Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

104 Hari Kerja Tanpa Libur, Karyawan China Meninggal Alami Gagal Organ

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi kelelahan. Pekerja asal China meninggal setelah bekerja 104 hari dan hanya istirahat sehari
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Seorang pekerja asal China bernama A'bao (30) meninggal dunia karena mengalami kegagalan organ usai bekerja 104 hari berturut-turut. 

Kejadian ini mendapatkan banyak reaksi dari warga setempat dan menilai perusahaan tidak berperikemanusiaan.

Sayangnya, tindakan bekerja berlebihan kerap terjadi di China dan berakhir menjadi kematian bagi korban.

Baca juga: Sulit Resign, Warga Jepang Rela Bayar Ahli Demi Berhenti Kerja


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

A'bao sakit usai bekerja 104 hari

Dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (7/9/2024), A'bao awalnya bekerja menangani sebuah proyek di Zhoushan, Provinsi Zhejiang, China timur.

Setelah menandatangani kontrak, dia bekerja setiap hari selama 104 hari dari Februari hingga Mei 2024. A'bao hanya pernah istirahat sehari pada 6 April 2024.

Pada 25 Mei 2024, dia lalu mengambil cuti sakit karena merasa tidak enak badan. A'bao pun menghabiskan hari libur untuk istirahat di asramanya.

Sayangnya tiga hari kemudian, kondisi A'bao memburuk dengan cepat. Dia segera dilarikan ke rumah sakit oleh rekan-rekannya. Nahas, dia lalu meninggal pada 1 Juni 2024.

Hasil pemeriksaan menunjukkan A'bao tertular infeksi pneumokokus. Kondisi ini sering dikaitkan dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu.

Infeksi yang disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae ini lalu berkembang menjadi gagal beberapa organ dan gagal napas. Hal inilah yang lalu merenggut nyawa A'bao.

Atas kejadian tragedis tersebut, keluarga A'bao lalu mengambil tindakan hukum kepada perusahaan yang mempekerjakan pria tersebut.

Baca juga: Di Australia, Menghubungi Karyawan di Luar Jam Kerja Kini Bisa Didenda Hampir Rp 1 Miliar

Kematian tidak dianggap kelalaian perusahaan

Meski A'bao meninggal saat masih bekerja di bawah perusahaan, kematiannya sempat tidak dianggap sebagai cedera akibat kecelakaan kerja.

Dikutip dari Times of India, Minggu (8/9/2024), pejabat jaminan sosial awalnya mengatakan kematian A'bao tidak memenuhi syarat sebagai cedera akibat pekerjaan.

Sebab, ada jarak waktu lama antara korban sakit dan meninggal dunia. A'bao meninggal lebih dari 48 jam setelah sakit.

Perusahaan juga setelah berpendapat beban kerja A'bao dapat dikelola dengan baik. Waktu lembur yang dia jalani juga bersifat sukarela.

Perusahaan pun menyebut kematian A'bao disebabkan masalah kesehatan yang dideritanya. Kurangnya intervensi medis yang tepat waktu pun dinilai memperburuk kondisinya.

Namun, keluarga A'bao tetap menggugat perusahaan tersebut, meminta kompensasi, dan menuduh adanya tindak kelalaian majikan.

Dilansir dari Wion, Minggu, pengadilan memutuskan perusahaan melanggar Undang-Undang Ketenagakerjaan China. Berdasarkan undang-undang, seorang karyawan dilarang bekerja lebih dari 8 jam per hari dan rata-rata 44 jam per minggu.

Pengadilan juga memutuskan pelanggaran peraturan ketenagakerjaan tersebut berperan besar dalam melemahnya sistem kekebalan tubuh A'bao dan akhirnya menyebabkan kematian.

Keluarga akhirnya menerima ganti rugi akibat kematian A'bao sebesar 400.000 yuan (Rp 872 juta). Biaya itu termasuk 10.000 yuan (Rp 21 juta) atas tekanan emosional yang dialami.

Perusahaan itu lalu mengajukan banding atas putusan tersebut. Namun, Pengadilan Menengah Rakyat Zhoushan menguatkan putusan awal tersebut pada Agustus 2024.

Baca juga: Pria Jepang Tidur 30 Menit Sehari Selama 12 Tahun, Klaim Bisa Lebih Fokus Kerja

Bukan kejadian pertama kali

Kejadian yang dialami A'bao lantas mendapatkan komentar negatif dari masyarakat China. Mereka menilai biaya kompensasi dari perusahaan terlalu rendah.

Meski begitu, kematian A'bao bukanlah peristiwa tragis pertama terkait dengan kondisi lingkungan kerja yang keras di China.

Pada Agustus 2019, seorang karyawan yang dikenal dengan nama samaran Zhu Bin meninggal dunia secara tiba-tiba dalam perjalanan pulang setelah bekerja.

Zhu lalu diketahui telah bekerja sepanjang bulan Juli 2019 tanpa istirahat atau menghabiskan 130 jam bekerja lembur.

Pengadilan memutuskan majikan Zhu bertanggung jawab memberikan kompensasi sebesar 30 persen atas kematian Zhu. Keluarga korban lalu mendapat biaya kompensasi sebesar 360.000 yuan atau setara Rp 785 juta.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi