Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Fenomena Senja Kuning hingga Masuk Rumah, Pertanda Apa?

Baca di App
Lihat Foto
TikTok
Tangkapan layar unggahan yang menampilkan fenomena senja kuning sampai masuk rumah
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Memasuki senja atau saat Matahari terbenam, cahaya kuning, jingga, maupun kemerahan biasanya akan menghiasi langit sore.

Tidak hanya memberi warna pada langit, terkadang pancaran cahaya khas ini terasa sangat kuat hingga masuk ke rumah.

Bahkan, seperti pada unggahan video akun TikTok @afi***, senja kuning terlihat seperti filter kamera yang menyinari semua obyek.

"Ni fenomena apa ek? Ni bukan filter tau memang kuning tadi sampai dalam rumah," tulis pengunggah, Jumat (14/6/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, fenomena apa itu?

Baca juga: Terlihat Biru di Siang Hari, Mengapa Langit Menjadi Merah atau Oranye Saat Senja?


Fenomena senja kuning disebut layung

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan, fenomena cahaya kuning setelah Matahari terbenam disebut sebagai layung.

Di beberapa daerah di Indonesia, fenomena layung sering kali diyakini dapat menyebabkan musibah, sehingga muncul larangan-larangan tertentu.

"Dulu waktu saya kecil, orangtua melarang melihatnya, katanya bisa sakit mata," kata Thomas, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (8/9/2024).

Saat itu, kata Thomas, orang dulu mengimbau untuk membakar jerami atau daun kering agar asapnya segera menghilangkan layung.

Padahal sebenarnya, fenomena yang menghiasi langit saat senja itu sama sekali tidak berbahaya bagi mata dan dapat hilang dengan sendirinya.

Thomas menjelaskan, penyebab layung atau sinar kuning kemerah-merahan saat senja adalah pantulan cahaya Matahari oleh awan di ufuk barat.

Baca juga: Muncul Penampakan Cincin Hitam di Langit Amerika Serikat, Apa Itu?

Menurutnya, pada siang hari, hamburan cahaya Matahari akan menyebabkan warna langit menjadi biru.

Sementara, saat terbenam, cahaya Matahari akan melewati atmosfer (lapisan udara yang menyelubungi bumi) yang lebih tebal atau rapat.

Kendati demikian, cahaya birunya sudah dihamburkan oleh atmosfer di wilayah sebelah barat, sehingga hanya tersisa warna kuning kemerahan untuk dipantulkan.

"Dalam kondisi tertentu, di ufuk barat banyak awan sehingga memantulkan cahaya kuning kemerahan tersebut," papar Thomas.

Jika langit sedang cerah seperti musim kemarau saat ini, cahaya pantulan dari awan di ufuk barat itu pun akan terlihat sangat terang, bahkan memengaruhi benda-benda sekitar.

"Jadi warna kuning kemerahan mewarnai benda-benda di sekitar kita, termasuk juga masuk ke bagian dalam rumah," imbuhnya.

Baca juga: Alasan Burung Sering Hinggap di Kabel Listrik, Mengapa Tidak Tersetrum?

Senja kuning kombinasi tiga fenomena optis

Terpisah, astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo mengungkapkan, cahaya kuning yang sangat terang saat Matahari terbenam pada dasarnya merupakan kasus khusus dari cahaya senja.

"Singkatnya, itu adalah cahaya senja yang dipantulkan oleh dasar awan tebal atau awan badai," kata Marufin, saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/9/2024).

Cahaya senja adalah produk kombinasi tiga fenomena optis sekaligus, yakni pembiasan cahaya, hamburan cahaya, serta serapan cahaya.

Marufin menjelaskan, atmosfer merupakan media yang transparan atau tembus cahaya dengan kerapatan berbeda setiap lapisannya, mulai dari paling rapat (troposfer) sampai paling renggang (ionosfer).

Perbedaan kerapatan tersebut menyebabkan terjadinya pembiasan cahaya Matahari, terutama saat berada di ketinggian sangat rendah seperti ketika akan terbenam.

"Saat pembiasan terjadi, maka selain lintasannya melengkung, cahaya Matahari juga mengalami peruraian menjadi warna-warna pelangi," ujar Marufin.

Baca juga: Apakah Warna Langit Senja di Planet Lain?

Cahaya kuning dipantulkan oleh awan tebal

Di sisi lain, atmosfer juga berisi partikulat mikro, mulai dari debu, koloni bakteri, sampai makromolekul dan molekul khas seperti ozon.

Kehadiran partikel yang sangat kecil itu menyebabkan warna-warna pelangi pada cahaya Matahari mengalami perlakuan berbeda.

Akibatnya, komponen cahaya merah dan kuning diteruskan, sedangkan warna cahaya lainnya dihamburkan.

Tidak hanya itu, Marufin mengatakan, dengan adanya uap air di udara, komponen cahaya yang dihamburkan tadi juga mengalami penyerapan.

"Sehingga produk akhirnya adalah cahaya senja yang dominan warna merah dan kuning," sambungnya.

Apabila ufuk barat relatif cerah, tetapi di suatu daerah sedang terbentuk awan-awan tebal, khususnya awan kumulus atau kumulonimbus, cahaya kuning saat senja akan terlihat lebih terang.

Sebab, dasar awan-awan tersebut akan lebih memantulkan komponen cahaya kuning dari cahaya senja.

"Pemantulan bersifat baur (campur), namun mayoritas mengarah ke paras (permukaan) Bumi, sehingga kita merasa ada cahaya kuning yang lebih terang hingga masuk ke rumah," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi