Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Suara di Dalam Rekaman Tak Terdengar seperti Suara Asli? Ini Penjelasan Sains

Baca di App
Lihat Foto
Freepik
Ilustrasi suara. Suara asli itu yang didengar telinga sendiri atau suara dalam rekaman.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Lini masa media sosial ramai memperbincangkan soal suara yang terdengar berbeda saat direkam (misalnya dalam voice note) dibanding dengan suara asli saat melakukan percakapan sehari-hari.

Lantaran terdengar asing, tak jarang orang akan menganggap suara sendiri di dalam rekaman bukanlah suara asli mereka.

Hal itu pun memicu perdebatan seputar manakah yang orang lain dengar saat kita berbicara, apakah seperti suara dalam rekaman atau suara yang kita dengar sendiri dari waktu ke waktu?

"Suara asli kita yg kita denger sendiri atau yg di rekaman hp?" tulis akun X @tanyarlfes, Sabtu (22/7/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengguna media sosial pun terbagi menjadi dua kubu. Beberapa meyakini, suara yang didengar orang lain sama seperti suara dalam rekaman.

Lantas, mana yang benar? Dan mengapa suara rekaman dengan suara asli kita tak sama?

Baca juga: Cermin atau Kamera Belakang, Mana Gambaran Wajah yang Sebenarnya?


Telinga menerima suara dari dua rute

Research Associate di Institute of Industrial Science, University of Tokyo, Jepang, Miki Yonemura menjelaskan, telinga manusia menerima suara melalui dua rute transmisi berbeda.

Pertama, getaran di udara yang mencapai gendang telinga atau suara yang ditransmisikan melalui udara.

Kedua, getaran di tulang telinga manusia atau disebut juga sebagai suara yang ditransmisikan melalui tulang.

Biasanya, kata Yonemura, suara yang didengarkan oleh telinga sendiri adalah campuran bunyi yang diterima melalui kedua rute tersebut.

Sementara itu, rekaman menyimpan suara yang ditransmisikan melalui udara. Itulah mengapa bunyinya tampak asing karena berbeda dengan yang biasa telinga kita dengar langsung.

"Versi suara Anda yang ditransmisikan melalui udara ini sama dengan yang didengar orang lain saat Anda berbicara," ujarnya, seperti dikutip laman University of Tokyo, Jumat (10/2/2023).

Yonemura mengatakan, semua suara dari luar yang manusia dengar, baik suara orang lain, musik, atau kebisingan, menjangkau telinga dalam bentuk getaran yang disalurkan melalui udara.

Getaran ini akan memasuki telinga melalui apa yang dikenal sebagai liang telinga, dan menyebabkan gendang telinga atau membran timpani pada bagian paling ujung bergetar.

Getaran pada gendang telinga tersebut kemudian merambat melalui tiga tulang yang dikenal sebagai tulang pendengaran.

Selanjutnya, getaran memasuki koklea, organ yang berbentuk seperti rumah siput. Koklea mengubah getaran menjadi impuls listrik, yang kemudian ditransmisikan ke saraf pendengaran.

Mekanisme tersebut berbeda untuk suara atau bunyi yang ditransmisikan melalui tulang.

Khusus rute ini, getaran akan merambat melalui tulang temporal, salah satu tulang yang ada di tengkorak, dan langsung menuju koklea.

"Anda masih dapat mendengar suara sendiri bahkan ketika menutup telinga. Itu karena Anda mendengarnya terutama sebagai suara yang ditransmisikan melalui tulang," ujar Yonemura.

Baca juga: Alasan Mengapa Suara Kucing Terdengar Atraktif bagi Telinga Manusia

Alasan orang tidak suka suara pada rekaman

Terpisah, psikolog di University of Essex, Inggris, Silke Paulmann mengatakan, manusia cenderung tidak suka suara rekamannya sendiri karena tidak memenuhi harapan internal.

Pasalnya, dalam rekaman, suara biasanya akan cenderung terdengar lebih tinggi dari yang biasa didengar langsung oleh telinga.

"Suara kita memainkan peran besar dalam membentuk identitas dan saya rasa tidak ada yang suka menyadari bahwa kita sebenarnya bukanlah seperti yang kita kira," tuturnya, dilansir dari The Guardian, Kamis (12/7/2018).

Bukan hanya frekuensi tidak sesuai harapan, kata-kata yang terucap menggunakan suara tersebut pun dapat menyebabkan orang tidak menyukai rekamannya sendiri.

Hal itu sebagaimana kesimpulan mendiang psikolog Phil Holzemann dan Clyde Rousey dalam penelitian pada 1966.

Melalui apa yang disebut "isyarat ekstralinguistik", kondisi ini mengungkap aspek-aspek kepribadian yang hanya dapat dipahami sepenuhnya setelah mendengar dari rekaman.

Termasuk, aspek-aspek seperti tingkat kecemasan, keraguan, kesedihan, kemarahan, dan sebagainya.

Studi mereka selanjutnya pun menemukan, orang bilingual yang mempelajari bahasa kedua setelah berusia 16 tahun menunjukkan rasa tidak nyaman lebih besar saat mendengar rekaman suaranya yang berbicara dalam bahasa pertama.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi