Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tugu Triangulasi dan Fungsinya, Eksis sejak Era Kolonial Belanda

Baca di App
Lihat Foto
Dok. pribadi Surya Hardjono
Tugu triangulasi di Bogor, Jawa Barat.
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com- Apakah Anda pernah melihat atau mendengar tentang tugu triangulasi? 

Monumen kecil yang dapat ditemukan di puncak gunung, tempat strategis di darat, hingga tepi laut ini kemungkinan jarang dibicarakan.

Tetapi, peran tugu ini dulunya penting dalam sejarah penyusunan peta di Indonesia, jauh sebelum teknologi GPS atau peta digital jamak digunakan seperti saat ini. 

Untuk diketahui, tugu ini menjadi bagian tak terpisahkan dari teknik pemetaan pada zaman kolonial Belanda.

Fungsinya krusial untuk menentukan titik koordinat suatu wilayah, yang digunakan sebagai acuan kartografer untuk menyusun peta dengan tingkat akurasi tinggi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selengkapnya, kenali apa itu tugu triangulasi, fungsi, sampai teknik perhitungan untuk penetapan lokasinya lewat artikel berikut ini.

Baca juga: Mengapa Pulau Jawa Diwarna Emas pada Peta Indonesia di Uang Pecahan Rp 2.000?

Apa itu tugu triangulasi?

Tugu triangulasi adalah monumen kecil berupa pasak atau pilar beton yang digunakan sebagai titik acuan dalam survei pemetaan.

Dikutip dari ScholarlyCommunityEncyclopedia, tugu triangulasi ini mempunyai berbagai nama lain, salah satunya triangulation station atau trigonometrical station.

Monumen tersebut juga dikenal dengan istilah pilar trigonometri, titik trigonometri, atau pilar triangulasi.

Setiap negara biasanya mempunyai penamaan atau nomenklatur tugu triangulasi, seperti trigonometrical station atau triangulation station di Amerika Utara.

Britania Raya memakai istilah trig point, sedangkan di Irlandia menggunakan penamaan trig pillar, trig station atau trig point di Australia dan Selandia Baru, serta trig beacon di Afrika Selatan.

Bentuk tugu triangulasi ini pun berbeda-beda. Ada yang bentuknya balok atau kubus yang dibenamkan ke permukaan tanah, memanjang ramping ke atas, atau trapesium.

Pada tugu tersebut, biasanya terdapat lempengan logam atau batu yang diukir dengan informasi titik triangulasi.

Lempengan ini lazim digunakan sebagai titik pemasangan reflektor serta teodolit atau alat ukur yang digunakan dalam survei tanah untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal.

Tugu ini bisa ditemukan di sejumlah wilayah, mulai dari puncak gunung, di darat, hingga pulau terpencil di tengah laut.

Meski sebagian masih lestari, ada juga sebagian tugu tersebut yang sudah hilang karena terdampak pembangunan, faktor alam, atau kurangnya kepedulian masyarakat sekitar pada nilai sejarah benda ini.

Baca juga: Jangan Sampai Keliru, Ternyata Holland Tidak Sama dengan Belanda

Lihat Foto
KOMPAS.com/Aditya Priyatna Darmawan
Pemerhati sejarah Surya Hardjono (43) sedang mengukur tugu triangulasi di tanggul bantaran Kali Jenes, RT 02/14, Kampung Dawung Tengah, Kelurahan Serengan, Serengan, Surakarta, Jawa Tengah.
Apa fungsi tugu triangulasi?

Fungsi tugu triangulasi utamanya sebagai titik penentukan posisi geografis yang akurat dalam metode pengukuran yang disebut teknik triangulasi.

Tak pelak, lokasi tugu ini biasanya ditempatkan di tempat yang punya daya pandang luas, seperti di puncak bukit atau tanah lapang. Tujuannya, agar mudah diamati dari jarak yang cukup jauh ketika ahli melakukan survei triangulasi.

Sementara teodolit yang terpasang di tugu tersebut, bakal digunakan sebagai tempat pemasangan alat ukur untuk mengukur ketinggian tanah dengan sudut horizontal dan vertikal. 

