Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Melihat Hujan Meteor Perseid Malam Ini, Capai Puncak Minggu Depan

Baca di App
Lihat Foto
Wikipedia
Cara melihat hujan meteor perseid sepanjang Agustus 2024 mulai tengah malam hingga subuh.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Hujan meteor perseid adalah salah satu fenomena astronomi yang menghiasi langit malam sepanjang Agustus 2024.

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan, hujan meteor perseid telah teramati sejak pertengahan Juli.

Fenomena ini dapat disaksikan hingga akhir Agustus, dengan mencapai puncak sekitar 11 Agustus 2024 malam.

"Puncak hujan meteor 11-13 Agustus, waktu (pengamatan) terbaik setelah tengah malam sampai subuh," ujar Thomas saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/8/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana cara melihat hujan meteor perseid?

Baca juga: 4 Fenomena Astronomi Agustus 2024, Ada Hujan Meteor Perseids


Cara melihat hujan meteor perseid Agustus 2024

Hujan meteor perseid telah aktif sejak pertengahan Juli, sehingga dapat diamati oleh manusia di Bumi pada malam ini, Kamis (7/8/2024) sampai akhir Agustus mendatang.

Thomas mengungkapkan, masyarakat yang ingin menyaksikan fenomena astronomi ini dengan mata telanjang dapat mengarahkan pandangan ke langit utara.

Pengamatan dilakukan setelah tengah malam sampai waktu subuh agar mendapatkan panorama hujan meteor terbaik.

"Caranya, amati langit sebelah utara yang tidak terhalang bangunan atau pepohonan," kata Thomas.

Guna memaksimalkan pengamatan, pastikan untuk menyaksikan hujan meteor perseid di tempat yang jauh dari lampu malam.

"Matikan lampu luar atau pilih daerah yang jauh dari polusi cahaya," lanjutnya.

Senada, astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo menjelaskan, hujan meteor perseid sudah aktif sejak 14 Juli 2024.

"Hujan meteor perseid sudah aktif sejak 14 Juli dan akan terus ada hingga 1 September. Hanya saja puncaknya terjadi per 12-13 Agustus setiap tahun," kata dia, saat dihubungi terpisah, Rabu.

Baca juga: 13 Hujan Meteor yang Akan Terjadi Sepanjang 2024, Apa Saja?

Ada 100 meteor per jam saat puncak

Fenomena ini dinamakan perseid karena titik radian hujan meteornya seolah-olah berasal dari arah rasi bintang Perseus.

Menurut Marufin, perseid berasal dari remah-remah 109 P/Swift-Tuttle, komet berperiode panjang yang mengelilingi Matahari setiap 130 tahun sekali.

Meski komet tersebut jarang terlihat di langit Indonesia, sisa debu komet Swift-Tuttle yang menjadi fenomena hujan meteor dapat disaksikan di Tanah Air.

"Remah-remah komet Swift-Tuttle yang menjadi hujan meteor perseid memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan 60 kilometer per detik," papar Marufin.

Saat mencapai puncaknya, yakni pada 11-13 Agustus setiap tahun, jumlah partikel yang jatuh relatif banyak, sekitar 100 meteor per jam (ZHR).

Namun, Marufin melanjutkan, posisi sumber hujan meteor perseid baru terbit setelah tengah malam.

Oleh karena itu, fenomen hujan meteornya baru dapat disaksikan mulai tengah malam sampai subuh atau sebelum Matahari terbit.

"Pengaruh cahaya Bulan menyebabkan kemungkinan hanya 60 persen meteor perseids yang akan terlihat. Hujan meteor takkan bisa disaksikan lagi saat langit mulai terang pada saat subuh," ungkapnya.

Baca juga: Bentuk Bumi Disebut Bukan Bulat Sempurna tapi Berbenjol, Ini Penjelasan BRIN

Hujan meteor perseid tidak berbahaya

Ratusan meteor yang akan memasuki atmosfer Bumi saat fenomena hujan meteor perseid berlangsung tidak akan berbahaya bagi manusia.

Bahkan, Kepala Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emanuel Sungging mengungkapkan, fenomena hujan meteor perseid justru berdampak positif bagi Bumi.

"Dampaknya pemandangan yang indah, bisa untuk destinasi wisata," tutur dia kepada Kompas.com, Sabtu (12/8/2023).

Apalagi, fenomena antariksa tahunan ini dapat disaksikan hanya dengan modal mata telanjang.

Saat jatuh ke Bumi, hujan meteor yang sering dikaitkan dengan komet Swift-Tuttle itu hanya berupa partikel berukuran kecil seperti pasir.

Belum sempat sampai ke tanah, debu-debu ini akan terlebih dahulu terbakar habis pada ketinggian sekitar 80 kilometer.

Oleh karena itu, masyarakat dapat menikmati pemandangan hujan meteor perseid pada Agustus 2024 tanpa takut kejatuhan benda langit.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi