Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Mana Soeharto Saat Soekarno Bacakan Proklamasi Kemerdekaan RI?

Baca di App
Lihat Foto
IPPHOS
Letkol Soeharto sebagai komandan WK III Yogyakarta mngadakan perlawanan gerilya terhadap Belanda di Yogyakarta dari Desember 1948 hingga Juni 1949
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan Jumat, 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta pusat.

Teks Proklamasi Kemerdekaan RI dibacakan oleh Ir Soekarno pukul 10.00 WIB disertai dengan pengibaran bendera pusaka Merah Putih.

Dikutip dari RRI, sejumlah tokoh hadir dalam peristiwa bersejarah tersebut.

Di antaranya Mohammad Hatta, Ahmad Subardjo, Fatmawati, Soekarni, Sayuti Melik, dan Laksamana Maeda.

Lalu ada Wali Kota Jakarta Raya Suwiryo, Pemimpin Barisan Pelopor Muwardi, Latif Hendraningrat dan Suhud sebagai pengibar bendera, serta SK Trimurti.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Di Mana Soeharto Saat Peristiwa G30S PKI, Kenapa Tidak Ikut Diculik?

Lalu, di mana Soeharto yang kelak jadi Presiden ke-2 RI saat peristiwa proklamasi?

Soeharto jadi pelatih PETA di lereng Gunung Wilis

Pada waktu Bung Karno mengumandangkan Kemerdekaan Republik Indonesia, Soeharto masih di Brebeg, Nganjuk, Jawa Timur.

Dia berada di kaki Gunung Wilis, di sebelah selatan Madiun.

“Pada tanggal 18 Agustus 1945 begitu selesai melatih prajurit PETA, kami diperintahkan bubar,” kata Soeharto dikutip dari buku Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya.

Buku tersebut merupakan otobiografi Soeharto yang ditulis G. Dwipayana dan Ramadhan KH terbitan PT Citra Kharisma Bunda tahun 1989.

Sehari usai peristiwa proklamasi, Soeharto disuruh menyerahkan kembali senjatanya sebagai tentara PETA. Mobil pun dirampas oleh Jepang.

Lalu, tanpa mengetahui apa yang telah terjadi di Jakarta, dia pergi dari Brebeg ke Madiun, lalu ke Yogyakarta.

Soeharto masih tidak tahu apa-apa tentang kemerdekaan yang terjadi di Jakarta. Setelah tiba di Yogya, barulah dia tahu samar-samar, dan kemudian menjadi lebih jelas lagi.

“Mendengar berita seperti itu saya pikir, ‘Wah, ini artinya panggilan’,” tuturnya.

Baca juga: Serangan Umum 1 Maret 1949: Soeharto Disebut Asyik Makan Soto Saat Serangan Berlangsung

Terpanggil menjadi TKR

Soeharto mengaku, saat masih berada di asrama PETA dia meyakini suatu saat Indonesia akan merdeka.

Dia sudah merasakan, bahwa bangsa Indonesia sungguh-sungguh menginginkan kemerdekaan.

“Dan sekarang kemerdekaan itu sudah diproklamsikan, itu berarti panggilan bagi kita untuk membelanya,” ungkapnya.

Presiden Soekarno kemudian menyerukan agar bekas PETA, Heiho, Kaigun, KNIL dan pemuda lainnya segera berduyun-duyun bergabung mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

“Resminya saya tercatat sebagai Tentara Republik Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1945, yakni pada lahirnya TKR...Waktu itu umur saya 24,” ujar Soeharto.

Kelak Soeharto, bersama Sultan Hamengku Buwono IX, dan Panglima Jenderal Soedirman akan berperan dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. 

Serangan ini merupakan respons balik dari Agresi Militer Belanda II, yang bertujuan untuk merebut wilayah Republik Indonesia dengan menyasar Yogyakarta sebagai target utama.

Pada saat itu, Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia. 

Baca juga: Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi