KOMPAS.com - Bendera merah putih Indonesia diyakini terinspirasi dari panji dan pataka Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.
Warna merah dan putih yang disusun secara horizontal dalam sembilan garis menjadi ciri khas bendera Majapahit.
Warna merah putih juga disebutkan dalam Prasasti Gunung Butak, peninggalan Kerajaan Majapahit dari sekitar tahun 1294 Masehi.
Bagaimana sejarah dan asal-usul bendera Merah Putih?
Baca juga: Sama-sama Merah Putih, Ini yang Membedakan Bendera Indonesia dan Monako
Asal usul bendera merah putih Indonesia
Dikutip dari Kompas.com (15/8/2023), asal-usul bendera merah putih disebut telah ada sejak ratusan tahun lalu.
Hal tersebut seperti yang tercatat dalam Prasasti Gunung Butak. Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dari tahun 1294 masehi.
Diketahui, bendera Majapahit terdiri dari sembilan garis merah dan putih yang tersusun secara bergantian.
Warna merah putih ini digunakan oleh perhimpunan mahasiswa Indonesia yang ada di Belanda. Namun, saat itu masih ada kepala kerbau di bagian tengah benderanya.
Sesuai pengakuan Achmad Soebardjo, penggunaan bendera merah putih berawal ketika perhimpunan mahasiswa Belanda menghadiri konferensi di Driebergen, Belanda pada 1920.
Saat itu, Achmad Soebardjo sendiri merupakan ketua dari perhimpunan mahasiswa di Belanda.
Sultan Hamengkubuwono VIII yang turut menghadiri acara tersebut datang menggunakan mobil dengan umbul-umbul "gula-kelapa".
Hal itu menjadi inspirasi bagi para mahasiswa untuk membuat bendera dengan warna yang sama. Untuk memberikan corak lain, ditambahkanlah kepala kerbau pada bendera itu.
Adapun ide menambahkan kepala kerbau itu bersumber dari kisah Saijah dan Adinda di dalam buku Max Havellar karya Multatuli.
Berkat keperkasaan kerbaunya, Saijah terselamatkan dari terkaman harimau yang ganas.
Bendera itu kemudian ditempatkan di gedung pertemuan para mahasiswa. Bahkan di depan bendera itu, para mahasiswa disebut banyak yang mengheningkan cipta sebelum menempuh ujian.
Beberapa tahun kemudian, Bung Karno mengubah gambar kerbau itu menjadi banteng yang dianggapnya lebih perkasa. Namun akhirnya gambar banteng dihilangkan dari bendera merah putih.
Baca juga: Catat Aturan Pengibaran Bendera Merah Putih di Dalam dan Luar Ruangan
Merah putih dikibarkan di Kongres Pemuda II
Dilansir dari Kompas.com (23/1/2024), bendera merah putih kemudian dikibarkan dalam Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928.
Kongres yang melahirkan sebuah ikrar kebangsaan yang disebut Sumpah Pemuda itu menghasilkan tiga putusan, salah satunya untuk mengibarkan bendera Merah Putih untuk pertama kalinya.
Pada Desember 1939, Gabungan Politik Indonesia (GAPI) mengadakan rapat yang membahas bendera dan lagu kebangsaan yang akan dipakai secara resmi manakala Indonesia merdeka.
Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa bendera negara Indonesia merdeka adalah bendera merah putih.
Meski demikian, pengibaran bendera merah putih sempat dilarang oleh pemerintah Belanda.
Saat Belanda tergantikan oleh Jepang pada tahun 1942, pemakaian bendera merah putih mulai sering dilakukan.
Guna mendapat simpati dari rakyat Indonesia, Jepang mengizinkan pengibaran bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jepang.
Kemudian pada 1944, dibentuk sebuah panitia yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara dengan tugas menjelaskan warna merah putih dan menentukan ukuran bendera.
Baca juga: 5 Larangan pada Bendera Merah Putih, Pelaku Bisa Didenda Rp 500 Juta
Sejarah Bendera Pusaka
Namun bendera tersebut bukanlah baru, tetapi telah dijahit pada Oktober 1944. Itu bertepatan dengan dua minggu sebelum kelahiran putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra.
Dikutip dari Kompas.com (17/8/2021), ia menjahit bendera itu setelah Jepang mengizinkan pengibaran bendera merah putih dan dikumandangkannya lagu Indonesia Raya.
Meski demikian, tak mudah baginya untuk mendapatkan kain untuk bendera itu. Beruntung ia mendapatkan bantuan dari Shimizu, orang yang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan Jepang-Indonesia.
Kain untuk bendera tersebut diantarkan langsung ke rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur.
Karena kondisi kandungannya sudah mendekati kelahiran, dokter melarang Fatmawati untuk menggunakan mesin jahit kaki.
Ia pun terpaksa menjahit bendera itu dengan kedua tangannya. Bendera itu rampung dijahit dalam dua hari dengan ukuran 2,74 x 1,96 meter.
Setahun kemudian, bendera hasil jahitan Fatmawati itu digunakan ketika upacara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato 1945
(Sumber: Kompas.com/Ahmad Naufal Dzulfaroh, Widya Lestari Ningsih | Editor: Farid Firdaus)