Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Bom Atom Hiroshima-Nagasaki Jepang yang Akhiri Perang Dunia II

Baca di App
Lihat Foto
George R. Caron / Charles Retribusi
ledakan bom di Hiroshima (kiri) dan Nagasaki (kanan)
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Seluruh warga Jepang tak ada yang mengira bahwa negaranya menjadi target bom atom dalam Proyek Manhattan yang sangat mematikan.

Little Boy, julukan untuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima meledak pada 6 Agustus 1945. 

Tiga hari setelahnya, Amerika Serikat menjatuhkan Fat Man, julukan bom atom yang digunakan untuk mengebom Kota Nagasaki, tepatnya pada 9 Agustus 1945 

Kedua kota tersebut luluh lantak tak bersisa akibat bom. Ratusan ribu orang meninggal saat itu juga, sementara ratusan ribu lainnya terkena dampak negatif, seperti keracunan radiasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi tersebut memukul mundur Jepang dari medan Perang Dunia II yang ditandai dengan pernyataan Kaisar Jepang kala itu, Hirohito menyerah kepada AS dan sekutunya.

Baca juga: Kisah Tsutomu Yamaguchi, Diklaim Pria Paling Beruntung Usai Selamat dari Bom Hiroshima-Nagasaki

Proyek Manhattan dan cikal bakal bom atom

Delapan bulan sebelum perang dunia meletus, tepatnya pada Januari 1939, ilmuwan asal Jerman, Otto Hahn dan Fritz Strassmann menemukan fisi nuklir yang menjadi cikal bakal bom atom.

Penemuan tersebut terus diteliti hingga Juni 1940, fakta dasar mengenai pelepasan energi pelepasan energi atom sudah diketahui ilmuwan di dunia.

Di saat yang sama, pemerintah AS mulai mendanai program pengembangan senjata atomnya sendiri yang diberi nama Proyek Manhattan, dilansir dari History.

Proyek tersebut berada di bawah tanggung jawab bersama Kantor Penelitian dan Pengembangan Ilmiah dan Departemen Perang, setelah AS memasuki Perang Dunia II.

Selama beberapa tahun berikutnya, para ilmuwan dalam program tersebut terus berupaya memproduksi bahan-bahan utama untuk fisi nuklir, yakni uranium-235 dan plutonium (Pu-239).

Lima tahun kemudian, yakni pada 16 Juli 1945 pukul 05.29 waktu setempat, uji coba pertama Proyek Manhattan berhasil dilakukan di Alamogordo, New Mexico.

Ledakan itu menyebabkan kilatan sangat terang sejauh 16 kilometer dan tak lama kemudian, terdengar suara gemuruh hebat yang disertai hembusan angin seperti tornado. 

Kesuksesan uji coba program tersebut sampai ke telinga Presiden AS kala itu, Harry S Truman saat menghadiri pertemuan terakhir dengan “Tiga Besar,” yaitu Uni Soviet dan Inggris.

Truman berbicara kepada pemimpin Uni Soviet kala itu, Joseph Stalin bahwa AS memiliki senjata baru dengan kekuatan penghancur yang tak biasa.

Baca juga: Apa yang Terjadi Setelah Ledakan Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki?

Sekutu ancam Jepang untuk menyerah

Pada Mei 1945, sudah ada daftar kota di Jepang yang akan menjadi target bom atom, yaitu Kokura, Hiroshima, Niigata, dan Kyoto yang semuanya merupakan kota strategis.

Semula ibu kota Jepang saat itu, Kyoto menjadi target utama, namun urung dilakukan karena di kota itu dinilai memiliki budaya yang penting.

Setelah itu, Nagasaki muncul sebagai kota pengganti Kyoto. Sementara itu, Hiroshima menjadi target selanjutnya karena adanya Markas Besar (Mabes) Angkatan Darat Kedua Jepang.

Pada 26 Juli 1945, Tiga Besar mengeluarkan ultimatum kepada Jepang untuk menyerah tanpa syarat atau menghadapi “kehancuran cepat dan total.”

