Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Peristiwa Bom Hiroshima Nagasaki bagi Kemerdekaan Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Peta bom Hiroshima dan Nagasaki
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada 6 dan 9 Agustus 1945 memiliki dampak besar bagi Indonesia. 

Jepang yang saat itu sedang menjajah Indonesia akhirnya bertekuk lutut tanpa syarat kepada Sekutu.

Peristiwa kekosongan kekuasaan di wilayah Indonesia saat itu dimanfaatkan pejuang Indonesia untuk merebut kemerdekaan.

Baca juga: Sejarah Bom Atom Hiroshima-Nagasaki Jepang yang Akhiri Perang Dunia II

Ketegangan AS dan Jepang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum pengeboman tersebut, ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Jepang telah meningkat selama beberapa dekade hingga Perang Dunia II.

Ketegangan memuncak pada 7 Desember 1941, ketika Jepang melancarkan serangan udara di pangkalan udara AS Pearl Harbor, Hawaii. Serangan ini dinilai sebagai kejahatan perang karena dilakukan tanpa pemberitahuan dan saat pembicaraan damai sedang berlangsung.

Selama hampir empat tahun, AS dan Jepang terus berperang. Pada saat yang sama, AS mengembangkan bom nuklir yang akhirnya siap digunakan pada musim panas 1945.

Pada 6 Agustus 1945, bom uranium “Little Boy” dijatuhkan di Hiroshima, menghancurkan kota tersebut dan menewaskan puluhan ribu orang seketika, dengan banyak yang menderita akibat radiasi.

Tiga hari kemudian, pada 9 Agustus, bom plutonium “Fat Man” dijatuhkan di Nagasaki, menewaskan 80.000 orang.

Dampak Bom Hiroshima Nagasaki bagi Indonesia

Pengeboman ini membawa dampak besar secara global dan turut mempengaruhi situasi di Indonesia, yang pada akhirnya memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Saat bom jatuh, sekitar 80.000 orang diperkirakan tewas secara instan di Hiroshima, dari total 420 ribu penduduk. Di Nagasaki, sekitar 39.000 hingga 80.000 orang tewas.

Paparan radiasi menyebabkan penyakit seperti kanker, leukimia, kerusakan organ, risiko keguguran tinggi, dan dampak psikologis berkepanjangan bagi para penyintas.

Selain itu, sekitar 90 persen dari 76.000 bangunan di Hiroshima terbakar atau hancur akibat ledakan.

Bom juga menyebabkan kebakaran besar di kedua kota, menghancurkan banyak gedung dan infrastruktur. 

Sementara itu, informasi tentang kekalahan Jepang tersebar, termasuk di Indonesia. Salah satu tokoh golongan muda, Sutan Sjahrir, mengetahui bahwa Jepang telah kalah dalam Perang Dunia II.

Sutan Sjahrir mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Akhirnya proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan lebih cepat pada 17 Agustus 1945. 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Bom Atom Dijatuhkan di Nagasaki, Tewaskan 80.000 Penduduk

Alasan AS bom Hiroshima dan Nagasaki

Serangan bom atom terhadap Nagasaki dan Hiroshima selama Perang Dunia II memiliki pertimbangan strategis yang kompleks.

Dikutip dari Kompas.com, kedua kota ini memiliki arti penting dalam infrastruktur dan industri Jepang pada masa itu.

Hiroshima saat itu berfungsi sebagai pusat produksi alat-alat perang dan juga menjadi tempat pertemuan militer.

Selain itu, Hiroshima juga memiliki pelabuhan yang vital untuk logistik perang Jepang.

Sementara Nagasaki, menjadi pangkalan kapal dan pusat industri pertahanan laut.

Keberadaan pangkalan kapal dan industri ini memberikan kontribusi penting dalam persiapan perang laut dan perlengkapan militer Jepang.

Dengan mengebom kota ini, Amerika Serikat berharap dapat melemahkan kekuatan militer Jepang secara signifikan.

Dampak yang diharapkan adalah mengganggu produksi alat-alat perang, melumpuhkan basis logistik, dan menghambat persiapan perang laut Jepang.

Pemilihan Nagasaki dan Hiroshima sebagai sasaran serangan bom atom juga terkait dengan pertimbangan mengenai dampak radiasi yang akan dihasilkan.

Kedua kota ini dipilih untuk memperlihatkan dampak serangan bom atom pada lingkungan dan kesehatan manusia, serta mengirim pesan yang kuat kepada pemerintah Jepang tentang kekuatan destruktif senjata nuklir milik AS.

Efek psikologis dan politik

Selain pertimbangan strategis, efek psikologis dan politik juga memainkan peran penting dalam keputusan pemboman nuklir.

Setelah bom pertama dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, Jepang belum segera menyerah.

Oleh karena itu, Amerika Serikat mengambil langkah drastis dengan menjatuhkan bom kedua di Nagasaki hanya tiga hari setelahnya, pada 9 Agustus 1945.

Tujuannya adalah untuk menciptakan tekanan psikologis dan politik yang besar agar Jepang segera menyerah tanpa syarat.

Sebelum keputusan untuk menggunakan bom nuklir diambil, Amerika Serikat mempertimbangkan beberapa skenario alternatif. Salah satunya adalah kemungkinan invasi darat ke Jepang.

Namun, rencana ini diperkirakan akan memakan banyak korban, baik dari pihak sekutu maupun pihak Jepang.

Dalam upaya untuk menghindari kerugian dan korban jiwa yang lebih besar, bom nuklir dipilih sebagai alternatif untuk memaksakan penyerahan Jepang.

Sumber referensi:

Hersey, J. (1985). Hiroshima. Vintage.

Walker, J. S. (2017). Prompt and utter destruction: Truman and the use of atomic bombs against Japan. University of North Carolina Press.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi