KOMPAS.com- Kecelakaan pesawat KLM 4805 dan Pan Am 1736 pada 27 Maret 1977 di Bandara Los Rodeos, Pulau Tenerife, Kepulauan Canary, Spanyol menjadi yang terburuk dalam sejarah.
Sebanyak 583 orang dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.
Dikutip dari BBC, suara tabrakan pesawat KLM 4805 dan Pan Am 1736 terdengar hingga ke penjuru Pulau Tenerife.
Pada saat kejadian pesawat KLM 4805 membawa 14 kru dan 234 penumpang. Sedangkan Pan Am 1736 membawa 16 kru dan 380 penumpang.
Baca juga: Kisah Penerbangan Aloha Airlines 243, Atap Pesawat Robek di Udara, 1 Pramugari Terlempar ke Angkasa
Bermula ketika pengalihan penerbangan
Dilansir dari SimpleFlying, kecelakaan ini bermula ketika penerbangan menuju Bandara Las Palmas, Pulau Gran Canaria, Kepulauan Canary, Spanyol dialihkan ke bandara kecil bernama Los Rodeos di Pulau Tenerife.
Pengalihan tersebut dikarenakan adanya pemboman yang dilakukan oleh Gerakan Kemerdekaan Kepulauan Canary di Gran Canaria pada saat itu.
Bahkan, ada peringatan akan adanya bom kedua yang bakal meledak.
KLM 4805 yang diterbangkan oleh Kapten Jacob Veldhuyzen van Zanten dan FIrst Office Klass Meurs ini melakukan penerbangan dari Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda menuju Gran Canaria.
Sedangkan Pan Am 1736 diterbangkan oleh Kapten Victor Grubbs dan First Officer Robert Bragg, dengan rute penerbangan Los Angeles ke New York JFK, Amerika Serikat lalu menuju Gran Canaria.
Bandara Los Rodeos diketahui hanya memiliki satu landasan pacu, taxiway paralel, dan tempat parkir pesawat yang terbatas.
Artinya pesawat yang berangkat harus melakukan taxi (persiapan lepas landas) ke posisinya menggunakan landasan pacu.
Saat itu, hanya ada dua pengendali lalu lintas udara yang bertugas. Di sisi lain, lalu lintas penerbangan di bandara itu sedang padat.
Cuaca saat kejadian juga kurang ideal untuk penerbangan sehingga mengurangi jarak pandang di bandara.
Bandara Los Rodeos berada di ketinggian 610 meter dan sering mengalami kondisi mendung dan berkabut.
Baca juga: Mengapa Pesawat Takut Terbang di Atas Tibet?
Lihat Foto
Puing-puing pesawat usai tabrakan pesawat KLM 4805 dan Pan Am 1736.
Baca juga: Pesawat di Nepal Jatuh Sesaat Setelah Lepas Landas, Satu Pilot Selamat
Instruksi yang kurang jelas dari pengatur penerbangan
Masalah muncul ketika menara pengatur lalu lintas penerbangan memberikan instruksi keberangkatan kepada KLM 4805.
Pada pukul 17.06, menara memberikan instruksi keberangkatan dan rute, namun tidak memberikan izin lepas landas.
KLM 4805 membacanya kembali dan menyelesaikannya dengan "... kita sekarang lepas landas”. Kapten melepaskan rem dan menambah tenaga pesawat.
Tanggapan dari menara yang tidak dapat melihat ujung landasan pacu karena kabut adalah "Bersiap untuk lepas landas. Saya akan menghubungi Anda."
Awak KLM kemungkinan besar melewatkan bagian dari komunikasi ini karena gangguan radio komunikasi dengan menara.
Pada saat yang sama, kru Pan Am 1736 mengirim pesan melalui radio, "Kami masih meluncur di landasan pacu."
Tumpang tindih di saluran komunikasi radio tersebut menyebabkan kru KLM tidak mendengar pesan penting apa pun. Di sisi lain, kedua pesawat tidak dapat melihat satu sama lain karena kabut.
Komunikasi dari menara meminta pesawat Pan Am melapor bila sudah keluar dari landasan pacu utama.
Hal tersebut justru juga terdengar oleh KLM. Mereka pun bertanya dua kali untuk memastikan landasan pacunya aman digunakan, namun tidak mendapat tanggapan dari menara.
Baca juga: Kronologi Teknisi Pesawat di Bandara Iran Meninggal Usai Tersedot ke dalam Mesin Jet
Tabrakan terjadi
KLM 4805 lalu melaju dengan menambah tenaga untuk lepas landas. Namun di arah berlawanan, terdapat Pan Am yang akan ke luar dari landasan pacu utama.
Pilot di Pan Am pun melihat bahwa ada sebuah pesawat (KLM 4805) mendekat ke arahnya.
Ia langsung meningkatkan kecepatan penuh dan berusaha membelokkan pesawatnya ke kiri menuju rerumputan.
Sementara pilot di KLM juga kemudian melihat pesawat lain (Pan Am 1736) di landasan pacunya.
Hal itu membuat pesawat disegerakan untuk lepas landas, karena sudah terlambat untuk berhenti.
Mesin pesawat KLM 4805 sebelah kanan terlepas dan menghantam dek atas. Selain itu, terjadi kebocoran bahan bakar yang menyebabkan kebakaran dan merenggut sebagian besar penumpang.
Dengan kecepatan udara yang rendah dan kerusakan pada mesinnya, pesawat KLM terhenti dan menabrak landasan pacu sekitar 150 meter di belakang pesawat Pan Am dan hancur.
Karena muatan bahan bakar yang penuh, kebakaran sangat dahsyat pun tak dapat dihindari. Pesawat Pan Am yang ditabrak oleh KLM pun hancur.
Namun sebanyak 70 orang di Pan Am 1736 berhasil selamat karena berlari ke bagian pesawat yang lebih aman dan segera melompat ke tanah.
Api dan puing-puing logam pesawat Pan Am yang terkumpul menghalangi jalan keluar dari bagian tengah dan belakang kabin.
Para korban yang selamat kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Santa Cruz. Namun, sembilan korban dinyatakan meninggal karena luka-luka.
Baca juga: Kronologi Roda Pesawat United Airlines Copot Saat Lepas Landas di LA
Penyebab kecelakaan
Komisi Investigasi Kecelakaan dan Insiden Penerbangan Sipil Spanyol (CIAIAC) menyatakan, penyebab utama kecelakaan itu karena KLM 4805 yang lepas landas tanpa izin.
Meski demikian, para penyelidik sepakat bahwa kapten pesawat percaya bahwa ia memiliki izin untuk lepas landas dan menara pengawas mengira pesawat masih menunggu di ujung landasan pacu.
Laporan CIAIAC juga menjelaskan terdapat faktor dalam kejadian itu, seperti kondisi awan atau kabut dan jarak pandang yang bervariasi, serta meningkatnya volume pesawat di bandara.
Penggunaan frasa non-standar oleh awak KLM dan pengatur lalu lintas udara, serta pesawat Pan Am yang tidak segera keluar landasan pacu utama sesuai arahan juga berperan penting dalam peristiwa naas tersebut.
Baca juga: Sederet Insiden Pesawat Garuda Indonesia Selama Musim Haji 2024