KOMPAS.com - Dubes Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan, Michael Trias Kuncahyono, mengungkapkan alasan di balik terpilihnya nama "Fransiskus" oleh Paus Fransiskus ketika Beliau diangkat menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik.
Paus Fransiskus diketahui terpilih dalam konklaf kepausan pada tahun 2013.
Dalam penuturannya, Trias Kuncahyono mengatakan, bahwa pilihan nama ini bukanlah sekadar simbol, melainkan membawa visi yang mendalam.
Menurut dia, inspirasi nama Fransiskus berasal dari pesan seorang kardinal asal Brasil yang berbisik kepada Jorge Mario Bergoglio, nama asli Paus Fransiskus, saat konklaf pemilihan, agar tidak melupakan kaum miskin.
Baca juga: Sejarah di Balik Busana Paus, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik
Pesan tersebut mengingatkan Bergoglio pada figur Santo Fransiskus dari Asisi, seorang pendiri ordo yang memperjuangkan kehidupan miskin dan peduli terhadap kaum papa.
"Dalam sejarah gereja, Santo Fransiskus dari Asisi dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan hak-hak kaum miskin," jelas Trias Kuncahyono, dalam wawancara dengan Kompas.com pada program Eksklusif Interview, di Menara Kompas, Jakarta, belum lama ini.
Lebih lanjur Trias mengungkapkan, pilihan nama ini mencerminkan visi Paus yang ingin mengembalikan gereja sebagai gereja kaum miskin.
"Bukan dalam arti miskin yang melarat, tapi gereja yang peduli terhadap mereka yang membutuhkan," kata Trias.
Ia menjelaskan, dalam tradisi gereja, Paus biasanya memilih nama dari paus sebelumnya yang dianggap memiliki pengaruh besar dan melanjutkan ajarannya.
Namun, Paus Fransiskus memilih nama "Fransiskus" sebagai cerminan dari misi gereja yang peduli terhadap kaum miskin dan lingkungan.
Nama tersebut juga menginspirasi Paus untuk mengeluarkan ensiklik Laudato Si’, yang membahas pentingnya menjaga lingkungan hidup.
Baca juga: Paus Benediktus XVI Ternyata Bisa Menerbangkan Helikopter
"Fransiskus dari Asisi adalah sosok yang mendedikasikan hidupnya pada kaum miskin dan lingkungan. Itu menginspirasi Paus saat ini dalam memperjuangkan persaudaraan, perhatian terhadap kaum miskin, dan upaya melestarikan lingkungan," ujar dia.
Trias Kuncahyono juga menyoroti keberanian Santo Fransiskus dari Asisi, yang pada masa Perang Salib, berani bertemu dengan Sultan Mesir demi mendorong perdamaian.
Sikap inilah yang turut menjadi dasar bagi Paus Fransiskus dalam mengedepankan persaudaraan global dan perdamaian, sejalan dengan misi gerejanya.