KOMPAS.com - Axel Rudakubana, seorang remaja berusia 17 tahun diduga menjadi pelaku penyerangan massal yang menewaskan tiga anak perempuan di Southport, Senin (5/8/2024).
Diberitakan The Independent, identitas tersebut diungkap oleh hakim pengadilan Liverpool, Andrew Menary pada Kamis, (1/8/2024).
Menurut hakim, pengungkapan identitas Rudakubana adalah upaya untuk menghentikan hoaks tentang pelaku pembunuhan yang beredar di media sosial.
Diketahui, sebelumnya kelompok sayap kanan sempat menyebarkan rumor bahwa pelaku pembunuhan merupakan imigran Muslim.
Rumor itu menyulut emosi masyarakat dan memicu kerusuhan di Southport hingga ke penjuru Inggris.
Baca juga: Ini yang Perlu Diketahui tentang Kerusuhan di Inggris, Terparah dalam 13 Tahun Terakhir
Meskipun undang-undang Inggris melarang pengungkapan identitas anak di bawah umur sebagaimana yang diatur dalam pasal 45 Undang-Undang Peradilan Remaja dan Bukti Kriminal Tahun 1999, tetapi hakim kali ini membuat pengecualian.
Hal itu karena Rudakubana akan genap berusia 18 tahun pada pekan depan dan bukan lagi termasuk anak di bawah umur.
Lantas, siapakah Axel Rudakubana?
Baca juga: Kerusuhan di Inggris, Kemenlu Laporkan Kondisi 4.948 Diaspora Indonesia di Sana
Siapa Axel Rudakubana?
Dilansir dari Times, Jumat (2/8/2024), Axel Muganwa Rudakubana lahir di Cardiff, Wales, Inggris. Orang tuanya berasal dari Rwanda, Afrika dan telah menetap di Inggris sejak 2002.
Ayahnya merupakan sopir taksi yang berambisi menjalankan bisnis ritel daring. Ia juga dilaporkan memiliki seorang kakak laki-laki.
Keluarga Rudakubana telah tinggal di Southport sejak 2013 di sebuah rumah semi terpisah di jalan buntu.
Menurut pengakuan tetangga, mereka dikenal sebagai keluarga yang baik dan ramah.
"Mereka adalah pasangan muda yang baik. Rudakubana bersaudara dulu adalah anak laki-laki kecil yang riang," ungkap salah satu tetangga, Helen, kepada BBC.
Baca juga: Tidak Sama dengan Inggris, Ini Arti Sebenarnya United Kingdom dan Britania Raya
Alex Rudakubana disebut aktif dalam kelompok teater musikal. Salah satu teman kelompoknya menggambarkan Rudakubana sebagai anak yang cukup pendiam.
"Saya pikir itu lebih karena dia mencoba untuk memperluas relasi dengan bertemu anak-anak lainnya. Mereka sangat ekstrovert, dia tidak, sangat pendiam," aku teman Rudakubana.
Senada, mantan tetangga keluarga Rudakubana lainnya menilai, Axel Rudakubana merupakan anak laki-laki yang pendiam dan sangat dekat dengan ibunya saat masih kecil.
Kepribadiannya itu berbeda dengan saudara laki-lakinya yang disebut lebih banyak bicara.
Masih menurut keterangan tetangga, keluarga Rudakubana disebut merupakan penyintas dari genosida Rwanda pada 1994, sebuah peristiwa tragis yang menelan korban hampir 1 juta orang dalam 100 hari.
Selain terkenal baik, keluarga Rudakubana juga aktif berpastisipasi di gereja lokal.
Baca juga: 39 Orang Meninggal dan Stasiun TV Dibakar, Ini Latar Belakang Aksi Protes Mahasiswa di Bangladesh
Ditahan di penjara remaja
Dalam persidangan pada Kamis, Axel Rudakubana disebut mengidap gangguan spektrum autisme, serta tidak mau keluar rumah dan berbicara dengan keluarganya.
Selama 55 menit persidangan, Rudakubana juga tampak menundukkan kepalanya sambil menarik kausnya ke hidung dan tidak berbicara sepatah kata pun.
Untuk sementara, hakim memutuskan Rudakubana ditempatkan di tahanan remaja dan akan menjalani sidang persiapan praperadilan pada 25 Oktober mendatang.
"Anda ditetapkan di tahanan remaja sampai proses ini selesai. Posisi itu mungkin akan berubah saat Anda mencapai usia dewasa dalam waktu dekat," ujar Menary kepada terdakwa, dilansir dari The Guardian, Kamis.
Hingga kini, polisi belum mengungkap motif dari tindakan Rudakubana.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.