlah karbon; oleh karena itu, kristalisasi menyebabkan pengayaan karbon pada sisa lelehan,” tutur Namur.

“Pada titik tertentu, ambang batas kelarutan tercapai, yang berarti cairan tidak dapat melarutkan lebih banyak karbon, dan terbentuklah berlian,” imbuhnya.

Berlian yang tidak sepadat logam itu akan melayang ke inti Merkurius sebelum berada di antara inti dan mantelnya sehingga menciptakan lapisan berlian setebal satu kilometer yang terus bertambah seiring waktu.

Penemuan mengejutkan ini menyoroti berbagai proses pembentukan planet dalam lainnya yang memiliki permukaan padat, seperti Venus, Bumi, dan Mars.

“Merkurius terbentuk lebih dekat dengan Matahari, kemungkinan besar berasal dari awan debu yang kaya karbon,” terang Namur.

“Akibatnya, Merkurius mengandung lebih sedikit oksigen dan lebih banyak karbon dibandingkan planet lain, sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan berlian,” lanjutnya.

Baca juga: Ahli Deteksi Kebangkitan Lubang Hitam 1 Juta Kali Massa Matahari, Apa Dampaknya?

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi