KOMPAS.com - Tugu triangulasi adalah salah satu jejak peninggalan masa kolonial Belanda yang penting dalam sejarah pembuatan peta Indonesia.
Jauh sebelum ada teknologi global positioning system (GPS) dalam pemetaan digital, para kartografer membuat peta secara manual, salah satunya dengan metode triangulasi.
Dikutip dari ScholarlyCommunityEncyclopedia, tugu berupa monumen berupa pasak atau pilar beton ini merupakan penanda titik koordinat suatu lokasi.
Dulunya, fungsi tugu triangulasi digunakan sebagai titik bantu untuk melakukan pemetaan wilayah dan pengukuran luas tanah.
Lokasi tugu ini biasanya terletak di puncak bukit atau tanah lapang, dengan tujuan agar mudah diamati dari jarak yang cukup jauh.
Satu tugu tersebut akan terhubung atau berkaitan dengan dua tugu lainnya untuk membentuk jaringan triangulasi.
Jaringan ini lantas digunakan sebagai patok untuk survei penentuan batas tanah, acuan pembangunan jalan raya, rel kereta api, jembatan, infrastruktur, atau penataan wilayah.
Meski demikian, sebagian orang mungkin belum mengenal bagaimana sejarah tugu triangulasi ini di Indonesia. Selengkapnya, simak ulasannya lewat artikel berikut ini.
Baca juga: Mengenal Tugu Triangulasi dan Fungsinya, Eksis sejak Era Kolonial Belanda
Sejarah tugu triangulasi di Indonesia
Pembangunan tugu triangulasi di Indonesia dilakukan pada zaman kolonial Belanda melalui kongsi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC.
Semula, tujuan pembangunan sejumlah tugu ini untuk mendukung survei triangulasi bagi kepentingan perdagangan dan kemiliteran di wilayah Indonesia, yang dulu masih bernama Hindia Belanda.
Dilansir buku Survei dan Pemetaan Nusantara (2009), survei triangulasi mulai dirintis Belanda pada 1862.
Ide tersebut bermula ketika VOC mendirikan sebuah kantor pemetaan di galangan kapal Batavia (sekarang Jakarta), untuk mendukung kegiatan berburu rempah agar lebih melimpah.
Setelah Perang Diponegoro (1825-1830), Belanda menganggap pembuatan peta topografi penting untuk kepentingan militer.
Dengan begitu, Negeri Kincir Angin dapat mempertahankan pengawasan di daerah yang dikuasainya.
Untuk mendukung misi ini, Belanda meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan membuat sekolah untuk mendidik tenaga yang dapat menguasai teknik pemetaan, seperti surveyor pemetaan di Semarang, Jawa Tengah.
Hingga 1907, Belanda gerilya membentuk berbagai biro dan dinas dalam tugasnya untuk memetakan wilayah Indonesia.
Awal survei triangulasi yang dikerjakan Belanda dimulai dari penentuan titik kontrol triangulasi di Jawa, yang kala itu menjadi pusat perekonomian sekaligus pemerintahan.
Dengan menggunakan teodolit (alat ukur yang digunakan dalam survei tanah untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal), mereka mengerjakan survei triangulasi dan survei geodesi secara terestrial.
Survei triangulasi sendiri adalah proses pencarian koordinat dan jarak sebuah titik dengan
mengukur sudut antara titik tersebut dan dua titik referensi lainnya, yang sudah diketahui
posisi serta jarak antara keduanya.
Koordinat dan jarak tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus sinus dalam perhitungan matematika.
Dalam proyek pembuatan Kerangka Kontrol Triangulasi, Belanda ketika itu membangun pilar kontrol geodesi atau tugu triangulasi menggunakan metode pengukuran terestrial dan survei triangulasi.
Baca juga: Benarkah Kata Jancok Berasal dari Nama Tank Belanda? Ini Kata Budayawan
Lihat Foto
Pemerhati sejarah Surya Hardjono (43) sedang mengukur tugu triangulasi di tanggul bantaran Kali Jenes, RT 02/14, Kampung Dawung Tengah, Kelurahan Serengan, Serengan, Surakarta, Jawa Tengah.
Ribuan posisi tugu triangulasi mulai ditentukan
Survei triangulasi di Pulau Jawa dan Pulau Madura dimulai pada 1862 dengan arahan Guru Besar Astronomi Universitas Utrecht, Belanda, Jean Abraham Chretien Oudemans.
Sebelum melakukannya, Oudemans perlu meyakinkan Pemerintah Hindia Belanda mengenai perlunya triangulasi untuk mendapatkan pemetaan yang sistematis.
Proyek tersebut dilaksanakan selama 18 tahun, hingga selesai pada 1880. Hasilnya, terdapat 137 titik tugu triangulasi primer dan 723 tugu triangulasi sekunder.
Kemudia, dilakukan pengukuran atau survei triangulasi kedua di Pulau Sumatera dan sekitarnya yang dimulai pada 1883.
Pada tahun itu, Belanda juga membentuk Brigade Triangulasi yang merupakan bagian dari Dinas Topografi Militer dengan pimpinan J.J.A Mueller.
Jaring triangulasi yang dihasilkan dari survei itu terdiri atas 144 titik tugu triangulasi primer, 161 tugu sekunder, dan 2.659 tersier.
Belanda melanjutkan pengukuran di wilayah Indonesia lainnya pada 1913. Hal ini dilakukan oleh Brigade Triangulasi di bawah pimpinan J.H.G Schepers.
Hasilnya, terdapat jaring triangulasi Pulau Sulawesi yang terdiri atas 74 tugu triangulasi primer, 92 tugu sekunder, dan 1.081 tersier.
Dari ribuan tugu-tugu triangulasi titik koordinat yang tersebar dan saling terhubung satu sama lain ini, terbentuklah suatu jaringan triangulasi.
Wilayah yang tercakup di dalam jaringan triangulasi ini, lantas didata, dan pada akhirnya dapat terbentuk suatu peta.
Pada tahun 1938, Dinas Topografi bersama lembaga terkait lain menerbitkan sebuah karya bertajuk "Atlas van Tropisch Netherland".
Karya besar proyek puluhan tahun ini melahirkan sebuah peta Nusantara yang digambarkan secara rinci. Peta tersebut menjadi peta dasar untuk pembuatan dan penerbitan atlas Indonesia.
Kegiatan survei dan pemetaan yang dilakukan Pemerintah Hindia Belanda selama 90 tahun kemudian juga diterbitkan dalam bentuk Atlas pada tahun 1939 oleh Ferdinand Jan Ormeling dengan judul “Grote Atlas van Nederland Oost-Indie, Comprehensive Atlas of Netherlands East Indies”.
Pada masa itu, pembuatan Atlas yang detail oleh Belanda merupakan prestasi yang luar biasa di kancah dunia.
Itulah gambaran sejarah tugu triangulasi di Indonesia, yang ternyata memainkan peran penting dalam penyusunan peta wilayah pada masa kolonial Belanda.
Baca juga: Kata Duit Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.