KOMPAS.com - Tim ilmuwan asal Federal University of Santa Maria, Brasil menemukan kerangka fosil yang diyakini sebagai dinosaurus tertua.
Ahli paleontologi dan ketua tim, Rodrigo Temp Muller mengatakan, fosil tersebut ditemukan di sebelah bendungan di Sao Joao do Polesine, Brasil usai diguyur hujan lebat.
Hujan lebat yang mengguyur wilayah itu mempercepat proses erosi dan memungkinkan hewan berusia sekitar 233 juta tahun itu ditemukan, dilansir dari AP News.
Apabila penanggalannya akurat setelah melalui proses penelitian, hewan tersebut berpotensi menjadi dinosaurus tertua di dunia.
Fosil tersebut merupakan predator puncak dari Herrerasauridae, famili dinosaurus karnivora yang berjalan dengan dua kaki.
Selain itu, kerangka yang ditemukan di Brasil tersebut kemungkinan merupakan fosil terlengkap yang pernah ditemukan.
Muller menyampaikan, hewan purba tersebut diperkirakan memiliki panjang sekitar 2,5 meter.
Baca juga: 6 Hewan yang Jadi Cicit Langsung Dinosaurus
Penemuan fosil
Muller dan timnya mengaku sangat gembira dan terkejut karena berhasil menemukan fosil yang ada di Brasil.
Setelah empat hari penggalian, tim tersebut mengangkut balok batu berisi spesimen dan membawanya ke laboratorium.
“Awalnya tampak seperti hanya beberapa tulang yang terisolasi, tetapi saat kami memaparkan materialnya, kami dapat melihat bahwa kami memiliki kerangka yang hampir lengkap,” kata Muller.
Para ahli berspekulasi, penemuan tersebut adalah kerangka paling lengkap kedua dari semua jenis dinosaurus.
Mereka kini akan mencoba menentukan apakah fosil tersebut termasuk spesies yang sudah dikenal atau jenis baru.
Penelitian tersebut diperkirakan akan memakan waktu beberapa bulan, karena prosesnya sangat hati-hati untuk memastikan tidak ada kerusakan yang terjadi.
Baca juga: Studi Temukan Zat Besi di Gigi Komodo, Mirip Dinosaurus T-rex
Hujan lebat memengaruhi fosil
Dikutip dari IFL Science, Rio Grande do Sul memang mengalami curah hujan tinggi yang memecahkan rekor pada awal 2024.
Cuaca ekstrem mengakibatkan banjir bandang pada Mei 2024 dan membuat 182 orang kehilangan nyawa.
Namun, kerangka hewan purba disebut mulai muncul setelah hujan, karena sedimen yang menutupinya hilang terbawa arus banjir.
Dalam istilah sains, fenomena tersebut dikenal sebagai pelapukan. Walaupun fosil ditemukan karena hujan lebat, namun cuaca ekstrem dapat merusak penemuan paleontologi.
Di tempat lain, tim menemukan tulang panggul dan kaki dari fosil yang hancur akibat hujan lebat.
Apabila kerangka hancur, hal itu akan menyulitkan para peneliti untuk menelusuri lebih jauh sebuah fosil.
Baca juga: Muncul Lebih Dulu dari Dinosaurus, Kepiting Tapal Kuda Bertahan Hidup hingga Kini
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.