Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Zona Megathrust Mentawai-Siberut yang Berpotensi Gempa M 8,9

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/HENDRIK YANTO HALAWA
Berdasarkan analisis buku pemutahkhiran sumber dan peta gempa di Indonesia, bila gempa bumi bermagntudo 8,9 terjadi di segmen megathrust Nias Mentawai, kemungkinan besar akan diikuti tsunami. Gelombang tsunami bisa tiba di daratan Kepulaun Nias dalam hitungan kurang dari 7 menit.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono pada Minggu (11/8/2024) memberikan keterangan tentang kekhawatiran para ilmuwan Indonesia terhadap seismic gap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.

Dalam keterangan resminya, Daryono menyebut bahwa kedua megathrust tersebut dapat memicu gempa besar. Bahkan, megathrust Mentawai-Siberut disebut berpotensi mengguncang wilayah Sumatera dengan kekuatan M 8,9.

Baca juga: BMKG Sebut Gempa Megathrust Indonesia Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8,9

"Rilis gempa di kedua segmen m"egathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," ujar Daryono dalam keterangan resminya, Minggu (11/8/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lokasi zona megathrust Mentawai-Siberut

Zona megathrust Mentawai-Siberut adalah salah satu zona tumbukan lempeng yang terletak di sepanjang batas barat Pulau Sumatera, tepatnya barat Kepulauan Mentawai dengan kedalaman dangkal.

Zona megathrust Mentawai-Siberut ini merupakan hasil dari aktivitas subduksi atau pergerakan Lempeng Indo-Australia ke arah utara dan menyusup di bawah Lempeng Eurasia. 

Proses tumbukan ini bukanlah hal baru, melainkan sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat rangkaian pulau-pulau indah di Indonesia terbentuk.

Pergerakan ini dapat memicu aktivitas kegempaan pada segmen megathrust atau patahan raksasa Mentawai-Siberut yang perlu diwaspadai. 

Bahkan rentetan gempa kecil dikhawatirkan juga dapat menggerakkan gempa bumi besar di segmen megathrust Mentawai-Siberut yang sudah terkunci selama ratusan tahun.

Baca juga: Guncang Selatan Jawa, Apa Itu Gempa Megathrust?

Sejarah gempa bumi di zona megathrust Mentawai-Siberut

Daryono sempat menyebut bahwa zona megathrust Mentawai-Siberut sudah rausan tahun belum terjadi gempa besar.

Menurut catatan sejarah gempa di Sumatera, menunjukkan bahwa zona megathrust di kawasan ini mengalami kekosongan gempa besar sejak tahun 1700-an.

Catatan sejarah gempa di zona megathrust Mentawai pertama terekam pada tahun 1797, yang mengguncang dengan kekuatan besar sekitar M 8,6—8,7 dan diikuti kejadian tsunami.

Selanjutnya, pada 4 Februari 1971 gempa M 6,3 terjadi dan menyebabkan sejumlah bangunan rusak. 

Guncangan gempa kembali dirasakan warga sekitar pada 8 Maret 1977 dengan kekuatan M 5,5. Akibatnya, 982 rumah serta sejumlah fasilitas umum rusak. 

Pada 28 April 1979 Kembali terjadi gempa dengan kekuatan M 5,8 yang membuat sebanyak 64 orang meninggal, sembilan orang hilang, dan 193 rumah rusak. 

Bertahun-tahun kemudian, gempa kembali tercatat pada 16 Februari 2004 dengan kekuatan M 5,6. Gempa ini yang membuat lima orang meninggal, tujuh orang luka-luka, dan 100 rumah rusak. 

Tujuh hari kemudian, gempa M 6,0 kembali mengguncang segmen Mentawai. 

Baca juga: Sesar Kendeng Disebut Bisa Memicu Gempa hingga M 7 di Jawa, Ini Bedanya dengan Megathrust

Dua tahun setelahnya, pada 17 Desember 2006, gempa M 6,0 mengguncang dan membuat tujuh orang meninggal, 100 orang luka-luka, dan 680 rumah rusak.

