Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Kadar Gula dalam Nasi Beku Lebih Rendah? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/PLUMphotos
Ilustrasi nasi beku.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Tren nasi beku belakangan bermunculan di berbagai platform media sosial.

Tren ini berangkat dari pemahaman bahwa nasi beku dapat mengurangi kandungan gula di dalamnya.

Sebagai informasi, nasi merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia dan menjadi sumber karbohidrat.

Karena berfungsi sebagai karbohidrat, nasi mengandung gula kompleks yang akan diserap oleh tubuh.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, benarkah kadar gula dalam nasi beku lebih rendah?

Baca juga: Benarkah Makan Mi Instan Dicampur Nasi Lebih Sehat?

Penjelasan ahli

Ahli Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo mengatakan, pembekuan tidak menurunkan kadar gula dalam nasi.

Baik ketika mengonsumsi nasi hangat maupun dingin, kadar gizi dari nasi tetap sama. Perbedaanya hanya pada temperatur nasi yang dikonsumsi saja.

“Nasi yang dibekukan tidak akan menurunkan kadar gula dalam nasi,” kata Toto kepada Kompas.com, Minggu (11/8/2024).

Menurutnya, masyarakat terkadang salah persepsi dan menganggap karbohidrat dari nasi menyebabkan gula darah naik dan diabetes.

Padahal, indeks glikemik nasi jauh lebih rendah daripada makanan berbahan dasar tepung, seperti roti.

Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir dengan indeks glikemik dari nasi.

“Kalau gula yang diberikan pada kue, itu jelas indeks glikemiknya sangat tinggi dan menyebabkan pra-diabetes dan apabila diabaikan menjadi diabetes,” jelas dia.

Baca juga: Pria di Jepang Berhemat demi Bisa Pensiun Dini, Hanya Makan Semangkuk Nasi Saat Malam

Cara mengurangi indeks glikemik pada makanan

Toto menyampaikan, daripada mengonsumsi nasi beku yang tidak enak, ada cara lain untuk menurunkan indeks glikemik.

Daripada membuat nasi beku, ia menyarankan untuk mencampurkan beras putih dan beras merah.

“Kalau mau lebih bagus, bisa dicampurkan dengan beras merah. Perbandingannya mungkin 2:1 atau beras putih dua canting, beras merah satu canting,” ujarnya.

Selain beras merah, masyarakat bisa menggantinya dengan biji-bijian supaya menu makanan lebih kaya akan serat.

Toto juga mengimbau warga untuk mengurangi makanan yang sudah tercampur minyak jelantah.

“Jangan mengonsumsi minyak jelantah karena pemicu gula darah naik dan memicu kinerja pankreas,” terang Toto.

Menghindari makanan dari tepung terigu yang sudah diolah, seperti roti yang rasanya sangat manis, juga perlu dipertimbangkan.

Masyarakat bisa mengimbanginya dengan konsumsi sayur dan buah. Kedua jenis makanan itu dapat mereduksi gula darah dalam tubuh.

Baca juga: Makan Ubi sebagai Pengganti Nasi, Efektifkah untuk Diet?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi