KOMPAS.com - Tiga puluh empat tahun lalu, seorang pelajar kelas III SMA 68 Jakarta, Yudha Sentika (17), dilaporkan hilang, terpisah dari rombongan ketika menuruni lereng Gunung Kerinci, perbatasan Provinsi Jambi dan Sumatera Barat.
Dia bersama enam teman dari kelompok pencinta alam Elpala (Enamlapan Pencinta Alam) meninggalkan Jakarta menuju Jambi untuk mendaki Kerinci pada Minggu, 17 Juni 1990.
Nahas, kabut tebal dan angin kencang yang menyelimuti gunung setinggi 3.805 meter di atas permukaan laut itu, mengubah semua kegembiraan rombongan remaja tersebut.
Baca juga: Mengenal Taman Nasional Kerinci Seblat, Kawasan Pendaratan Darurat Helikopter Kapolda Jambi
Kisah Yudha Sentika, remaja yang hilang di Kerinci
Yudha Sentika baru saja mengambil rekaman gambar rekan-rekannya dengan kamera, sebelum berbalik dan menuruni puncak sendirian.
Harian Kompas, 4 Juli 1990 memberitakan, setelah berhasil mencapai puncak Kerinci pada Jumat, 22 Juni 1990 pukul 13.00 WIB, Yudha Sentika mengajak temannya untuk segera turun karena cuaca sangat dingin.
"Gus ayo turun, gua kedinginan," demikian ujar Yudha, ditirukan Agus Senato yang saat itu sebagai anggota Elpala dan pemimpin rombongan pelajar SMA 68 Jakarta.
Selesai melontarkan ajakan itu, Yudha langsung turun sendirian meninggalkan rombongan yang tengah bersiap untuk turun.
Mereka melihat Yudha menuruni tebing puncak Kerinci dengan lari kencang, seolah-olah berlari di atas jalanan datar.
Selang kurang lebih 10 meter, tiba-tiba kabut tebal datang disertai angin kencang, sehingga bayangan Yudha tak terlihat lagi.
Baca juga: Puncak Gunung Everest adalah Dasar Lautan pada 470 Juta Tahun Lalu, Ini Proses yang Terjadi
Keberadaan Yudha tak kunjung diketahui, bahkan saat mendirikan perkemahan di ketinggian 2.750 meter di atas permukaan laut.
"Kami sempat mendengar teriakan-teriakan Yudha di sebelah barat," cerita salah satu rekan pendakian, Feby Fian Nasution, seperti dikutip Harian Kompas, 29 Juli 1990.
Mereka mencoba menjawab teriakan, tetapi tak ada tanda-tanda Yudha mendengar teriakan tersebut.
Belum lagi, kabut tebal dan angin yang masih kencang menyebabkan mereka tak tahu hendak berbuat apa lagi.
Enam orang tersebut menunggu di kemah, tetapi sampai hari menggelap dan berganti, Yudha tak juga menampakkan diri.
Yudha lenyap di antara kabut dan angin kencang, dengan jurang dalam serta hutan lebat yang seolah menyembunyikannya.
Baca juga: 10 Gunung Tertinggi di Indonesia, Semeru Tertinggi di Jawa
Regu pencari bergelut dengan waktu
Belasan penduduk dan anggota pengamanan setempat mulai mendaki gunung untuk mencari keberadaan Yudha yang dilaporkan menghilang pada Sabtu pagi itu.
Meski demikian, minimnya pengetahuan dan keterampilan mencari orang hilang di gunung justru menyebabkan usaha ini tak menampakkan hasil.
Pencarian pemuda berusia 17 tahun itu juga sempat diwarnai adu paranormal dan fenomena sarkun alias SAR (search and rescue/pencarian dan penyelamatan) dukun.
Koordinasi yang nyaris tidak ada membuat pencarian kian sulit, dan bahkan mengaburkan jejak-jejak yang mungkin menjadi kunci menemukan Yudha.
Baca juga: Penemuan Gunung Bawah Laut di Chile, Disebut 4 Kali Lebih Tinggi dari Burj Khalifa
Padahal, pada hari kedua pencarian, tim telah berhasil menemukan topi yang dikenakan Yudha saat mendaki.
Barulah pada minggu kedua, ketika sejumlah pencinta alam dari Jakarta dan Padang, Sumatera Barat tiba, koordinasi pencarian mulai teratur dan sesuai prosedur.
Titik terakhir Yudha Sentika diketahui menghilang dijadikan patokan awal pencarian. Semua anggota pencari pun tampaknya tahu operasi ini bergelut dengan waktu.
Terlebih, saat terakhir kali terlihat, Yudha tak membawa perlengkapan menahan dingin dan hujan sama sekali.
Rekannya berujar, dia juga diketahui hanya membawa sebungkus makanan ringan yang diselipkan pada kantung.
Baca juga: Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum Ditelan Everest
Sosok Yudha masih belum ditemukan
Bak pepatah usang, akhirnya segala usaha yang diupayakan manusia ditentukan juga hasilnya oleh Tuhan.
Selang satu bulan dilaporkan menghilang, nasib Yudha masih belum juga diketahui.
Keterbatasan waktu dan tenaga membuat regu-regu pencari turun kembali dari gunung untuk melanjutkan sekolah serta pekerjaan masing-masing.
Hingga tiga puluh empat tahun terlewat, sosok Yudha Sentika, remaja 17 tahun asal SMA 68 Jakarta itu tidak juga ditemukan, seolah menghilang tak berjejak.
Meski demikian, kenangan tragis kehilangannya tetap melekat dalam ingatan rekan-rekannya.
Baca juga: Cerita Riska, Buka Jastip Naik Gunung, Pelanggan Bisa Titip Foto hingga Video
Diberitakan Antara, Jumat (21/6/2024), mereka mendirikan sebuah tugu di titik terpisahnya Yudha, serta merencanakan film dokumenter yang mengulas upaya pendakian Gunung Kerinci.
Pembuatan film dokumenter ini merupakan bagian dari upaya untuk mengabadikan kenangan para pendaki dan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya keamanan dalam menjelajahi alam bebas di Indonesia.
Keamanan dan keselamatan dalam pendakian pun menjadi sorotan dalam film dokumenter, mengingat kisah tragis hilangnya Yudha Sentika pada 34 tahun lalu.
Pembuatan film dokumenter juga melibatkan anggota Elpala SMA 68 Jakarta, pegiat, dan pengelola Taman Nasional Kerinci Seblat.
"Film ini diharapkan mampu memberikan edukasi dan inspirasi kepada para pendaki dan pecinta alam di seluruh dunia," kata sutradara Eka Bama Putra dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.