Untuk membentuk jaringan triangulasi, satu tugu triangulasi akan terhubung atau terkait dengan dua tugu lainnya.

Di Indonesia, jaringan triangulasi ini digunakan sebagai patok atau survei penentuan batas tanah, pembangunan jalan raya, rel kereta api, jembatan, atau infrastruktur lain pada zaman kolonial Belanda.

Hasil pengukuran triangulasi semula hanya digunakan untuk keperluan pemetaan
wilayah dan navigasi.

Dalam perkembangannya, ahli juga memanfaatkannya untuk keperluan seperti metrologi, astrometri, pembentukan citra pada binokular, dan pembidikan senjata artileri.

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi seperti GPS, penggunaan tugu triangulasi dalam survei pemetaan modern menjadi semakin jarang.

Baca juga: Kata Duit Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Teknik menghitung posisi tugu triangulasi

Peletakan tugu triangulasi di Indonesia dan berbagai penjuru dunia tidak asal-asalan, melainkan menggunakan perhitungan yang cermat lewat survei triangulasi. 

Dilansir dari buku Survei dan Pemetaan Nusantara (2009), survei triangulasi adalah proses pencarian koordinat dan jarak sebuah titik dengan mengukur sudut antara suatu titik dan dua titik referensi lainnya yang sudah diketahui posisi dan jaraknya.

Koordinat dan jarak tersebut nantinya akan dihitung dengan menggunakan rumus sinus dalam prinsip trigonometri.

Contoh kegunaan triangulasi untuk penentuan koordinat dan jarak dari pantai ke kapal bisa dilihat dari ilustrasi di bawah ini.


Bayangkan ada dua pengamat di pantai, satu di titik A dan satu lagi di titik B. Kedua titik ini berjarak tertentu satu sama lain, dan jarak ini diketahui dengan pasti.

Pengamat di titik A melihat kapal di laut, lalu mengukur sudut antara garis pandangannya ke kapal dan garis lurus sepanjang pantai. Sudut ini nantinya disebut sudut α (alfa).

Nah, pengamat di titik B juga melakukan hal yang sama, mengukur sudut antara garis pandangannya ke kapal dan garis lurus sepanjang pantai, yang disebut sudut β (beta).

Setelah itu kita memiliki dua sudut α dan β. Karena jumlah total sudut dalam sebuah segitiga adalah 180 derajat, jadi kita bisa menghitung sudut ketiga di kapal (sebut saja sudut ini δ) sebagai 180 derajat dikurangi α dan dikurangi β. 

Sudut δ ini juga dapat dihitung sebagai perbedaan antara dua penentuan arah kompas yang diambil dari titik A dan B.

Ketika sudah diketahui sudut-sudut ini dan jarak antara titik A dan B, kita bisa menggunakan rumus sinus untuk menghitung jarak dari masing-masing titik pantai ke kapal, dengan perhitungan sisi-sisi segitiga lainnya.

Pada gambar ilustrasi di atas bisa dilihat, sisi l adalah sisi yang berlawanan dengan sudut δ dan sudah diketahui jaraknya. Dengan hukum sinus, rasio sin(δ) per l sama dengan rasio yang berlaku untuk sudut α dan β.

Setelah diketahui jarak dari titik A ke kapal dan dari titik B ke kapal, kita bisa menentukan posisi tepat kapal di laut.

Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip trigonometri untuk menentukan koordinat kapal berdasarkan arah dari titik pengamatan ke kapal.

Jadi, dengan menggabungkan sudut yang diukur dan jarak yang sudah diketahui, triangulasi memungkinkan untuk menemukan posisi dan jarak dengan cukup akurat.

Teknik perhitungan cermat di atas juga digunakan Belanda saat menentukan posisi tugu triangulasi yang kini jejaknya masih ditemui di sejumlah titik di Indonesia. 

Itulah sekilas gambaran mengenai apa itu tugu triangulasi, fungsi, sampai teknik perhitungan posisinya yang digunakan Belanda untuk pemetaan wilayah Nusantara. 

Baca juga: Benarkah Kata Jancok Berasal dari Nama Tank Belanda? Ini Kata Budayawan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi