KOMPAS.com - Profesi dokter di kebanyakan negara identik dengan jas putih dan stetoskop yang melingkari leher.
Umumnya, para dokter akan menggunakan jas putih atau yang biasa disebut snelli saat memeriksa pasien.
Di rumah sakit atau fasilitas kesehatan, dokter pun mudah dikenali hanya dari penampilannya yang mengenakan jas putih.
Lantas, mengapa dokter hampir selalu memakai jas putih, apa alasannya?
Baca juga: Ini Alasan Dokter Bisa Mencantumkan Gelar dalam Tiket Pesawat
Alasan dokter memakai jas putih
Meski tidak diketahui kapan tepatnya pertama kali dimulai, tradisi mengenakan jas putih setidaknya semakin terlihat sekitar akhir abad ke-19.
Dilansir dari IFL Science, Minggu (4/8/20214), saat itulah perhatian manusia manusia terhadap risiko kontaminasi mikroba telah meningkat.
Dengan memakai jas putih yang identik dengan kebersihan, petugas profesional medis akan terbantu dalam menjaga lingkungan perawatan.
Sebab, pakaian dengan warna putih cenderung gampang kotor, sehingga akan lebih mudah untuk mengenali kemungkinan terkontaminasi.
Namun, faktanya, para dokter sebelum abad ke-19 tidak mengenakan jas putih seperti yang dijumpai saat ini.
Bukan putih, orang-orang yang berprofesi sebagai ahli kesehatan saat itu mengenakan pakaian hitam sama seperti pendeta.
Baca juga: Cara dan Biaya Mendapatkan STR Seumur Hidup secara Online
Pakaian dokter zaman dulu
Saat itu, disadur dari laman The University of Texas at Austin, pakaian hitam dianggap sebagai cara berpakaian yang paling formal.
Pertemuan medis termasuk kegiatan mengobati pasien pun dicap sebagai urusan serius dan formal, sehingga dokter masa itu mengenakan pakaian yang mirip tuksedo pada masa kini.
Sama seperti pendeta saat berhubungan dengan jemaat, pakaian hitam dokter dimaksudkan untuk melambangkan sifat serius dan khidmat mereka.
Barulah sejak akhir abad ke-19 hingga saat ini, pakaian klasik jas putih semakin identik dengan dokter dan ilmuwan.
Bahkan, tidak jarang calon pasien mulai bereaksi saat melihat dokter tanpa snelli dan mengecapnya berpakaian tidak pantas.
Sebuah studi pada 2017, misalnya, menemukan bahwa lebih dari separuh pasien rumah sakit di Amerika Serikat peduli dengan apa yang dikenakan dokter.
Lebih dari sepertiga di antaranya mengatakan, pakaian turut memengaruhi kepuasan mereka terhadap layanan kesehatan secara keseluruhan.
Tidak mengherankan, jas putih diidentifikasi sebagai pakaian dokter yang paling dinilai tinggi, meski anggapan tersebut bervariasi tergantung pada usia dan jenis dokternya.
Baca juga: CASN 2024, Ini 43 Formasi Tenaga Kesehatan yang Perlu dan Tidak Perlu STR
Jas putih bantu dokter mudah dikenali
Sementara itu, di Inggris, survei terhadap praktisi medis pada 1991 menunjukkan, alasan paling umum untuk mengenakan jas putih adalah agar mudah dikenali oleh rekan kerja dan pasien.
Motivasi lain untuk menggunakan pakaian khas ini, termasuk dapat membawa barang-barang penting di saku jas dan menekankan status sebagai dokter.
Namun, pada 2007, pemerintah Inggris memberlakukan kebijakan "telanjang di bawah siku" yang mengharuskan semua dokter memperlihatkan lengan bawah.
Tujuannya, untuk membatasi penyebaran patogen atau parasit penyebab penyakit yang mungkin menempel pada pakaian tenaga kesehatan.
Oleh sebab itu, jas putih berlengan panjang secara efektif dilarang dan sejak itu menghilang dari rumah rumah sakit di Inggris.
Kendati demikian, tidak semua dokter terbuka dengan kebijakan tersebut, terutama mengingat kurangnya bukti kuat yang menghubungkan infeksi di rumah sakit dengan pakaian medis.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.