Pada 6 Maret 2007, guncangan gempa berkekuatan M 6,3 menyebabkan 67 orang meninggal dunia dan 826 luka-luka. 

Di tahun yang sama, 13 September 2007, gempa berkekuatan 7,1 menyebabkan 25 meninggal dunia, 161 luka-luka, dan lebih dari 56 ribu bangunan rusak. 

16 Agustus 2008, Gempa berkekuatan M 7,0 kembali mengguncang.

Tepat setahun, gempa M 6,9 Kembali menggoyang Mentawai dan menyebabkan gelombang tsunami. 9 orang luka-luka akibat gempa tersebut. 

Lalu gempa lebih besar terjadi pada 30 September 2009 dengan kekuatan M 7,6. Setidaknya 1.100 orang meninggal dunia, 2.181 luka-luka, dan 2.650 bangunan rusak. Gempa besar ini juga menyebabkan tsunami. 

Pada 2010, 2014, 2017 kembali terjadi gempa dengan masing-masing magnitudo M 6,0, M 5,0, M 5,5, dan M 6,2. 

Pada 2017 terjadi dua kali gempa, yakni M 5,5 pada 14 Juli dan M 6,2 pada 1 September.

Pada 2022, megathrust lempeng Mentawai-Siberut juga menyebabkan gempa bumi berkekuatan M 5,8. Guncangan ini kemudian diikuti gempa susulan berkekuatan M 3,8.

Terakhir, zona megathrust ini mengalami gempa pada 2023. Tepatnya pada Selasa (25/4/2023) tercatat gempa bumi berkekuatan M 7,3 mengguncang Mentawai.

Baca juga: Apa Itu Gempa Megathrust?

Ketika dihubungi Kompas.com tahun lalu, Daryono menyebut bahwa gempa tersebut merupakan rangkaian gempa zona megathrust segmen Mentawai-Siberut yang patut disyukuri.

Daryono menjelaskan bahwa gempa itu mengurangi sedikit banyak konsentrasi energi gempa bumi di zona megathrust Sumatera.

"Dengan adanya energi yang release M 6,9 tentu dapat mengurangi potensi energi yang tersimpan di zona ini sebesar M 8,9," ungkap Daryono, Selasa (25/4/2023).

Potensi gempa M 8,9 dan skenario terburuk

Potensi gempa dengan kekuatan M 8,9 di zona megathrust Mentawai-Siberut sendiri sudah beberapa kali diuangkapkan oleh BMKG dan BPBD.

Pada tahun 2022 misalnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut bahwa para pakar gempa memperhitungkan scenario terburuk apabila segmen megathrust Mentawai-Siberut bergerak dapat mencapai M 8,9.

"8,9 itu adalah perkiraan magnitudo yang dapat terjadi berdasarkan perhitungan panjang segmen dan kecepatan pergerakan di bidang pergeseran," ungkap Dwikorita, seperti dikutip dari laman Kompas.tv (4/3/2022).

Pada 2020, Kepala Bidang (Kabid) PK BPBD Provinsi Sumbar, Syahrazad Jamil juga pernah mengungkap hal yang sama pada sebuah diskusi virtual terkait upaya pengurangan risiko bencana tsunami di Provinsi Sumbar. 

Dilansir Antara (13/11/2020), Syahrazad mengungkap skenario terburuk gempa M 8,9 tersebut.

"20 sampai 30 menit kemudian disusul gelombang tsunami di Kota Padang setinggi enam hingga 10 meter dengan jarak dua hingga lima kilometer," ungkapnya.

Baca juga: Penjelasan soal Potensi Gempa Megathrust dan Perlunya Mengakhiri Kepanikan...

Melihat potensi gempa besar yang mungkin terjadi, langkah mitigasi sudah perlu disiapkan sejak saat ini.

Tidak panik dan memahami konsep evakuasi mandiri adalah langkah mitigasi yang perlu diterapkan saat terjadinya gempa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Antara, KompasTV
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi