KOMPAS.com - Eco enzyme adalah cairan serbaguna yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik atau limbah dapur (seperti ampas buah dan sayuran), gula, dan air.
Penggunaan eco enzyme disebut menjadi salah satu solusi dalam pemecahan masalah terkait sampah organik.
Sebab sampah organik menjadi bahan baku utama pembuatan eco enzyme, dengan proses fermentasi yang menggunakan bahan campuran gula dan air.
Sejumlah manfaat eco enzyme antara lain sebagai alternatif pupuk tanaman, pengusir hama, hingga menjadi cairan pembersih serbaguna.
Baca juga: Termasuk Solusi untuk Masalah Sampah Organik, Apa Itu Eco Enzyme?
Sejarah singkat eco enzyme
Menurut sebuah studi yang diterbitkan di Agriwar Journal, eco enzyme pertama kali dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong.
Ia merupakan seorang pendiri Thai Organic Farming Association yang telah meneliti sejak tahun 1980-an.
Rosukon ingin menghasilkan enzim dari sampah organik, yang dapat dimanfaatkan menjadi pembersih serbaguna.
Rosukon mengembangkan teknologi untuk memanfaatkan potensi penuh dari organisme tanah dengan menggunakan limbah organik yang difermentasi untuk pemupukan tanaman dan pembasmi hama.
Baca juga: Cara Membuat Eco Enzyme, Pembersih Serbaguna dari Sampah Dapur Organik
Limbah organik yang difermentasi ini disebut sebagai garbage enzyme (enzim sampah), yang kemudian dikenal sebagai eco enzyme.
Enzim “sampah” yang diciptakan oleh Rosukon adalah zat organik kompleks dari rantai protein dan garam mineral serta hormon juvenil.
Berdasarkan penelitian Rosukon, proses katalitik selama produksi eco enzyme menghasilkan gas ozon, O3, yang mengurangi karbon dioksida di atmosfer.
Itu juga mengurangi logam berat di awan yang menahan panas, sehingga mengurangi pemanasan global.
Rosukon diketahui telah terlibat aktif dalam penelitian eco enzyme selama lebih dari 30 tahun. Sehingga ia dikenal sebagai pencipta eco enzyme.
Baca juga: Pemkot Yogya Disebut Hanya Pindahkan Sampah Antar Depo, Ini Kata DLH
Ia juga mendorong masyarakat untuk membuat eco enzyme di rumah demi mengurangi pemanasan global.
Pada 1997, ia mendirikan Health Farm di provinsi Rayong sebagai pusat pelatihan metode pertanian organik.
Selanjutnya eco enzyme diperkenalkan secara lebih luas oleh Dr. Joean Oon, seorang peneliti Naturopati dari Penang, Malaysia.
Pengolahan kembali sampah organik dari konsumsi rumah tangga menjadi eco enzyme menjadi sangat penting sebagai salah satu upaya mengurangi sampah organik.
Baca juga: Sampah Botol Plastik Bisa Ditukar Jadi Saldo BSI, Berikut Cara dan Lokasinya
Pengaruh eco enzyme untuk lingkungan
Eco enzym memiliki manfaat bagi lingkungan. Sejak hari pertama mulai membuat eco enzyme, proses katalisisnya akan melepaskan gas ozon (O3).
Dilansir dari laman Enzyme SOS, O3 dapat mengurangi karbon dioksida (CO2) di atmosfer dan logam berat yang memerangkap panas di awan.
Dengan demikian, panas dapat dilepaskan dari Bumi, mengurangi efek rumah kaca dan pemanasan global.
Baca juga: Tahukah Anda, Medali Olimpiade Tokyo 2020 Terbuat dari Daur Ulang Ponsel dan Laptop
Selain itu, enzim mengubah amonia menjadi nitrat (NO3), hormon dan nutrisi alami bagi tanaman, juga mengubah CO2 menjadi karbonat (CO3) yang bermanfaat bagi tanaman laut dan kehidupan laut.
Eco enzyme membantu memurnikan air bawah tanah. Enzim yang mengalir di bawah tanah pada akhirnya akan memurnikan sungai dan laut.
Sampah organik adalah salah satu sampah yang paling banyak dihasilkan oleh manusia. Eco enzyme dibuat dengan mengolah sampah organik, sehingga dapat menguranginya.
Manfaat paling utama dari eco enzyme adalah mengurangi penumpukan sampah organik dan dampak buruk yang dihasilkan dari pembusukan sampah tersebut (misalnya cairan berbahaya dan gas metana).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.