Mendengar gertakan Tiga Besar, pemerintah Jepang menolak tuntutan sekutu yang diajukan dalam Deklarasi Postdam.

Penolakan tersebut membuat Truman merencanakan adanya invasi besar-besaran dengan nama sandi Operasi Downfall.

Operasi tersebut tidak disetujui Jenderal Douglas MacArthur karena mengakibatkan banyak korban di pihak AS.

Atas saran MacArthur, Truman memutuskan untuk menggunakan bom atom agar segera mengakhiri perang.

Truman menyingkirkan seluruh “keraguan moral” dari Menteri Perang AS, Henry Stimson, Jenderal Dwight dan Eisenhower, dan para ilmuwan di Proyek Manhattan.

Tetapi, keputusan sudah bulat dan para pilot, mekanik, serta kru dari grup gabungan Angkatan Udara AS berlatih untuk membawa bom.

Baca juga: 5 Fakta Oppenheimer, Bapak Bom Atom yang Disebut Bodoh oleh Albert Einstein

Hiroshima dibom

Pada 6 Agustus 1945, Kolonel Paul Tibbets mengemudikan pesawat yang dijuluki Enola Gray dan membawa Little Boy lepas landas sekitar pukul 02.45 waktu setempat.

Lalu pada pukul 07.15, cuaca yang cerah Tibbets naik ke ketinggian 9.450 kilometer yang didampingi tiga pesawat lainnya.

Tibbets sampai di Hiroshima pukul 08.00 waktu setempat dan pada pukul 08.15, Tibbets melepas Little Boy di ketinggian 2.000 kaki atau 609,6 meter.

Little Boy hanya butuh waktu 45 detik untuk turun dari ketinggian 580 meter dan meledak tepat di atas Rumah Sakit Shima dengan kekuatan 15.000 ton trinitrotoluena (TNT).

Dalam sepersekian detik, suhu di permukaan tanah lebih dari 7.000 derajat Celsius dan 70.000 hingga 135.000 warga Hiroshima meninggal seketika.

Dua pertiga wilayah kota hancur dan awan jamur besar terbentuk hingga ketinggian lebih dari 12 kilometer.

Sersan Bob Caron, pilot yang mengiringi Enola Gray mengamati ledakan secara langsung dan menggambarkannya sebagai “mengintip ke neraka.”

Baca juga: Kisahkan Pembuat Bom Atom, Oppenheimer Bakal Tayang di Jepang?

Pengeboman Nagasaki

Meskipun Hiroshima sudah dibom, beberapa pejabat Jepang berspekulasi, tidak akan ada bom yang dijatuhkan lagi.

Mereka berpendapat, bom atom merupakan senjata yang sangat sulit dibuat kembali oleh AS dan sekutunya.

Karena tak bergeming, AS mulai merencanakan pengeboman kedua yang dilakukan tiga hari setelah bom pertama dijatuhkan.

Kali ini, giliran Mayor Charles Sweeney yang membawa Fat Man. Tepat pada 9 Agustus 1945 pukul 11.02, bom atom kedua meledak di langit Nagasaki.

Akibat bom tersebut, diperkirakan 60.000 hingga 80.000 meninggal seketika di Nagasaki karena paparan akut radiasi.

Kekuatan Fat Man disebut lebih kuat daripada Little Boy dan menghasilkan ledakan senilai 22 kiloton.

Walaupun bom atom lebih besar di Nagasaki, namun efeknya tidak sebesar Hiroshima karena topografi yang berada di lembah-lembah.

Melihat Hiroshima dan Nagasaki yang hancur total, Kaisar Hirohito menyerah tanpa syarat kepada AS dan sekutunya pada 15 Agustus 1945.

Perjanjian penyerahan resmi ditandatangani pada tanggal 2 September 1945 di atas kapal perang AS Missouri, yang berlabuh di Teluk Tokyo.

Baca juga: Kisah Oppenheimer, Einstein, dan Bom Atom: Kebenaran di Balik Hubungan Mereka

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi