KOMPAS.com - Lini masa media sosial masih diramaikan dengan topik megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut yang berpotensi menyebabkan gempa besar dan tsunami di Indonesia.
Diketahui, saat gempa dan tsunami, orang-orang akan menjauhi dataran rendah dan menuju ke tempat yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri
Karenanya, beberapa warganet menganggap pesawat menjadi tempat yang paling aman saat terjadi gempa dan tsunami.
Lantas, apakah pesawat terbang bisa selamat dari gempa dan tsunami?
Baca juga: 4 Daerah Jateng yang Berisiko Terdampak Gempa Besar di Zona Megathrust
Bisakah selamat dari gempa bumi jika naik pesawat?
Dikutip dari IFL Science (14/5/2024), seorang ilmuwan di Laboratorium Propulsi Jet NASA di Institut Teknologi California, Attila Komjathy mengatakan, ada beberapa dampak dari gempa yang bisa menimbulkan masalah pada penerbangan.
"Ketika tanah berguncang, hal itu menyebabkan gelombang atmosfer kecil yang dapat menjalar hingga ke ionosfer dan dapat meluas hingga 1.000 kilometer di atas permukaan planet kita," kata Komjathy.
Dengan demikian, gempa dapat menyebabkan beberapa gangguan atmosfer, tetapi tidak cukup untuk mengganggu pesawat.
Menurutnya, gempa melepaskan gelombang seismik yang datang dalam bentuk gelombang tekanan (gelombang P) dan gelombang geser (gelombang S).
Gelombang S hanya dapat bergerak melalui media padat (tanah). Sementara, gelombang P dapat berpindah ke media lain, seperti cairan atau gas, sehingga gelombang tersebut dapat bergerak ke atmosfer.
Baca juga: Mengenal Pati Thrust, Sesar Gempa di Selatan Kabupaten Pati, Jateng
Ketika bergerak, gelombang itu menjadi gelombang suara yang biasanya tercatat di bawah 20 hertz, ambang batas bawah untuk pendengaran manusia, sehingga biasanya tidak dapat didengar.
Akan tetapi, semakin jauh gelombang ini bergerak di udara, semakin lemah gelombang tersebut. Kondisi ini juga merupakan proses yang melemahkan sinar Matahari saat bergerak melalui lapisan atmosfer atau media lain, seperti lautan.
Inilah sebabnya pesawat yang terbang di atas gempa, bahkan yang dahsyat sekalipun, tidak akan merasakan pengaruh getaran di bawahnya.
Pada saat gelombang P telah bergerak melalui bebatuan dan kemudian udara, gelombang itu akan berkurang, sehingga tidak dapat lagi menahan suara dan gerakan pesawat itu sendiri.
Namun, hal itu tidak berarti pesawat terbebas dari risiko saat gempa terjadi. Sebab, masalah yang muncul berkaitan dengan navigasi dan keselamatan dari pesawat itu sendiri.
Baca juga: Oarfish Muncul Setelah 100 Tahun, Benarkah Tanda Akan Ada Gempa?
Gangguan pada pesawat saat terjadi gempa bumi
Pada 2018, seorang pilot Angkatan Udara (AU) Amerika Serikat dan teknisi aerodinamis bernama Ron Wagner menulis tanggapan terhadap pertanyaan yang diunggah di Quora yang menanyakan, "Apakah gempa memengaruhi pesawat yang terbang di atasnya?".
Menurut Wagner, ia menerbangkan pesawat saat terjadi gempa yang mengganggu kontrol lalu lintas udara, dikutip dari Forbes (8/5/2018).
Dalam kejadian ini, gempa menyebabkan pemadaman listrik di pangkalan darat yang mengakibatkan masalah pada instrumen navigasi pesawat, serta kemampuannya untuk berkomunikasi.
Pemadaman listrik juga menyebabkan kontrol lalu lintas udara kehilangan sinyal radar, sehingga tidak dapat lagi menemukan penerbangan Wagner.
Namun, semua masalah ini tidak berlangsung lama dan dapat teratasi saat daya darurat pangkalan darat menyala.
"Jadi, meskipun ini terdengar seperti peristiwa yang menakutkan, ini adalah contoh dari apa yang bisa terjadi," kata Wagner.
Dalam kebanyakan kasus, stasiun kontrol lalu lintas udara memiliki generator cadangan darurat yang cukup untuk situasi seperti ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.