KOMPAS.com - Seluruh layanan rumah sakit di India, kecuali perawatan gawat darurat ditutup pada Sabtu (17/8/2024) selama 24 jam.
Sebab, lebih dari satu juta dokter diperkirakan bergabung dalam aksi mogok.
Aksi itu dilakukan untuk mendesak pemerintah agar mengusut kasus pembunuhan dan pemerkosaan dokter residen.
Presiden Asosiasi Medis India yang juga memimpin aksi, Johnrose Jayalal mengatakan, kemarahan publik begitu tinggi, sehingga mereka merasa perlu untuk mengintensifkan aksi tersebut.
Baca juga: Dalam Dua Pekan, Ada 8 Kecelakaan Kereta Api di India
Demonstrasi para dokter tersebut diperkirakan menjadi aksi mogok terbesar dalam satu dekade di India.
“Lihat, 50 persen dokter adalah perempuan, 90 persen staf perawat adalah perempuan. Kami ingin pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan keselamatan mereka dengan mendeklarasikan rumah sakit sebagai zona perlindungan, seperti halnya bandara dan pengadilan,” kata Jayalal, dikutip dari The Guardian.
Selain para dokter dan tenaga kesehatan, aksi tersebut juga diikuti oleh ribuan warga India lainnya.
Pengadilan Tinggi Kolkata kemudian melimpahkan kasus tersebut ke Biro Investigasi Pusat (CBI) pada Selasa (13/8/2024).
Baca juga: Mengeluh Sakit Perut, Pria di India Ternyata Punya Rahim
Penyebab dokter mogok kerja
Seorang dokter residen berusia 31 tahun ditemukan meninggal dunia pada Jumat (9/8/2024) di sebuah rumah sakit pendidikan pemerintah di Kolkata India.
Korban pergi ke sana untuk beristirahat pada malam hari selama shift kerja yang sangat panjang, yakni 36 jam.
Awalnya, pejabat senior polisi melalui telepon mengatakan kepada keluarga korban bahwa dokter tersebut meninggal karena bunuh diri, dilansir dari The Independent.
Namun setelah otopsi keluar, dokter residen tersebut merupakan korban pemerkosaan dan pembunuhan.
Dilansir dari Reuters, kasus tersebut mirip dengan pemerkosaan dan pembunuhan yang menimpa seorang mahasiswa 23 tahun di New Delhi, India pada 2012.
Media lokal melaporkan, polisi telah menangkap seorang relawan sipil Sanjoy Roy, yang sering mengunjungi rumah sakit.
Ia disebut memiliki akses tak terbatas ke bangsal. Polisi juga mengeklaim telah menemukan bukti kuat yang memberatkannya.
Baca juga: Pria Ini Bertahun-tahun Tidak Sikat Gigi tapi Pakai Hidrogen Peroksida, Apa Kata Dokter?
Tuntutan dalam aksi mogok kerja
Federasi Asosiasi Dokter Residen (FORDA) menyerukan penghentian layanan elektif di rumah sakit secara nasional mulai Senin (11/8/2024).
Salah satu tuntutan dalam aksi tersebut adalah memperkuat Undang-Undang (UU) Perlindungan Pusat.
UU tersebut merupakan peraturan nasional yang melindungi profesional medis dari kekerasan, dilansir dari Al Jazeera.
Perubahan pada UU tersebut pernah diusulkan di majelis rendah parlemen pada tahun 2022, namun hingga kini belum disahkan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.