Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jurnalis Foto & Dosen UMN
Bergabung sejak: 3 Jun 2020

Dosen Universitas Multimedia Nusantara, penulis buku "Literasi Visual"

Literasi Visual di Belantara Foto

Baca di App
Lihat Foto
BORIS ELDAGSEN via BBC INDONESIA
Mampukah Anda mengatakan ini bukan karya fotografer? Boris Eldagsen mengatakan dia menggunakan foto itu untuk memantik diskusi terbuka.
Editor: Sandro Gatra

KECUALI seseorang siap dengan kontroversi, menilai foto—apalagi dengan penghakiman—di media sosial bisa berujung masalah. Dalam foto jurnalistik, kita belajar dari kesalahan Arbain Rambey dalam menilai keaslian foto peserta lomba.

Adalah unggahan sebuah foto pesawat komersial Citilink terbang rendah berlatar pemukiman di bawahnya yang kemudian harus ditebus mantan editor foto Harian Kompas itu dengan permintaan maaf terbuka.

Sebelumnya, Arbain menyebut di Instagram foto tersebut palsu, tanpa mengonfirmasi pemilik fotonya.

Foto yang dimaksud adalah jepretan Hasiholan Siahaan, mantan jurnalis foto yang membangun kariernya di Sindo, lebih dari 20 tahun lalu.

Merasa reputasinya tercoreng karena foto karyanya dianggap palsu, Hasiholan mengajukan somasi pada Kamis (25/7/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melalui kuasa hukumnya, Perry Hasan Pardede SH, mereka menuntut Arbain melakukan permintaan maaf secara terbuka melalui melalui media cetak, elektronik, dan online termasuk melalui akun media sosial Instagram @arbainrambey dalam waktu selambat-lambatnya 5x24 Jam setelah somasi dilayangkan.

Sepintas foto milik Hasiholan memang tidak lazim bagi orang yang biasa memotret menggunakan drone. Karena drone dilarang terbang di rute pesawat atau mendekati wilayah bandara (no flight zone), dan drone dilarang terbang lebih tinggi dari ketinggian pesawat.

Hal itu membuat foto badan pesawat sedang terbang difoto secara penglihatan burung (bird eye view) seperti mustahil. Padahal, di situasi tertentu pemotretan seperti itu mungkin dilakukan.

Beberapa situasi yang memungkinkan foto tersebut dieksekusi adalah bila penerbangan drone dilakukan melalui izin khusus dan diawasi oleh otoritas terkait, atau melakukan pemotretan dari pesawat lain atau jet militer.

Pengetahuan bagaimana suatu pemotretan dilakukan adalah salah satu penguasaan literasi visual.

Literasi visual adalah satu set kompetensi dalam membaca, memaknai, dan menciptakan visual.

Fotografi adalah salah satu bentuk visual, selain poster, iklan, kartun, lukisan, komik, grafis, ikon, diorama, peta, film, foto, meme, rambu-rambu, papan petunjuk, simbol, diagram, serta video.

Seseorang yang terliterasi secara visual, misalnya fotografi, diharapkan mampu menangkap pesan foto, memaknai atau menegosiasikan pesan di dalamnya, dan di derajat tertentu bisa menciptakan atau setidaknya membayangkan bagaimana foto tadi diciptakan.

Seringkali untuk pembaruan pengetahuan kita perlu mempraktikan unlearning, yaitu menanggalkan wawasan lama untuk menyerap pengetahuan baru.

Literasi visual fotografi tak hanya diperlukan bagi jurnalis foto dan fotografer, tapi juga semua orang.

Riset tiga dosen Visual Communication & Media di Queensland University of Technology pada November 2020 menyebut bahwa dalam sehari ada sekitar 3,2 miliar gambar dibagikan. Ini adalah jumlah yang teramat besar, meski hanya sebagian yang berupa foto.

Ketika era media sosial belum usai, kini muncul kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) pembuat gambar. Ada penghasil generatif seperti DALL-E dan Midjourney yang populer.

Mesin-mesin AI mampu menghasilkan gambar yang realistis seperti foto. Gambar AI generatif adalah gambar yang dihasilkan dari perintah dalam bentuk promt.

Tahun ini, ChatGPT yang awalnya berbasis teks juga memberi fasilitas gambar generatif bagi pengguna berlangganan.

Data yang berhasil saya kumpulkan menunjukkan ada sekitar 34 juta gambar dihasilkan AI per hari.

Meski lagi-lagi jumlah itu hanya sebagian yang berupa foto, situasi ini membuat kita makin rentan terkecoh hoax.

Alat dan metode pengecekan fakta foto, kemampuannya tidak mampu mengimbangi kecanggihan mesin generatif gambar.

Metode reverse image search (misalnya dengan Google) akan kesulitan menemukan gambar potret yang mungkin saja merupakan hasil sintesa ribuan wajah-wajah yang berseliweran di internet.

Saat ini, literasi visual (kompetensi membaca; memaknai; dan membuat gambar) menuntut kebijaksanaan. Ketika kita akan mengunggah atau membagikan foto, sudahkah kita memikirkan dampaknya?

Adakah pihak yang dirugikan? Adakah orang yang beroleh manfaat dari sana? Untuk peka menjawab itu perlu kematangan dan kemauan untuk terus belajar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi